The Vision

5.8K 218 8
                                    

Jennie menyentuh punggung tangan Rose dengan perlahan. Ragu untuk memprediksi orang seperti Rose yang terang-terangan meragukan kelebihannya ini. Setelah menarik nafas panjang, Jennje menutup matanya.

"Apa yang kau lihat?"
Rose mengerutkan dahinya begitu cengkraman Jennie semakin kuat di tangannya. Nafasnya mulai tidak beraturan bahkan keringat dingin bercucuran dari tepian kepalanya. Apa? Apa yang terjadi? Rose dan teman-teman lainnya merasa penasaran. Wajah Jennie memucat,
"Jennie. Apa yang kau lihat?"

Jennie membuka mata dan melepas genggamannya dengan kasar. Takut, itu yang ia rasakan sekarang. Ia membiarkan semua mata kebingungan tertuju padanya. Dia bergemetar, haruskah ia mengatakan apa yang ia lihat barusan? Haruskah?

"Jennie..? Kau baik-baik saja?"

"Aku... Aku melihatnya mati tertabrak truck besar."

Semua orang di ruangan itu terkejut, terkecuali Rose. Ia terkekeh pelan lalu memandang Jennie malas, seperti biasanya. Kekehan dengan nada bassnya terdengar mengejek -- lebih ke arah merendahkan. Sesekali ia menggelengkan kepala.

"Kau pasti bercanda--"

"Aku serius!"

"KAU PASTI BERCANDA!"

Rose berteriak cukup keras sampai membuat satu kelas yang awalnya berisik itu menjadi hening. Jennie terkejut, ah, bukan hanya dia. Satu kelas juga terkejut. Suara berat Rose memang menakutkan, seperti orangnya.

"Ro-rose.."

Hyeri maju beberapa langkah, menenangkan Rose yang entah kenapa sangat kesal sekali dengan Jennie yang menurutnya itu selalu mengada-ngada. Memprediksi masa depan? Memangnya dia ini Tuhan apa?

"Tenanglah. Ok?"

"Kalian ini mau saja ditipu oleh dia! Mana ada manusia bisa melihat masa depan? Kalian ini tidak punya otak yah?!"

"Rose...!"

"Jaga ucapanmu yah!"

Lisa Manoban yang sedari tadi berdiri di belakang Jennie mulai berteriak, membalas bentakan Rose pada Jennie. Rose memandang Lisa yang sudah menahan amarahnya. Bukan rahasia umum lagi kalau si Lisa itu menyukai Jennie, jadi, yah. Apapun yang mengancam Jennie pasti akan berurusan dengannya.

Jennie masih shock dengan apa yang ia lihat. Tubuh Rose yang berlari kencang demi menyelamatkan seseorang dari tabrakan truk hingga terpental dengan sangat jauh ke belakang. Penuh darah, penuh luka.

"Jen.. Jennie..."

Yang lain masih berusaha menenangkan Jennie tapi tidak, ia tidak bisa tenang sekarang. Tubuhnya bergemetar hebat, jantungnya berdegup sangat cepat seolah-olah akan segera meledak, keringat dingin bercucuran tak karuan.

"Aku ingin ke UKS."

"Aku yang antar..!"

"Tidak. Aku sendirian saja."

Jennie menolak tawaran Lisa untuk mengantarnya pergi ke UKS. Jennie mendadak mual, ia rasa ia tidak dapat mengikuti pelajaran SBK kali ini. Losa segera menggertak, ia memandang Rose yang mulai mereda amarahnya.

"Ini semua salahmu!"

"Aku?!"

"Kenapa kamu begitu pada Jennie,hah?"

Losa memang selalu mencari masalah dan Rose adalah orang yang selalu memberikan masalah pada Lisa. Mereka berdua bagaikan kucing dan tikus, sudah tidak mengherankan lagi melihat keduanya berkelahi.

"Sudahlah. Kalian mau masuk ke ruang BP lagi?"

Im Nayeon mulai menengahi mereka. Hanya terdengar decakan kesal Lisa yang tidak dapat menyalurkan emosinya dengan puas ke wajah Rose, begitupula sebaliknya.

Saving You (Chaennie) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang