19. Kemunculan Maura

19.6K 2.1K 297
                                    

Pov Author

Kedua mata berbingkai kelopak berbulu mata lentik itu mengerjab. Menyipit mengabsen sekitar yang nampak begitu asing dipandangannya. Bagian teratas tubuhnya berdenyut. Membuat laki-laki itu menutup kembali kedua bola matanya lalu memijit pelipisnya pelan. Berharap bisa mengurangi denyutan didalam sana.

Tok
Tok
Tok

Setelah ketukan, pintu itu terbuka lalu munculah bocah laki-laki berpakaian ultramen lengkap dengan topeng ultramennya itu menghampiri. Melihat bocah gembul itu membuat ingatan laki-laki itu bergulir tentang kejadian beberapa saat yang lalu. Saat dia yang datang mengemis lalu menangis dipelukan saudara kembarnya dan berakhir dengan tak sadarkan diri. Begitu memalukan rutuknya dalam hati.

"Ooommmm Fariisss." teriakan tepat di telinga kanannya itu membuat Faris terlonjak lalu melayangkan tatapan sengit pada keponakannya itu.
Bisa-bisanya berteriak kencang seperti itu, bagaimana kalau gendang telinga Faris pecah? Dasar tidak sopan!

"Telinga Om sakit Dino. Ngapain sih teriak pas di kuping."

"Abisnya Dino panggil-panggil tapi Om malah diem terus." lirih Dino menunduk, seumur-umur bocah gembul itu tak pernah mendapat bentakan dari Ayahnya. Namun sekarang bisa-bisanya kembaran sang Ayah membentaknya.

"Iya Om minta maaf ya." mohon Faris dengan menurunkan nada suaranya. Sungguh Faris tak berniat membentak, itu hanya reflek.

"Iya Om. Oh ya Om ini Dino bawain baju ganti. Om mandi dulu sana, Dino tunggu sini nanti kita bareng ke ruang makan." Faris hanya mengangguk lalu masuk ke kamar mandi, Faris enggan berdebat dengan Dino lagi.

Faris menatap ke arah cermin didepannya. Dia mengamati penampilannya sekarang. Rambut yang agak gondrong, kumis dan jenggot yang mulai tumbuh. Tubuhnyapun sedikit mengurus, kantung mata tercetak jelas dan wajahnyapun terlihat agak kusam. Kepergian Maura jelas menjadi alasan perubahan penampilannya. Karena wanita cantik itulah yang selama ini memperhatikannya. Faris menghembuskan nafas kasar. Semakin menggunung penyesalan yang dia rasakan sekarang.

Cukup dengan lima menit Faris membasuh badannya dengan sabun, laki-laki itu sudah keluar dari kamar mandi. Semua dikarenakan Faris ingin secepatnya mencari informasi tentang keberadaan Mauranya.

"Eh Om mandinya udah?" Faris mengangguk sembari mengamati bocah gembul yang menyambutnya di depan pintu kamar mandi itu.

"Yuk sekarang makan Om." ajak Dino sambil keluar dari kamar yang diikuti oleh Faris dibelakangnya.

Sejenak Faris memperhatikan, memang keadaan rumah Faras tak semewah rumah miliknya. Namun milik Faras terasa teduh dan menenangkan hati, berbeda dengan rumahnya yang kini terasa begitu redup semenjak kepergian Maura.

"Duduk Ris." suruh Faras begitu mengetahui saudara kembarnya itu hanya mematung di dekat kulkas miliknya. 

Dengan kikuk Faris mendudukan dirinya di samping Dino yang berada di samping Ayahnya itu. Hingga beberapa saat kemudian Mita datang membawa sebakul nasi yang diletakkan di meja. Lalu dengan luwes perempuan itu mengisi piring suami dan anaknya dengan nasi, sayur dan lauk. Sedangkan Faris hanya menatap pemandangan dihadapannya dengan hati teriris. Kapan dia akan merasakan seperti apa yang dirasakan keluarga kecil dihadapannya itu?

Biasanya Maura akan senang hati menyendokkan nasi dan lauk, bertanya tentang rasa masakannya yang selalu enak itu. Tapi sekarang jangankan mengharap kehangatan itu kembali, sekedar bersua dengan Maurapun dirinya tak bisa.

Sesuatu yang tidak Faris sadari jika gerak-geriknya sedang diamati saudara kembarnya. Laki-laki itu iba menatap ke arah Faris, akhirnya Faras berinisiatif memberi kode Mita untuk mengisi piring milik Faris. Walau dengan gerutuan tapi Mita tetap melakukannya.

Gadis Lumpuh Perebut SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang