SL : 04

5.2K 362 20
                                    

Aku sudah biasa diterbangkan dan dihempaskan lagi. Namun, kenapa rasanya tetap saja menyakitkan?

🥀🥀🥀

Senyuman cerah terukir sepanjang langkah Rama menuju tempat di mana Alya dan motornya berada. Alya mengerjap beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tak rabun, lalu mengulum senyum takjub melihat wajah Rama yang nampak begitu cerah. Entah apa yang terjadi, tapi Alya ikut bahagia melihatnya.

Bahkan saat Rama berhenti di depannya pun senyumannya masih belum luntur. Pemuda itu langsung mengambil helm yang digantung di motornya lalu menyodorkannya pada Alya.

"Jangan langsung pulang dulu, ya. Ayo ikut gue dulu."

"Ke mana?" Alya mengernyit sambil memasang helmnya.

Rama membantu memasang pengaman helmnya, lalu naik ke atas motor dan memakai helmnya sendiri. "Ayo, nanti juga tau," katanya baru menjawab.

Alya mengulum senyum, segera naik ke jok belakang. Sebelumnya Rama tak pernah seperti ini, tiba-tiba mengajaknya ke suatu tempat dan dengan wajah yang secerah itu. Ia jadi penasaran apa yang membuat Rama begitu senang.

Motor Rama melaju membelah jalanan ibu kota dalam keheningan. Dua sejoli itu sama-sama diam, berkutat dengan pikirannya masing-masing. Hingga kemudian motor itu berhenti di depan sebuah mall membuat Alya terhenyak sesaat.

Tadinya Alya berkhayal jika Rama akan membawanya ke suatu tempat yang istimewa, sayangnya kini pemikiran itu langsung lenyap begitu saja. Namun, Alya tak terlalu kecewa, diajak Rama pergi dengan inisiatifnya sendiri saja dia sudah senang bukan main. Mungkin ini termasuk tahapan dalam hubungan mereka.

"Mau ngapain ke mall?"

"Beli sesuatu." Rama menjawab disertai senyuman manisnya.

"Mau beli apa?"

"Udah jangan banyak tanya. Ayo, ikut aja." Rama meraih tangan Alya, menariknya memasuki bangunan besar tersebut. Langkahnya terbilang cepat, hingga Alya jadi sedikit terseret-seret karenanya.

"Ram, pelan-pelan."

"Oh, maaf." Rama menyengir, memelankan langkahnya.

Alya terkekeh kecil. "Kamu ini kenapa, sih? Keliatan semangat banget," tanyanya.

Namun, Rama tak menjawab, dia hanya menggeleng sambil tersenyum tipis lalu melanjutkan langkahnya sendiri, tanpa menggandeng tangan Alya lagi.

Mereka kemudian berhenti di toko pakaian. Alya mengernyit sesaat, ia hendak bertanya lagi, tapi Rama segera memasuki toko tersebut. Tanpa menunggu Alya, Rama langsung menyusuri rak-rak bagian pakaian wanita. Beberapa kali melihatnya dengan teliti untuk mencari ukuran yang tepat.

Alya mengejar, sempat kehilangan Rama yang ditelan jejeran rak pakaian dan beberapa orang pengunjung di sana. Ia bernapa lega saat melihat keberadaan Rama, segera mendekat dan ketika itu langsung dibuat tersentak saat tiba-tiba Rama berbalik menghadapnya sambil menyodorkan sebuah gaun putih selutut.

"Coba pake."

"Apa?" Alya melongo, masih terkejut.

"Dress ini bagus, 'kan?" tanya Rama meminta pendapat. Alya mengerjap, melihat gaun itu seksama lalu mengangguk pelan. "Nah, ayo cobain."

"Aku?"

Rama tertawa geli. "Ya masa gue, sih?"

Alya mengambilnya, mengulum senyum lalu segera pergi ke ruang ganti untuk mencobanya. Sementara Rama kembali memilah-milih pakaian di bagian yang rak lain, lalu mengambil sebuah hoodie pink polos bertepatan saat Alya sudah selesai berganti pakaian.

Second Lead (Toxic) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang