Broken

1K 139 30
                                    

TW : mengandung depression/suicidal thoughts

.
.
.
.
.

Rose melepaskan bibirnya dari bibir mungil Jennie.  Lembut, manis, dan basah. Itulah yang dapat Ia deskripsikan tentang bibir Jennie yang baru saja dikecupnya.

Eh c-cangkamman. Rose apa yang udah kamu lakuin?! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Batin Rose. Ia meruntuki dirinya sendiri, apalagi kini Jennie membuka matanya, ia terlihat sama terkejutnya dengan Rose. Mereka berdua saling berpandangan dan tak lama mereka tertawa kikuk. Ah, benar-benar momen yang awkward.

"Ma-maaf.."

"Gwenchana.."

Gwenchana? Jennie tidak marah? Kini Rose hanya duduk dengan gelisah di samping Jennie sementara si mata kucing hanya menahan nafasnya. Ia tidak percaya kalau Rose berani mengecup bibir yang tidak pernah disentuh siapapun selama hidupnya itu.
Ia merasa kecewa namun juga merasa senang (?)

Hanya ada kesunyian yang terjadi disekitar mereka. Rose makin kebingungan. Ia harus bagaimana sekarang? Apa ia harus pulang saja? Iya. Dia harus pulang. Lagipula, berlama-lama di rumah orang lain itu tidak sopan!

"K-kalau begitu, aku pulang yah."

"Umh.. akan ku antar sampai depan."
Jennie berdiri dan berjalan menuju pintu depan. Ia memperlihatkan gummy smilenya di hadapan Rose. Sekali lagi, Rose seolah terpanah oleh senyum imut nan manis gadis itu. Entah kenapa ia jadi enggan pergi begitu saja dari sini. Sekali lagi, bukan masalah kan?

"Jenniyaa .."

"Ne..?"

Rose kembali mendaratkan ciumannya lagi di bibir Jennie. Kali ini hanya ciuman kilat. Mereka berdua tersenyum sambil tersipu malu. Jantung berdebar hebat karena apa yang baru saja Rose lakukan.

"Oke, sekarang aku pulang yah."

"Ne. Hati-hati, Rose."

Rose mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat itu. Begitu Jennie menutup pintunya, ia segera menahan teriakan dari mulutnya dengan kedua telapak tangan. Dadanya berdebar tak karuan. Astaga, beginikah rasanya jatuh cinta?

Jennie melompat bahagia. Rasanya Ia masih tidak percaya Rose yang selalu bersikap dingin pada siapapun malah bersikap sangat manis kepadanya. Hanya padanya. Jennie harap.

Tiba-tiba, sesuatu membuatnya terdiam. No. Ini terjadi lagi, pengelihatan itu. Pengelihatan kejadian Rose.
Kali ini terasa sangat nyata ..

Tapi, apa ini?
Kenapa ia melihat sesosok wanita yang tidak asing untuknya?
Ibunya?
Itu benar ibunya?

Jennie membuka matanya, peluh menetes dari kening Jennie. Ia terkejut sekaligus takut. Ia melihat ibunya. Iya! Jennie melihat ibunya sendiri. Ibunya yang sudah lama tidak ia temui, yang ia rindukan selama ini. Tapi kenapa, kenapa ibunya ada di pengelihatan Rose?

~~~

Rose berjalan menuju rumahnya yang terlihat terang. Padahal ia yakin, ia telah mematikan lampu rumahnya sebelumnya. Kini ia mempercepat langkah kakinya bahkan ia berlari sekuat tenaga. Mungkinkah?

Sebuah mobil asing terlihat terparkir di depan rumahnya. Mobil siapa ini? Apakah ayahnya? Atau ibunya? Dan kenapa Rose menjadi takut untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri?

Rose berdiri di depan pintu rumahnya. Ia mendengar ada suara pria dan wanita di dalam, terdengar cukup jelas di telinga Rose. Ah, suara orang tuanya. Apa mereka kembali seperti semula? Mengkin kah?

".. jadi selama ini Rosie tinggal sendirian?!"

Hendak saja Rose mencoba masuk ke dalam. Namun Ia mengurungkan niatnya ketika suara pria yang merupakan ayahnya itu terdengar keras.

Saving You (Chaennie) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang