SL : 03

5.4K 388 14
                                    

Jujur saja aku bingung. Kamu terlalu abu-abu untuk bisa kupahami.

🥀🥀🥀

"Qinan gak ke sini?" Rama bertanya pada Kibo dan Res saat mereka hanya datang berdua ke kafe.

Mereka menggeleng bersamaan, kemudian menarik kursi dan duduk di depan Alya dan Rama. Kibo berkata santai, "Biasalah, Ram. Dia jalan sama Kak Gilang."

Entah kenapa mendengar itu Alya refleks melirik ke arah Rama untuk melihat reaksi pacarnya tersebut. Ternyata dia hanya mengangguk tenang sambil menyedot milkshake yang dipesannya tadi. Tak ada wajah kesal atau cemburu sama sekali. Alya jadi bingung, sebenarnya Rama itu masih suka atau tidak pada Qinan?

"Kalo boleh tau ... Qinan sama cowok itu pacaran atau enggak?" tanya Alya tiba-tiba. Dia hanya sering kali melihat Qinan pergi bersama pemuda bernama Gilang tersebut saja, tak tahu bagaimana bentuk hubungan mereka sebenarnya.

"Enggak, mereka cuma deket." Res menjawab dengan santai juga.

"Tapi keliatannya mereka saling su—"

"Alya." Rama segera menyela ucapan Alya. Gadis itu menoleh, melihat wajah Rama yang menyorotnya teduh di sana. "Jangan ngomongin orang lain gitu, itu urusan mereka kita gak perlu ikut campur."

Kibo dengan santainya mencomot cookies buatan Alya yang ada di depan Rama, lalu mengangguk-angguk menyetujui ucapan temannya. "Ya, lo gak perlu menerka-nerka mereka itu gimana. Kita aja yang temen deketnya gak tau," katanya. Alya mengangguk, merasa tak enak karena membuat suasana jadi canggung.

Mereka kemudian memesan makanan lain yang lebih berat, lalu membahas banyak hal dari sesuatu yang sepele seperti kenapa ayam suka sengaja berak di teras rumah padahal ada halaman di depan rumah? Atau sesuatu yang lebih berat seperti konspirasi negara-negara adidaya di masa depan yang akan semakin gencar untuk mendominasi dunia.

Alya yang baru pertama ikut berkumpul dengan mereka jadi agak kaget dengan pembahasan mereka yang ngalor-ngidul tak ada ujungnya. Meski rasanya agak menggelikan, tapi Alya merasakan kehangatan yang luar biasa.

Sekarang Alya jauh lebih paham kenapa Rama selalu menomorsatukan teman-temannya. Karena memang mereka seasyik dan senyaman itu, tak ada gosip-gosipan, tak ada nyinyir-nyinyiran yang seringkali dibicarakan jika sedang berkumpul seperti ini.

Ah, Alya jadi teringat seseorang karena mereka. Dia jadi rindu.

"Al?"

"Alya?"

Satu jentikan jari di depan wajahnya membuat Alya tersadar. Gadis itu mengerjap, melihat Rama, Kibo, dan Res memandangnya keheranan.

"Lo lagi lamunin apaan?" tanya Res.

Alya menggeleng sambil menyengir. "Gue cuma keinget seseorang."

"Wow, sapa tuh?" tanya Kibo, sengaja melirik-lirik Rama untuk menggodanya. Rama mendengus kecil, tapi dia pun menoleh pada Alya karena penasaran.

"Temen gue."

"Ouhhh, kirain siapaaa." Lagi-lagi Kibo sengaja berkata dengan nada dibuat-buat sambil berkedip-kedip seperti orang cacingan ke arah Rama.

Setelah sekilas menjitak Kibo karena tingkah menyebalkannya itu, Res bertanya pada Alya. "Bener juga, gue jarang banget lihat lo main sama temen lo, Al? Lo gak mungkin gak ada temen kan di kampus?"

"Ada kok, cuma ya ... temen biasa."

"Lo kan sekelas sama Qinan, tapi kenapa kalian gak keliatan deket?" tanya Res lagi.

Second Lead (Toxic) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang