27

721 97 9
                                    

Terlihat awan bergemuruh saat aku pulang bersama Haechan. Disaat seperti itu ponsel ku malah berdering terus menerus membuat aku memaksa Haechan untuk berhenti terlebih dahulu.

"Berhenti dulu sebentar," perintah ku.

Tanganku memencet tombol jawab panggilan lalu kedekatkan ditelinga ku.

"Assalamualaikum,"

Setelah beberapa menit aku mendengar yang disebrang saya berbicara aku tercengang bukan main. Aku tersenyum hangat pada lelaki di hadapanku.

"Kenapa?" Tanya nya padaku.

Aku menutup panggilan tersebut lalu tersenyum jahil padanya, "mau tau gak?"

"Ya mau, emang apaan?" Ucapnya.

"Kak Mina hamil Chan!" Teriakku padanya. Dan perlahan terlihat perubahan wajah nya yang kian juga ikut senang mendengar pengakuan dari bibirku.

Setelah berceloteh akhirnya aku langsung pulang untuk memberi tahu bunda juga mengenai kabar ini.

Aku sangat bersyukur, karena hari ini aku diberi rezeki kebahagiaan. Kami pun pulang kerumah dan selepas itu aku memberi tahu hal tersebut kepada bunda.

***

21.00 wib
Kamar tidur.

Aku memijat pelipis ku karena aku mumet dengan tugas yang sedang aku kerjakan sekarang ini.

Jika ada Abang mungkin akan lebih mudah? Tetapi aku harus sabar menunggu dirinya kembali tinggal dirumah ini.

Layar ponselku memperlihatkan panggilan dari Haechan dan ku pikir aku harus mengangkat nya. Ia menanyakan kabarku, menanyakan aktivitas ku dan bahkan ia menemani ku hingga aku selesai.

Terkadang aku hanya mendiami nya disela panggilan kami, karena aku sangat fokus untuk mengerjakan tugas yang ku punya sekarang ini.

"Aku sayang kamu," ucapnya membuat aku tersipu malu.

Sesekali aku bersenandung kecil seakan aku sedang menjadi ringtone tidur untuknya. "Kamu gak tidur aja?"

Semakin malam semakin dingin disini tetapi aku sangat menyukai suhu seperti ini. "Gak nanti aja nunggu kamu," balasnya.

Aku menggeleng kepala kemudia kembali mengerjakan tugas ku yang satu ini. Selang 2 jam dan aku benar-benar tak lagi kuat untuk mengerjakan nya jadi aku tak memporsir semua tugas ku tepat hingga jam 23.00.

"Aku udah selesai nih, oh iya besok temenin aku ke makam ayah ya?"

"Iya sayang nanti aku temenin ya," balasnya dengan suara yang mengantuk berat.

"Yaudah kamu tidur jangan lupa baca doa ya Chan, Assalamualaikum."

Yang disebrang menyaut, "Waalaikumsalam sayang," dan panggilan terputus.

Sangat terlihat jelas bukan? Bahkan aku masih kaku berpacaran dengan seorang Haechan. Aku tak seperiang dulu dan aku sekarang lebih suka mengalah daripada meminta.

Ku pikir move on adalah hal yang mudah, ternyata setelah melihat kenangan yang pernah terukir saja membuat memori ku kembali mengingat pria itu.

"Dia baik, dia tampan, dia sopan, tapi dia bukan orang yang diinginkan Tuhan menjadi pasangan ku,"

Aku berjalan kearah meja rias dan menatap diriku disana, tanganku menangkup pipi ku sambil tersenyum, "you strong,"

Berpaku pada bayangan ku di kaca membuat aku ingin menumpahkan keluh kesah ku sendiri dimalam ini. Karena 100% yang kurasakan hanya bisa kutuangkan dalam bentuk air mata.

"Kiyla cantik, tapi sukanya nangis,"

Lagi-lagi aku bergumam sendirian sambil menatap cermin dihadapan ku dan kemudia aku merasakan air mataku mengalir perlahan. Aku melirik jam pemberian dari seseorang.

Aku mengusap air mataku, dan batin ku benar-benar mengatakan bahwa aku sangat merindukannya, bahkan aku tak bisa membohongi perasaan ku sendiri. Aku egois jika aku mengatakan aku baik-baik saja demi terlihat bahagia dihadapan orang lain.

"Dulu aku kira kamu selamanya untuk aku, ternyata kata selamat tinggal berlaku untuk hubungan kita,"

"Sedekat apapun kita sekarang, tapi semua akan terasa jauh karena perbedaan kita,"

"Semoga kamu bertemu sama orang yang betul mencintai kamu karena hati bukan karena apapun itu, karena aku selalu inget kata-kata kamu,"

"Bahagiaku adalah bahagianya kamu juga," Aku mengusap air mataku.

Aku memejamkan mataku sebentar namun entah mengapa aku semakin terbawa dalam alam kesedihan ku.

"Sekarang cuma aku dan Tuhan ku yang tau akan perasaan ini, aku emang jahat karena nyia-nyiain orang yang sayang sama aku demi kamu,"

"Demi kamu orang yang gak akan bisa aku gapai untuk jadi Imam ku,"

Kini jarak, waktu, cinta, selera dan agama ku tak lagi sama dengannya. Ia yang tak ku sebutkan namanya telah menemukan sosok terbaik untuk dirinya.

Selama apapun aku menunggu akan membuat waktu ku terbuang sia-sia.

"Aku terlalu terpaku dan terlalu mau buat bersatu sama kamu, sampai aku lupa kalau Tuhan ku juga butuh perhatian lebih dariku,"

"Ia segalanya dan kamu sesaat,"

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Istiqlɑl - Kɑtᧉdrɑl √Mɑrk LᧉᧉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang