Hold me 'till The End

1.7K 145 16
                                    

"We never know when our time will come, so when you found The One cherish them."-me

.

.

Hari semakin sore, langit jingga kemerahan membentang di atas sana. Rose dan Jennie berjalan beriringan. Di perjalan, mereka hanya berbincang biasa. Angin mulai berhembus menusuk tulang. Bahkan dengan jaket yang mereka berdua pakai tidak mampu menutupi dinginnya angin.

"Sebenar lagi musim dingin,"

"Padahal kemarin masih terik dan hujan."

Mereka berdua menatap langit bersamaan. Terdengar suara keroncongan yang kebetulan dari perut mereka berdua. Mereka berdua bertatapan lalu tertawa.

"Gimana kalau kita makan dulu?"

"Boleh aja. Makan dimana, by?"

"Gak jauh dari sini ada pusat makanan, wifey."

Rose menunjuk ke arah tempat yang tidak jauh dari mereka. Dari sana memang terlihat ramai oleh orang-orang berlalu - lalang.

"Kita bisa pakai voucher makan ku kok,"

"Katanya buat sehabis lomba?"

"Laparnya kan sekarang wifey..."

Jennie tertawa mendengar ucapan Rose. Gadis pirang itu pun menarik tangan pacarnya dan berlari menuju kumpulan orang-orang itu.

.
.

Sementara itu, Irene sedang menenguk kopinya, masih di cafe dekat rumah sakit dimana Seulgi bekerja. Seulgi disana, di pintu masuk dengan parka cokelat kayu yang ia buka begitu masuk. Coat hitam terlihat sempurna di tubuh sang dokter.

"Maaf menelfonmu untuk menemuiku dan aku malah terlambat."

Seulgi duduk setelah berminta maaf.

"Tenang saja, kamu kan prioritasku."

Seulgi sedikit menunggingkan senyum. Perkataan Irene memang selalu membuatnya terbuai. Ia pun mengangkat tangannya, memesan green tea yang hangat untuk tubuhnya yang dingin ini. Setelah itu, Seulgi memperhatikan Irene yang matanya menatap ke luar jendela.

"Sebentar lagi musim dingin, angin berhembus kencang sekali tadi."

"Ne..."

Seulgi merasa Irene akan memutuskan untuk memberitahu Jennie soal pernikahan ibunya sekarang. Padahal ia ingin membicarakan sesuatu yang lebih penting dari masalah ini. Bukan berarti masalah Irene sekarang tidak penting hanya saja..

"Masih kepikiran masalah yang sama?"

"Hm.."

"Padahal aku ingin membicarakan sesuatu yang penting juga."

Irene meletakkan cangkirnya, menerawang Seulgi dengan manik mata cokelatnya.

"Apa itu, Seul?"

"Masih seputar pernikahan,"

"Hah?"

Seulgi berdiri di depan Irene, lalu Ia berlutut. Mengeluarkan sekotak merah cincin berlian di depan kekasihnya hingga wanita itu menutup mulutnya tidak percaya.

"Seul.."

"Joohyun-ah, bersediakah kamu menjadi istriku?"

.
.

Rose dan Jennie harus menunggu kursi kosong. Mau tidak mau mereka menjadi nama di waiting list restoran itu. Untungnya, mereka tidak perlu menunggu siapapun lagi untuk tempat yang akan di dapatkan ini.

Saving You (Chaennie) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang