16. Ikan mahal Faris

16.7K 2K 344
                                    

Pov Author

Faris mendorong kursi roda milik saudara angkat yang kini tlah naik tahta menjadi istrinya itu. Senyum keduanya terus mengembang. Dokter mengatakan kalau saat ini keadaan perempuan berusia dua empat tahun itu sudah banyak perkembangan. Bahkan kata dokter tinggal menunggu beberapa bulan lagi maka sang istri siri bisa berjalan lagi. Bukankah itu sebuah keajaiban? Pantas sana Nala bersikeras berada di rumah sakit ini dan memilih dokter Romi. Ternyata beliau memang dokter yang kompeten.

"Mas seneng?"

"Seneng dong kalau kamu segera sembuh." ucap Faris sambil mengacak pelan rambut istri keduanya.

"Tapi tatapan mata Mas gak menunjukkan kalau Mas lagi seneng."

Degh,

Laki-laki itu tidak bisa mengelak. Nyatanya memang senyuman dibibirnya tak selaras dengan hatinya yang menyendu. Bukan karena tak bahagia dengan kabar baik yang di dengar tentang Nala. Tapi hatinya, pikirannya terlalu penuh memikirkan pemilik hatinya yang tak diketahui dimana rimbanya sekarang. Faris rindu Mauranya.

"Mas Faris." panggilan dan cubitan pada tangannya dari arah bawah membuat laki-laki berkaos hitam itu menghentikan laju kursi roda.

"Iya kenapa Nal?"

"Kita salah jalan, Mas. Dari tadi aku udah bilang sama Mas tapi mas gak respon. Mana dorongnya kenceng banget. Kalau aku jatuh gimana?" mendengar itu Faris menggaruk tengguknya yang tak gatal.

"Maaf, Nal. Yuk kita masuk."

Ajakan Faris membuat Nala menjerit. "Maaas, masuk kemana maksud kamu hah!" tunjuk Nala pada pintu bercat putih bertuliskan ruang jenazah di hadapannya.

"Mau ngajakin aku ke sana? Kamu ngeledekin aku ya!"

"Enggak Nal, enggak. Mas lagi gak fokus tadi, padahal kita mau ke parkiran kenapa belok ke sini." ringis Faris membuat bibir Nala mengerucut. Suaminya itu menyebalkan!

Tanpa banyak kata Faris mendorong kursi roda untuk berbalik kemudian belok kanan ke arah parkiran.

"Maaf ya Nal. Mas lagi banyak pikiran. Biasa banyak kerjaan kantor, kamu jangan marah dong."

"Oh kerjaan. Kirain mikirin Mbak Maura" sindir Nala telak membuat Faris hanya diam membisu, memang benar fokus Faris terpecah karena memikirkan Maura. Tapi darimana Nala tau?

"Mas bantu naik, Nal."

Setelah mengatakan itu, Faris membantu mendudukan wanitanya di kursi penumpang. Memakaikan sabuk pengaman kemudian menutup pintu dan memasukkan kursi roda ke bagasi.

"Kamu dimana sih, Ra." gumam Faris sebelum meraup wajahnya kasar.

Setelah berhasil menguasai dirinya, Faris memasuki mobil dan mendudukan diri di kursi kemudi.

Braaakkkk

Bantingan pada pintu mobil membuat Faris dan Nala menoleh. Menatap aneh wanita paruh baya yang mendudukan diri di kursi penumpang tengah itu. Bagimana tidak merasa aneh jika sang Mama datang-datang dengan membanting pintu, natas memburu, bahkan dadanya naik turun seperti sedang dikuasai amarah.

"Kenapa Ma?"

"Ha? Ah enggak Mama gak papa." bohong wanita paruh baya itu disertai senyuman yang jelas terlihat kalau itu terlalu dipaksakan.

Jelas sang Ibu tidak mungkin berkata jujur kalau dia telah bertemu dengan kedua menantunya, Maura dan Mita. Mereka baru saja keluar dari ruangan dokter kandungan dengan melemparkan senyum mengembang dan itu membuat darahnya mendidih. Mengapa mereka baik-baik saja setelah disingkirkan? Kenapa mereka masih bahagia.

Gadis Lumpuh Perebut SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang