AWAL MULA

412 102 26
                                    

Terlihat di depan kantin ada segerombol cewek yang melingkari seorang cowok di tengahnya.

Mereka saling oper-mengoper sebuah kacamata yang diketahui milik cowok itu. Sementara cowok itu berusaha mengambil kacamata nya yang diangkat tinggi-tinggi oleh mereka.

Cowok itu ber name tag "Alzeyn Alvero Putra". Cowok kutu buku dengan kacamata bulat, dan penampilan yang lengkap aksesoris wajib serta rapi.

Dia biasa diperlakukan seperti itu dengan seangkatannya ataupun kakak kelasnya. Sampai-sampai adik kelas nya pun ikut membully dia. Btw, dia kelas VIII SMP.

Kemana-mana selalu sendiri. Hanya ditemani dengan buku saja. Dia juga sebenarnya manusia normal seperti lainnya. Anggota tubuh yang lengkap, juga mempunyai berbagai keinginan yang harus dicapainya.

"Balikin kacamata aku kak!" katanya dengan masih berusaha mengambil kacamatanya.

"Ambil dong!" seru senior itu.

"Sini ambil! Gak bisa? Dasar culun!!"

"HAHAHA!!!" cewek-cewek itu tertawa dengan kencang.

"Balikin sini!! Aku bilangin guru, mau?" ucap Al sangat geram.

"Dasar lo cepu!" kata Sasya, yang notabenya ketua geng mereka.
Memang, geng satu ini sering melakukan pem-bullyan. Terlebih lagi pada cowok itu. Mereka tidak ada hentinya mem-bully cowok itu.

"HUUU!!!" cewek-cewek itu menyoraki Al.

Kacamata nya belum juga sampai pada tangan Al. Sementara Al sudah lelah dan tidak bisa mengambil kacamatanya yang berada lumayan tinggi dari jangkauannya.

"Yaudah. Kakak mau apa?" ucap Al, membuat Sasya tersenyum miring.

"Mmm... Enak nya diapain ya gengs?" Sasya bertanya kepada teman-temannya.

"Pr gak ada—" ucap kinan.

"Jadwal piket juga gak ada," potong Meta.

Lama berpikir, akhirnya Sasya mengeluarkan ide nya sambil menjentikkan jarinya,
"Ahh! Menarik juga."

"Apaan Sya?"

"Apa? Apa?!"

Sasya tidak menghiraukan ucapan temannya. Dia membuka handphone, dan meng-klik aplikasi kamera.

"Nan, videoin ya," suruhmya sambil menyerahkan handphone nya kepada kinan.

Kinan mengerutkan keningnya. Lalu menatap Meta dengan isyarat bertanya 'Apaan?' namun Meta menggeleng.

"Lo mau kacamata ini kan?" Sasya memain-mainkan kacamata nya.

"Iya!" Al mengangguk cepat.

"Kalo gitu, lo harus sujud di kaki gue."

Perkataan Sasya membuat Al terkejut, begitupun kedua temannya.

"WHAT?!!" ucap Kinan dan Meta bersamaan.

"A-apa kak?" Al meneguk ludah, kasar. Berharap ucapan Sasya hanya candaan.

"Lo tuli? Cepet sujud di kaki gue!" Sasya menunjuk kakinya. Al menggeleng.

"Mau gue balikin gak kacamata lo?"

"I-iya. Iya kak..." Al pasrah. Kemudian dia menjongkokkan tubuhnya lalu dengan perlahan menundukkan kepalanya ke punggung kaki Sasya.

Namun, sebelum Al benar-benar mencium kakinya, seseorang datang. Dan mendorong Sasya dengan keras.

"Eh Sya! Sya!" teriak teman-temannya sambil menahan tubuh Sasya agar tidak jatuh.

"Apaan sih! Lo nga—" ucapan Sasya terpotong oleh cewek itu.

"Apa?!! Gak ada capeknya ya lo, ngebully orang terus?!" katanya.

"Lo lagi! Ngapain lo sujud di kaki dia? Bangun lo!" lanjutnya sambil membantu Al berdiri.

"Lo jadi cowok gak usah lemah gitu! Dan juga gak usah tunduk sama ni ni orang." Dia menunjuk satu-persatu geng cewek itu.

"Aku mau ngambil kacamata itu." Al menunduk, membuat cewek itu menatapnya jengah lalu kembali menatap Sasya.

"Balikin gak lo kacamatanya?"

"Lo siapa sih? Gak pernah liat gue," tanya Sasya, tatapannya sengit pada cewek yang sudah beraninya mendorong tadi.

"Anak baru dia Sya," celetuk Meta seraya meliriknya sinis.

"Ohh...Anak baruu. Gini kelakuan anak baru? Sok jadi pahlawan??" Sasya terkekeh geli. Hal itu membuat El menautkan alisnya, geram.

"Awalnya gue gak peduli sama lo semua. Tapi makin kesini kelakuan lo makin keterlaluan!”

"Bully orang sana sini. Nganggep semua orang rendah." Ia melirik tubuh Sasya dari bawah sampe atas.

"Padahal sendirinya yang rendah," lanjut cewek itu dengan santainya.

"Apa?!!" Sasya membulatkan matanya, tidak terima.

"Seragam lo udah ketat. Segitu miskinnya lo, sampe seragam aja gak ke beli?" ucapnya dengan tenang namun Sasya tetap tidak terima.

"Makeup tebel gitu. Mau lamar jadi badut lo?" ia memegang dagu Sasya dan melihat jelas makeup yang sangat tebal di wajah Sasya.

"Gak usah megang-megang gue anak baru! Gue ini senior, kakak kelas lo. Jadi lo harus tunduk sama gue!" Sasya menghempas tangan cewek itu.

"Kalo bener sih, gue tunduk. Tapi ini..." ia menatap Sasya rendah lalu setelahnya ia terkekeh.

"Berani lo ya!" Sasya ingin menggampar wajah perempuan itu, namun ia segara menahannya.

"Eh... Eh... Kakak kelas gak boleh kasar gitu loh. Btw, kenalin nama gue Elqueen callistya grizella. Panggil gue El. Gue gak berharap kita temenan baik. Sorry sorry aja yee." El menjabat telapak tangan Sasya yang ingin menggamparnya tadi. Tapi Sasya segera menepisnya.

"Nama lo kebagusan tau gak?!"

"Yapp, betul sekali. Nama gue emang lebih bagus daripada akhlak lo semua," finish El lalu meninggalkan mereka, dengan menarik tangan Al.

*****

Sekarang keduanya sudah berada di kantin. El yang mengajak Al kesini.

"Oke, karena gue udah bantuin lo. Jadi lo harus kasih balasan ke gue."

Perkataan El membuat Al meneguk ludah.
Takut jika diberi yang lebih buruk.

"A-apa? Mau dikerjain pr nya, yaudah nanti aku kerjain ya!"

"Ehh enggak kok. Lo gak usah sama-samain gue sama geng itu ya!"

"Terus?"

"Lo harus traktir gue! Mau kan?" kata El dengan semangat. Al pun mengangguk cepat.

"Traktir semampu lo aja tapi. Gausah di paksa." El menatap Al sendu.

"Gak apa-apa kok. Aku ada segini." Al mengeluarkan selembar uang kertas berwarna merah dari sakunya.

"Woww banyak juga jajan lo. Gue aja warna biru haha."

El tidak percaya, ternyata cowo culun itu ialah orang berada.

"Kalo El mau, kita sering-sering traktir ya!" tawar Al.

"Oke!!" ucap El lalu mengarahkan telapak tangannya. Berniat ber-tos dengannya. Dengan cepat Al membalasnya.

###

Jangan lupa vote+komen


Tbc.


AL & EL || On Going (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang