Suzy's Confession

1.1K 151 9
                                    

Note : press vote, it's free :)






Ini sudah dua hari semenjak kejadian Lisa membentak si Lisa, teman masa kecilnya. Dan dua hari itu juga Lisa tidak lagi berhubungan dengannya. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Jisoo sekarang.

Di tengah jam istirahat yang akan usai, sesekali Jennie melirik ke arah Lisa. Dia terlihat sedang bercanda gurau dengan Jisoo yang duduk disampingnya. Jennie menghela nafas. Ia cukup merasa bersalah karena telah membentak Lisa. Jennie tidak mau mengakuinya, tapi kini Ia sungguh merindukan temannya yang berisik itu.

Rose yang berada tak jauh dari sana mendengus kesal. Tidak sedikitpun Rose menyentuh makanannya, ia terus memerhatikan Jennie dari kejauhan. Kenapa dia harus peduli? Kenapa dia harus merasa bersalah pada Jennie padahal ia tidak meminta Jennie untuk membantunya sama sekali?

Rose sungguh kesal. Ia tidak ingin peduli tapi hatinya selalu merasa peduli pada si gadis bermata kucing itu. Perlahan ia memantapkan hatinya. Ia mengangkat makanannya lalu berjalan menuju meja Jennie.

"Loh, mau kemana Chae?"

Tidak ada jawaban dari pertanyaan Suzy yang sudah sedari tadi menyantap makan siangnya itu bersama Rose. Rose melangkah dengan pasti sampai ke meja Jennie.

"Hmm?"

Jennie sedikit terkejut ketika melihat Rose yang sudah duduk di hadapannya.

"Kenapa melihatku seperti itu? Kamu tidak senang aku duduk disini?"

Jennie menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kalau begitu, ayo makan!"

Jennie hanya mengangguk, entah kenapa dia mau saja menuruti perintah gadis jangkung itu. Disisi lain, Suzy mengendus sebal, ia kesal karna Rose masih saja berdekatan dengan Jennie walaupun kemarin karna si Jennie-lah dia berkelahi lagi dengan Lisa.

Ah, ngomong-ngomong soal Lisa... Kenapa gadis itu tidak lagi menganggu Jennie? Apa karena kejadian kemarin itu? Rose jadi merasa penasaran.

"Hei, Jen."

Jennie mendongak, ia sedikit terkejut karena Rose memanggil namanya tiba-tiba.

"Maaf karena aku kamu menjadi begini dengan Lisa."

Ia menunduk. Dari suaranya terdengar betul kalau ada perasaan bersalah dari Rose. Suara keras-datar-dan-beratnya itu kini menjadi sedikit lembut. Jennie menghela nafasnya, ia juga sedikit menyesal tapi, sudahlah ... ia juga tidak terlalu memikirkan hal tersebut.

"Ani. It's not a big deal."

Jennie mencoba sebisa mungkin untuk tidak menunjukan perasaannya yang sebenarnya walaupun, yaah ia merasa sedikit kesepian semenjak Lisa dekat dengan si Jisoo. Tapi itu bukan sepenuhnya salah Lisa. Toh, waktu Lisa dekat dengan Jennie. Jennie malah terus menjaga jarak dengan Lisa.

"Gurrae. Aku mengerti."

🐿️🐿️🐿️

Semenjak saat itu, entah mengapa Jennie merasa kalau jaraknya dan Rose kian dekat. Rose sering kali menyapanya, walau hanya sekedar berkata "hey" atau mengajaknya makan bersama. Ada sedikit perasaan senang di hati Jennie namun ada juga sedikit kegetiran disana.

Apalagi saat Jennie melihat masa depan Rose lagi. Pandangan itu, pengelihatan itu. Sekeras apapun Jennie berusaha melupakannya, ingatan itu tetap teringat dalam batinnya. Bagaimana ia melihat sesosok gadis berdarah-darah, bagaimana pengelihatan itu terasa lebih nyata dibanding hari-hari sebelumnya.

Dan itu terjadi tiap kali ia berdekatan dengan Rose.

Ada perasaan buruk dalam hatinya. Ia menjadi punya rasa tanggung jawab terhadap Rose, itulah kenapa ia senang karena Rose mulai mendekat padanya. Setidaknya, ia mengetahui kalau gadis itu baik-baik saja. Saat bersamanya.

"... hei, Jennie!"

Jennie yang saat itu sibuk merapikan buku-bukunya kini menoleh ke arah kanannya. Gadis berambut panjang dengan wajah masam ini berada tepat disampingnya. Pandangannya menunjukan pandangan tidak suka, suaranya ketus, dan entahlah ... Jennie merasa kalau Suzy memang benci dengannya sekarang.

"Ne?"

"Temui aku sepulang sekolah, di taman belakang. Jangan ajak siapapun termasuk Rose. Arrasseo?"

"Wae?"

"Tck. Nanti kau akan tau. Aku tunggu di taman!"

Suzy berlalu tanpa sempat Jennie menjawab ajakan gadis itu. Jennie memandang punggung Suzy yang menghilang dari balik pintu dengan gugup, ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Disaat seperti ini, ia malah tidak dapat merasakan pengelihatan apapun ..! Menyebalkan.

"Kamu yakin mau pulang sendirian?"

Rose mengangkat sebelah alisnya begitu Jennie muncul. Sudah beberapa hari ini mereka pulang bersama. Arah rumah mereka berdekatan, walaupun di tengah jalan menuju perempatan, Rose harus berpisah dengan Jennie karena letak rumah mereka berlawanan.

"Ne."

"Wae?"

"Itu ..."

Jennie awalnya ingin menjawab tapi kini ia memilih untuk menggeleng. Suzy sudah bilang agar tidak membiarkan Jennie mengajak siapapun, termasuk Rose.

"Aku ada urusan."

Rose ingin bertanya lagi, tapi Ia tidak mau membuat Jennie sebal padanya.

"Okay. Kalo gitu, aku duluan yah. Bye, Jen."

Tanpa Jennie duga, Rose langsung bersikap biasa saja dan pergi meninggalkannya. Jennie merasa sedikit lega, karena awalnya Ia pikir Rose akan terus mendesaknya. Ia pun segera berlari menuju lokasi yang ditentukan si Bae Suzy.

Tidak ada siapapun disana. Sepi.
Hanya ada angin yang berhilir lembut. Padahal biasanya disini ada saja anak-anak yang nongkrong. Taman belakang memang menjadi tempat favorit murid-murid untuk bolos selain atap sekolah walaupun resiko ketahuan lebih tinggi.

Jennie mencoba mencari keberadaan Suzy dan menemukannya sedang berdiri bersandar di salah satu tembok pembatas taman dan juga kawasan luar sekolah. Ia memandang Jennie tajam, pandangan yang mematikan. Membuat Jennie sedikit gugup sekaligus takut.

"A-apa yang kau ingin bicarakan, Suzy?"
Jennie berusaha untuk menetralkan getaran dalam suaranya namun nihil. Ia malah terdengar gagap dan ketakutan.

"Aku hanya ingin bertanya soal sesuatu .."

"Mworago?"

"Kenapa sekarang kamu jadi dekat sama Rose?"

Jennie terdiam. Ia melihat Suzy yang menggebu-gebu seolah menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya.

"Itu ..."

"Aku menyukai dia!"

DEG

Jennie terperanjat. Apa? Ia tidak salah dengar, kan? Suzy menyukai Rose? Ah, harusnya ia tidak perlu kaget. Ia harusnya paham betul semenjak kejadian dimana Suzy menyelamatkan Rose. Mereka nampak begitu dekat sejak saat itu. Tapi, kenapa kini dadanya seolah remuk?

"A-aku..."

"Aku menyukai Rose! Aku tidak suka kau terus dekat-dekat dengannya!"











TBC




Suzy on the move~
Gimana ya nantinya reaksi si Jennie apa dia bakal ngejauhin Rose?
Wait for the next chapter okay 😉
Love you all 💜

Saving You (Chaennie) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang