Sehabis acara itu abang ku terus membentak ku dan membuat aku nyaris menangis banyak karena insiden aku bersama Mark.
Ini yang aku tak suka dengan sikapnya yang terlalu over untuk melarang ku seenak jidatnya saja, aku kan juga berhak untuk jatuh cinta dasar anoa.
"Yaudah, masalah pendek kok di jadi in panjang, to the point aja abang tuh emang gak suka sama dia kan?" Bunda ku menarik tangan ku dan menyuruh ku agar tak membantah abang ku lagi.
Semua nya sudah terlambat, aku sudah terlalu emosi dan tak suka dengan sikap abang ku yang semakin hari semakin begini. Bang Jeffry memang sangat keras kepala.
"Abang sama adek nya gak boleh gitu ya, bunda gak pernah gitu," ucap bunda ku. Tetapi tetap saja aku pihak yang di salahkan oleh abang ku si Jeffry ini.
Ia menghela nafas nya, "terlalu biasa buat kamu, abang tau kamu pacaran udah lama kan sama dia? Please don't lie of me, kesalahan terbesar kamu!" Katanya menunjuk wajahku.
"Bun, apa aku gak boleh suka sama dia yang beda? Apa semua ini gak pantas aku dapetin?"
Aku menangis.
Aku sudah lelah dengan cacian abang ku selama ini, "ya semua akan sia-sia karna pada akhirnya kamu jatuh ke tangan imam mu yang sebenarnya," ucap bunda.
Cukup menyakitkan.
Suara perseteruan kami hampir tak terdengar, karena disini hujan dan sekarang menunjukkan pukul 5 sore.
"Udah ya cukup abang aku gak suka sama cara abang, Kiyla udah cukup tahan dari kemarin, Kiyla tau abang suruh Haechan untuk ngedeketin Kiyla kan?" Ia terdiam lalu mengangguk.
"Ada masalah?" Tanya nya.
Abangku terus menyalahkan ku dan membuat aku muak sendiri, aku nangis sejadi jadi nya sore itu dan membuat aku bergegas dari kamar ku lalu lari ke depan gerbang.
Aku mencoba tak menghiraukan abang ku yang memanggil namaku keras, dan aku plong saja keluar dari rumah dengan menaiki sepeda ku, aku tak menghiraukan pakaian ku yang basah karena air hujan ini.
Cukup lega saat aku menangis di bawah hujan, mungkin aku akan bertemu ayah saja sore ini. Aku menggowes sepeda ku sambil menangis.
Hujan nya cukup lebat sekali membuat penglihatan ku agak kabur sedikit. Aku masih menangis.
Aku tinggalkan sepeda ku di gerbang pemakaman dan aku langsung lari ke makam ayah ku, aku menangis sejadi-jadinya disana. Kini air mata ku sudah bercampur dengan air hujan.
Tubuhku kedinginan dan jantung ku terus berdegup kencang dan sesak rasanya, "ayah, Kiyla capek yah. Abang gak pernah dukung keputusan Kiyla, itu terlalu curang yah,"
Aku menangis sesegukan sambil menatap makam ayah ku, "maaf kalau tiba-tiba Kiyla dateng kesini untuk merusak kebahagiaan ayah disana,"
"Tapi saat ini Kiyla gak bisa numpahin semua nya ke bunda, Kiyla tau ayah sayang Kiyla makanya Kiyla lebih milih untuk cerita sama ayah," tangis ku semakin pecah.
"Dia lelaki yang Kiyla cintai tapi semua memandang itu spele yah, rasa sayang Kiyla itu kayak rasa sayang ayah ke bunda, dan satu lagi yah mom always miss you dad,"
"Kiyla sayang dia, tapi takdir dan Tuhan berkata lain, ini semua terlalu susah buat Kiyla hadapi sendiri yah. Sekarang Kiyla butuh ayah," lirih ku.
Aku meremat rumput disebelah ku, aku sangat emosional bercampur sedih sore ini. "Semoga hujan ini bisa sampein salam Kiyla ke ayah, Kiyla tau ayah denger semua ini,"
Rasa penyesalan terus datang di diriku, aku merasa aku pihak terbodoh, aku pihak yang salah, aku benar-benar ingin semua nya normal. Aku sudah muak dengan pertikaian dengan abang ku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqlɑl - Kɑtᧉdrɑl √Mɑrk Lᧉᧉ
FanfictionTasbih ku berbeda dengan kalung Salib mu walaupun 'Aamiin' kita sama. Kita yang berbeda bukan suatu hal yang harus selalu di persatukan, pada akhirnya kita terlerai menjadi seorang yang tak saling mengenal untuk selamanya. Kita yang satu namun Tuhan...