Sadness

557 101 51
                                    

"Chanyeol.. apa kau ingin mandi?"

"Tidak."

"Ingin Makan?"

"Tidak."

"Ingin ku siap--"

"Tidak ya tidak. Kau tuli, ya?!"

Yoona tersentak mendengar bentakan darinya. Walaupun ini memang bukan bentakan yang pertama dari Chabyeol. Namun tetap saja.. rasanya masih sama dari pertama pernikahan palsu mereka.

Yaitu, pedih.

Mereka memang benar-benar menikah di Gereja dan mendaftarkannya ke catatan sipil. Tetapi, hati mereka tak terikat. Dan mungkin, sampai kapanpun tak akan pernah terikat. Yoona tahu, sangat tahu. Mereka berdua sangat berbeda. Ia Park Chanyeol- adalah sang Superstar yang digilai milyaran wanita di dunia. Sedangkan dirinya, Im Yoona hanyalah guru Privat Bahasa Inggris yang sangat mengidolakannya dulu. Ya, itu dulu sebelum Yoona mengenal diri Chanyeol yang begitu dingin padanya.

Mereka menikah bukan karena perjodohan. Mereka menikah karena ada sekelompok orang yang memfitnah Chanyeol dan mengatakan jika pria itu adalah seorang Gay. Lalu, pada malam itu. Semuanya berubah. Mata tajamnya benar-benar menghipnotis Yoona. Yoona yang pada awalnya memang mengidolakannya semakin tak menyangka saat Chanyeol melamarnya di depan Café Sapphire waktu itu karena tanpa sengaja tangan Chanyeol langsung menggapainya dan mengatakan ke semua orang bahwa Yoona adalah calon tunangannya.

Jujur Yoona terkejut saat itu juga namun didalam hatinya mengharapkan bahwa semua ini bukanlah mimpi, orang yang idolakannya tiba-tiba mengajukan lamaran. Namun, kebahagiaan Yoona seakan seperti bola salju yang menampar tubuhnya terjun dari atas tebing. Membuat hati Yoona hancur mendengarnya. Membuat tubuh Yoona seolah dingin dan tak bisa bergerak sama sekali.

Lagi-lagi, hanya karena memandang mata tajam itu Yoona langsung menerima tawaran untuk menikah dengannya. Hanya 3 bulan. Tidak lebih lama, katanya.
Dan ini sudah 1 bulan Yoona hidup bersamanya. Yoona melalui hari-hari bersamanya dengan senyum. Tak pernah mengeluh atau menangis di depannya. Yoona tahu Chanyeol jijik atau mungkin tak terbiasa dengan orang biasa sepertinya, maka dari itu Yoona tidak ingin memperlihatkan setitik air matanya jatuh dihadapan Chanyeol.

Saat Yoona mendengar semua bentakan dan penolakan Chanyeol, Yoona tetap tersenyum. Biarkan Yoona menjadi orang termunafik yang pernah ada. Hanya dalam waktu 2 bulan saja, bukan?

'Dasar orang gila! Dibentak malah dibalas dengan senyuman! Kau munafik Im-ssi.' Lagi-lagi Yoona tersenyum di depannya setiap saat Chanyeol berkata seperti itu.

Haruskah Yoona menyesal menganggapnya sempurna pada awalnya?

Apa Yoona salah mencintai seseorang seperti Chanyeol?
.
.
.
Hari ini adalah hari yang paling melelahkan. Karena ada 5 orang murid yang meminta Yoona menjadi guru Privat. Dan terpaksa Yoona pulang larut. Sebenarnya Yoona takut dimarahi Chanyeol lagi. Tapi sudahlah, ini kan memang sudah kewajiban Yoona sebagi seorang 'istri' dan guru. Ya, Istri yang tak dianggap.
Miris dan seperti drama sekali, bukan?

Mencintai Chanyeol memerlukan seni. Dulunya, saat Yoona masih dibangku Sekolah tingkat atas, Yoona tidak pernah menyukai pelajaran seni dan olah raga. Entahlah.. mereka begitu membosankan baginya.

Tetapi sekarang.,

Jika mencintai Chanyeol dengan rumus stokiometri dan trigonometri, sampai kapan pun Yoona yakin Chanyeol akan semakin menganggap Yoona rendah..
Chanyeol bahkan lebih pintar darinya. Dan sekarang, Yoona bahkan seperti atlet lari juara dunia. Bedanya sekarang Yoona mengejar cintanya.
Mencintainya adalah seni abstrak.

Kau bahkan tidak akan tahu apa yang akan terjadi 1 menit yang akan datang jika berada di depannya.

Ia begitu kaku. Dan sulit ditebak.

•Oneshoot Series• [M] Season 1✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang