Aku mantap nanar pada pesan yang masuk pada gawai suamiku. Sebuah foto Mas Faris dan Nala. Seorang gadis yang menjadi adik angkatnya. Apakah wajar seorang adik angkat yang sudah dewasa mencium pipi kakak angkatnya?
Kutekan segala pikiran yang berkecamuk dalam benakku. Mungkin karena dibesarkan bersama membuat suamiku begitu dekat dengan sang adik.
Kuletakkan kembali gawai ke nakas. Aku kembali ke dapur. Membuat teh madu kesukaan Mas Faris. Saat aku kembali Mas Faris sudah berdiri di dekat meja makan.
"Pagi cantik," Mas Faris mengedipkan satu matanya. Aku segera menghampiri lalu merebut dasinya dan memakainya.
"Terimakasih kesayangan mas." Dia mencubit hidungku. Lalu kami berdua duduk di kursi.
"Mas mau makan pake nasi goreng atau roti selai?"
"Nasi goreng aja." Aku mengangguk. Mengambilkannya untuk mas Faris. Nasi satu setengah centong dengan telur dadar diatasnya.
"Mas jadi nganterin aku gak hari ini." Tanyaku membuat suamiku itu menghentikan kunyahannya.
"Kayaknya gak bisa. Soalnya mas ada pertemuan sama klien penting." Dahiku mengkerut mendengar alasannya yang tidak masuk akal itu.
"Hari sabtu ada pertemuan penting mas? Bukannya kalau mau pertemuan penting hari senin sampai jumat aja ya?"
Klunting
Mas Faris membanting sendok. Lalu mengundurkan kursi. Kemudian berdiri.
"Aku berangkat dulu."
"Loh makannya gak diabisin Mas." Kataku sambil melirik ke arah piringnya yang hanya berkurang beberapa sendok itu.
"Gak nafsu. Orang mau kerja malah di tuduh-tuduh."
"Akukan cuma tanya mas."
"Itu bukan nanya tapi nuduh. Udah ah aku berangkat aja." Kemudian dia berlalu dari hadapanku.
Aku menghembuskan nafas kasar. Sudah dua bulanan ini mas Faris berubah. Lebih tepatnya setelah adik angkatnya mengalami kecelakaan dan menyebabkan dia lumpuh. Mas Faris akan berangkat ke kantor pagi, pulang larut malam bahkan sampai tidak pulang sama sekali.
Entahlah akhir-akhir ini aku terlalu sensitif. Sering buang air kecil, badan cepat letih. Datang bulanku juga tak kunjung datang. Harusnya hari ini aku chek up di rumah sakit bersama Mas Faris tapi dia membatalkannya sepihak. Padahal tadi malam dia bilang iya.
☘️☘️☘️☘️
Saat ini aku dan Mbak Mita. Kakak iparku sedang duduk di depan ruangan dokter kandungan. Tadi aku sudah ke Dokter umum. Lalu dirujuk ke poli kandungan. Entahlah aku tak mau banyak berharap. Aku tak ingin kecewa. Hingga beberapa saat kemudian namaku dipanggil.
"Tadi sudah sempat menggunakan alat tes kehamilan di poli umum dan hasilnya samar ya Bu." Aku mengangguk membuat Dokter perempuan itu tersenyum.
"Sekarang kita USG saja untuk memastikan." Aku menurut dan mulai membaringkan diri di brankar. Dokter menyingkap tunik merah muda yang kugunakan. Kemudian mengoles jel diatas perutku. Lalu mulai menggerakan tranduser disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lumpuh Perebut Suamiku
General FictionDia menjadikan kekurangan dalam dirinya untuk menarik simpati bersikap seolah dia yang paling merana nyatanya dia begitu tega menawarkan diri sebagai yang kedua Rank #1 Flashback 29 agustus 2021