Rose melempar satu persatu cimolnya dan menggerutu tak jelas di samping Lisa yang juga tengah duduk menikmati cimol yang dia beli bersamanya saat keluar dari gor tempat bertanding basket kampusnya tadi.
Bukan karena mempermasalahkan cimol itu terbuat dari tepung tapioka biasa atau tepung tapioka asli Zimbabwe, bukan juga menyesal mengeluarkan duit untuk membeli jajanan ter-favorite di saat uang bulanannya menipis. Lebih tepatnya dia marah-marah tak jelas karena melihat kerumunan mahasiswi yang berteriak histeris menunggu antrian untuk berfoto bersama para atlet basket kebanggaan kampusnya.
Padahal baru menang, nanti juga ditanding lagi. Sepertinya semua mahasiswi itu harus tahu bahwa masih ada babak penyisihan, belum lagi semi final lalu final.
"Lo kalau nggak mau, biar gue makan."
Kalau saja Lisa tak merebut paksa cimol milik Rose, mungkin cimol itu akan benar-benar habis bukan karena dimakan, tapi di lempar-lempar ke tanah.
Eman cuk. Kalau kata Lisa.
Rose kembali mendengus dan meraih kembali cimolnya, "Saya mau kok."
"Lah itu lo buang semua anjir." Seru Lisa seraya menunjuk ke tanah dekat sepatunya, tepatnya pada satu persatu cimol yang mulai dikerubungi lalat-lalat.
Agak bingung sebenarnya. Rose tadi yang mengajaknya karena katanya lapar, kok malah cimolnya diberikan semua ke lalat-lalat? Tolong dong, dompet Lisa yang menipis karena tanggal sudah berada di akhir bulan menangis melihat Rose membuang-buang jajan yang di beli itu.
"Itu tadi ada yang nggak enak." Rose akhirnya berkata, bohong atau benarnya dia mengatakan alasannya itu, yang Lisa tangkap tetaplah bohong.
Lisa mencibir, "Lah tumben punya Bang Rojik lo bilang nggak enak."
"Saya yang nggak mood." Rose menjawabnya pelan dan kembali memakan cimolnya dengan malas.
Baiklah, berarti Rose memang mau memakan cimolnya. Dan Lisa nggak jadi dapat sisa itu, padahal lumayan dia makan kalau Rose nggak mau. Owkwok, fase tanggal akhir emang ngenes untuknya.
Sekarang baik Rose maupun Lisa sama-sama kembali memperhatikan atlet-atlet basket kampusnya yang tiap menit kalau dihitung ada sekitar 5 kali menyibakkan poni rambutnya di depan mahasiswi-mahasiswi.
"Jamet." Ketus Lisa seraya membuang bungkus cimolnya yang ternyata sudah habis duluan.
Dan Rose setuju dengan statement yang diberikan Lisa pada cowok-cowok basket kampusnya itu.
It's okay kalau menyibakkan rambut, tapi apa perlu menjulurkan lidah juga kalau sehabis tertawa atau sedang berbicara? Menurutnya itu mirip mas-mas yang pernah nggak sengaja lewat fypnya.
Dia dan Lisa sudah sangat hapal cara cowok-cowok perbasketan di kampusnya itu kalau sedang tepe-tepe.
Yak benar, tebar pesona.
"Lo jijik nggak sih liat Hyunjae begitu?"
'Mereka' yang sedang dibahas oleh Rose dan Lisa, salah satunya adalah Hyunjae yang memang tergabung dari perbasketan itu.
Lisa terus terang menanyakan itu dan membuat Rose tertawa kencang.
Benar juga, yang jametnya paling mencolok dari antara cowok-cowok itu adalah Hyunjae.
"Dia lagi ada gebetan ya?" Tanya Rose yang hanya dijawab gelengan tak tahu dari Lisa.
"Alay banget, tapi untung ganteng."
Lisa menoleh cepat, "Hyunjae emang merasa paling ganteng sedunia kalau udah pake seragam tim basket kampus, ditambah kalo udah keringetan."
Dan Rose lagi-lagi setuju dengan apa yang dikatakan Lisa tentang Hyunjae.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MONTH
FanfictionMari kita simak perjalanan pedekatenya tuan muda ganteng es batu selama sebulan. ff lebay, jangan dibaca peringatan : sider bokongnya kelap kelip