Amore (Bonus Chapter)

2.3K 167 32
                                    

Buat kalian yang minta bonus chapter here we go 😊
Happy reading~ 💞

.

.

Seorang wanita berteriak histeris di depan meja resepsionis rumah sakit.

"ANAKKU JENNIE! DIMANA DIA CEPAT KATAKAN!!!"

"Sabar nona, sebentar. Uh. Igo. Pasien bernama Kim Jennie ada di kamar 306."

Jessica langsung berlari menuju kamar yang berada di lantai tiga tersebut. Ia bahkan tidak menunggu lift yang masih penuh, dengan tergesa-gesa Jessica membawa kakinya menaiki anak tangga demi anak tangga agar dirinya bisa cepat melihat kondisi putri semata wayangnya.

Dirinya memang bodoh. Jika saja Tadi Ia tidak lari dari Jennie, putrinya tidak akan berakhir seperti ini. Jessica meruntuki dirinya sendiri. Ini semua salahnya. Ia sungguh menyesal telah mengabaikan anaknya selama ini. Jika sesuatu terjadi pada Jennie... Tidak! Jessica menggelengkan kepalanya. Jennie akan baik-baik saja. Ia yakin itu.

"Hah. Hah. Kamar 306, 306, 30- ah. Ini dia."

Ceklek

"Shireo!! Lepaskan aku eonni! Aku mau bertemu Rosie! Hiks aku mau Rosieku eonnie!!"

"Jennie..?"

Jessica menatap nanar anaknya yang masih histeris di pelukan adiknya.

"Ssshh. Tenanglah, sayang. Rose akan baik-baik saja. Percayalah, Seul dan dokter lainnya sedang menanganinya. She'll be okay."

"Tidak! Kau bohong! Aku melihatnya- tubuhnya benar-benar dingin eonnie! D-dia..." Jennie kembali terisak. Pikirannya kembali pada saat Ia memeluk tubuh dingin, penuh darah kekasihnya itu.

Saat itu, Jennie merasakan hatinya hancur untuk yang kedua kalinya. Itu adalah kali kedua dirinya kehilangan orang yang Ia sayangi. Kini, Jennie hanya bisa berdoa. Agar Tuhan memberikan mukjizat-Nya pada Rosie. Agar Rosienya bisa selamat dan mereka bisa membesarkan anak mereka berdua.

That's right. Jennie tengah mengandung anak gadis blonde itu. Ia belum melakukan test kehamilan, tapi Jennie yakin kalo dirinya hamil. Pasalnya, belakangan ini emosinya sering berubah-ubah dan saat makan ramyun bersama Rose tadi sore, Ia sempat muntah-muntah.

Jennie menghela nafasnya. Jika benar Ia hamil, dan Rose pergi meninggalkannya... Entah apa yang harus Ia lakukan. Menggugurkan kandungannya? Tidak. Jennie tidak mungkin tega membunuh buah cinta mereka.

"Jennie? Gwenchana?"

Jennie mengusap matanya yang sembab dan kemerahan. "Gwenchana, eonnie. Na..." Jennie menoleh kearah wanita yang Ia kejar-kejar tadi sore.

"J-Jennie... Apa kau baik-baik saja, nak?"

"Apa aku terlihat baik-baik saja bagimu?!"

"E-eomma minta maaf. Jennie-"

"Tidak! Aku tidak mau mendengar apapun darimu. Ini semua... Jika Rosie tidak selamat, aku tidak akan memaafkanmu!"

.
.

Sudah tujuh hari Jennie dan Rose dirawat di rumah sakit. Kondisi Jennie sudah semakin membaik, namun Rose masih belum sadar juga dari komanya. Jennie ingin sekali melihat kondisinya pacarnya, tapi Seulgi tidak memberikan izin. Sampai...

"Selamat pagi, Jennie."

"Pagi, Seulgi eonnie."

"Yaa. Kenapa pagi-pagi calon keponakanku sudah cemberut begitu hmm?"

"Kapan aku boleh menjenguk Rosie?"

Seulgi tersenyum. "Sekarang juga boleh. Dia baru saja sadar."

Rose mengalami cidera di kepala, bahu dan kaki sebelah kanan yang lumayan serius. Namun kondisinya sudah stabil sekarang. Tempo jantungnya teratur, tekanan darahnya stabil, denyut nadinya juga mulai normal kembali. Makanya Seulgi memperbolehkan Jennie melihat Rose. Ia tau gadis itu sangat dekat dengan Rose. Ehem sangat amat dekat bahkan.

Saving You (Chaennie) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang