Kalau gak bisa jagain, lebih baik lepasin.
🥀🥀🥀
"Ram, mau jalan-jalan?" Alya berkata di samping helm Rama yang sedang menyetir motornya. Terakhir mereka pergi saat Rama datang ke rumah Alya malam-malam. Itu pun tak menyenangkan sama sekali karena isinya hanya membicarakan soal hubungan Genta dan Alya.
"Maaf ya sekarang gue gak bisa."
"Kenapa?"
"Ada urusan."
"Urusan apa?"
Rama membasahi bibir. "Keluarga."
"Ouh, yaudah gak apa-apa. Lain kali aja," ucap Alya berusaha tak kecewa.
Motor Rama berhenti tepat di depan gerbang rumah Alya. Gadis itu turun, merapikan ramput panjangnya sekilas. "Mau mampir?"
"Maaf, ya, lain kali aja."
"Yaudah gak apa-apa, makasih." Alya tersenyum ceria, Rama mengangguk kemudian melajukan motornya lagi hingga hilang dari pandangan Alya.
Raut wajah ceria Alya menghilang. Gadis itu menghela napas kasar, sebelum akhirnya berbalik dan melangkah ke depan pintu rumahnya. Meski saat di teras langkahnya terpaksa berhenti saat melihat mamanya berdiri di sana sambil menatap ke arah gerbang.
"Mama lagi ngapain?"
Deswita meliriknya. "Pacar kamu itu gak punya sopan santun ya?"
"Kenapa mama ngomong gitu?"
"Padahal dia tahu ada orangtua kamu di rumah, tapi dia gak mampir sama sekali. Kenapa bisa-bisanya kamu pacaran sama orang kayak gitu?"
"Ma, Rama ada urusan, jadi dia gak bisa mampir."
"Mama gak minta dia mampir lama, setidaknya buat sekedar nyapa aja kok. Apa waktunya akan terkuras banyak? Dulu waktu kamu sama Genta, dia gak seperti itu."
"Ma—"
"Dibanding sama si Rama, Genta jauh lebih baik dan sopan. Setiap nganterin kamu dia selalu nyempatin buat mampir. " Deswita berucap terang-terangan. "Apa kamu gak bisa balikan aja sama dia?"
"Ma, tolong jangan bahas itu. Aku gak bisa sama Kak Genta lagi," tegas Alya.
"Kenapa? Masalah kalian itu apa sih sampai bisa putus? Genta gak mungkin buat salah sama kamu, pasti kamu 'kan yang mengacaukannya?"
Alya menatap mamanya tak habis pikir. "Apa pun itu, aku dan Kak Genta udah gak ada hubungan. Jadi tolong berhenti bahas dia lagi."
Deswita mencibir. "Kamu emang susah ya kalo dibilangin." Kemudian melenggang pergi ke dalam rumah lebih dulu.
Alya menghela napas panjang. Sepertinya yang lebih keras kepala di sini adalah mamanya. Sejak Genta muncul, mamanya jadi lebih sering membicarakannya. Dan meski sudah ditegaskan oleh Alya, dia tak akan berhenti membahasnya.
Walau begitu, jauh di dalam hatinya Alya mengakui ucapan mamanya jika penyebab mereka putus adalah karena kesalahpahaman Alya.
***
"Yo, Gen, makasih traktirannya."
"Iyaloh, makasih. Maaf ngerepotin, tapi lain kali traktir lagi ya." Satu pukulan langsung mendarat di kepala Aldo.
"Dasar gak tau malu!"
Genta tertawa, terhibur dengan pertengkaran dua teman lamanya itu. "Iya, nanti kali-kali aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead (Toxic) ✓
Teen FictionTentang kebodohan Alya. Tentang keegoisan Rama. Dan tentang hubungan setengah hati yang mereka pertahankan. Apa akan hadir kebahagiaan jika mereka terus bersama? Atau pilihan terbaiknya adalah sebuah perpisahan? --- "Aku tau kalo kamu masih cinta sa...