17. Someone Day

1.1K 112 3
                                    

Kiyla pov

A few days later*

Aku membuka mata sekali kali aku mengecek layar ponsel ku menandakan pukul 3 pagi. Suara bising masih terdengar sejak pukul 10 malam tadi karena hari ini abang ku akan melaksanakan ijab.

Ya, cukup memusingkan sekali. Bahkan ia memaksa ku agar aku menemani nya sampai menjelang pagi karena abang ku sangat gugup.

Ku tolak karena tak mungkin juga aku bergadang. Beberapa kali abang ku mengechat dan bahkan agak sedikit spam menurutku. Ku alihkan pandangan menatap langit kamar yang sangat dingin dan flat kemudian aku tersenyum.

"Sebentar lagi abang mau nikah, apa dia akan tinggal disini?"

Pertanyaan itu memutar di otak ku sejak kemarin. Ada rasa senang namun juga cemas yang berlebihan. Karena notabene nya ia adalah abang ku satu-satu nya yang ku punya.

"Iya bun,"

Aku teriak setelah mendengar bunda mengetuk pintu kamar ku. "Ada apa bun?" Wajah ku menatap bunda dengan senyuman.

Bunda menunjuk kearah ruang tamu yang terbilang agak ramai dengan saudara dekat ku maupun yang jauh. "Tuh ada Haechan, kamu di telepon dia katanya gak angkat,"

Aku terkekeh menatap bunda, "maaf bun Kiyla juga baru bangun tau, pesan abang aja belum Kiyla bales,"

Kemudian bunda mencubit pipi ku lalu mencium kening ku lembut, "tuh kasian pagi-pagi dia dateng,"

Ku langkah kan kaki menutup pintu kamar kemudian turun dari atas untuk mendekati keberadaan Haechan.

"Eh kemana aja ditelepon gak angkat," ucap nya dengan wajah lawak nya.

"Iya maaf aku ketiduran Chan, gak liat nih muka bantal gini?"

Pria itu tersenyum, "iya cantik,"

Kami hanya duduk dan aku juga ikut membantu saudara ku yang lain untuk menyiapkan segala hal yang diperlukan, "udah makan? Kamu kok dateng pagi banget?"

Ia menyodorkan layar ponselnya kearah ku, "nih liat kelakuan abang mu, wes aku dipaksa padahal lagi gaming," lalu aku terkekeh kuat.

"Payah kamu! Pesan abang aku aja aku diemin, mana sekarang? Dia nemuin kamu gak?"

Haechan hanya menggaruk kepalanya menatap ku hangat, "ya enggak, tapi ga papa bisa ketemu kamu," detik itu juga aku melempar kain kearah wajahnya.

Sudah mau masuk adzan subuh, aku langusng meninggalkan Haechan diruang tamu bergegas untuk mandi. Aku lupa membawa ponsel ku yang terletak disebelah Haechan.

Tangan Haechan membuka semua isi ponsel ku. Aku agak malu saat Haechan nanti nya melihat foto lalu ku dengan Mark, seperti terlihat aku masih sedikit gamon dengan Mark.

Kemudian Haechan pergi ke teras untuk wudhu dikeran luar. "Bang lu kemana aja," ucap nya saat melihat abang ku keluar kamar.

"Ada didalem ini gue mau sholat," balas nya.

Langkah mereka sejajar menuju masjid khusus dibelakang kemudian ia sholat berdua. Sedangkan aku sholat sendiri saja didalam kamar.

Sesekali aku menitikkan air mata disela doa ku. Aku yakin, bukan cuma aku saja yang haru atas pencapaian abang ku mungkin bunda ku juga akan sama seperti ini.

"Semoga apa yang terjadi semua ini menjadi moment yang bahagia buat Abang dan kak Mina,"

Setelah itu aku turun kebawah, kami pun segera pergi ke gedung karena mengejar waktu agar tidak terlalu siang. Haechan membawa ku dengan motor miliknya dan ikut konvoi membuntuti mobil.

Istiqlɑl - Kɑtᧉdrɑl √Mɑrk LᧉᧉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang