Gak ada istilahnya mantan bisa jadi temen.
🥀🥀🥀
Sejak kejadian Rama bertemu ayahnya dua hari lalu. Pemuda itu mendadak jadi pendiam. Alya paham situasi Rama. Namun, selain itu, entah kenapa Alya juga merasa jika pacarnya itu jadi lebih dingin padanya. Bahkan terasa jauh lebih dingin dibanding sikap Rama diawal hubungan mereka.
"Ram, kenapa makanannya gak di makan?"
Saat ini mereka tengah berada di salah satu restoran. Alya yang mengajak, ingin mengganti waktu mereka yang berjalan buruk dua hari lalu. Walau kini Alya sadar jika sekarang pun waktu yang mereka luangkan bersama tak berjalan sebaik apa yang dia kira sebelumnya.
Tanpa kata Rama menusuk sebuah kentang goreng, memakannya dengan ekspresi yang tak berubah.
Alya menelan ludah. "Kamu ... ada masalah ya?"
"Gak ada." Rama menjawab seadanya. "Gue cuma gak nafsu makan aja."
Alya mengaitkan anak rambut ke telinga. Bergerak dengan kikuk, tak tahu harus bereaksi seperti apa selain tersenyum tipis.
"Omong-omong kamu udah ngomong sama bunda kamu soal yang waktu itu?"
"Tentu."
"Gimana?"
"Gak masalah, kita cuma salah paham."
Alya manggut-manggut. Itu jawaban yang sederhana— bahkan terlalu singkat. Gadis itu menyantap makanannya lagi. Menyisakan seperempat bagian ketika dia sudah merasa cukup kenyang.
"Udah makannya? Ayo pulang." Rama berkata kemudian. Padahal piringnya sendiri masih penuh, hanya sedikit tersentuh.
"Kamu udah?" Alya balik bertanya.
Rama mengangguk.
"Gimana kalau kita ke—"
"Al." Rama memotong. "Hari ini gue agak capek. Kita bisa lanjut jalan di lain hari aja. Sekarang, gue anterin lo pulang, ya?"
Wajah Alya jelas menunjukan keberatannya. Dia tak mau pergi secepat ini, dia masih ingin menghabiskan waktu bersama Rama lebih lama lagi. Akan tetapi sepertinya Rama tak peduli. Tanpa menunggu jawaban Alya, pemuda itu memilih berdiri dari kursi, memakai kembali jaket yang tadi dilepasnya karena gerah, kemudian melirik Alya lagi sambil mengendikkan dagu —menyuruhnya bersiap juga.
Alya tersenyum hambar, mengangguk. Memakai kembali tas selempangnya, kemudian berdiri dan mendekat ke samping Rama. Menelan semua rasa keberatan yang ingin dia utarakan sebelumnya.
***
Motor ninja hijau milik Rama melaju dengan kecepatan sedang. Menyusuri jalanan ibu kota yang tak pernah sepi oleh kendaraan. Sekarang ini masih terhitung siang, akan tetapi keadaan langit yang mendung membuat suasana seperti sore hari.
Tak ada percakapan apa pun sejak motor itu melaju. Keduanya bungkam, yang satu sedang malas mengobrol, sedangkan yang satu lagi sedang bingung mencari topik pembahasan.
"Ram."
"Hm?"
"Boleh gak kalo kapan-kapan aku main ke rumah kamu?" Akhirnya Alya bisa mencomot asal topik.
"Mau apa? Kalo mau ketemu bunda, dia gak setiap hari di rumah."
Bibir Alya merapat sejenak. Respon Rama benar-benar jauh dari ekspetasinya. Terlalu tajam dan ... terdengar keberatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead (Toxic) ✓
Подростковая литератураTentang kebodohan Alya. Tentang keegoisan Rama. Dan tentang hubungan setengah hati yang mereka pertahankan. Apa akan hadir kebahagiaan jika mereka terus bersama? Atau pilihan terbaiknya adalah sebuah perpisahan? --- "Aku tau kalo kamu masih cinta sa...