18. Kejanggalan Nala

17.2K 1.8K 167
                                    

Pov Author

Perempuan bergamis pink itu membuka pintu dan merentangkan tangannya untuk menyambut pelukan sang suami. Mita rindu sungguh dia sangat merindukan suaminya itu. Walau tidak sampai dua minggu namun bagi Mita itu sudah seperti dua purnama rasanya jika tanpa suaminya. Sedikit lebay tapi tidak apa-apa toh suami sendiri. Bukan punya orang lain.

"Kangen." ucap Mita begitu manja sembari memeluk suaminya erat kemudian mengambil alih paperbag bertuliskan oleh-oleh khas Bali di tangan suaminya itu.

"Kangen orangnya apa oleh-olehnya." ledek Faras sambil menoel hidung perempuan berhijab dihadapannya itu.

"Dua-duanya dong Mas. Eh sampai lupa nyuruh masuk." Faras hanya menggeleng lalu masuk dan mendudukan dirinya dikursi tamu.

Mita tak tinggal diam dia mendekat melepas sepatu dan kaos kaki suaminya. Kemudian dia duduk dan menaruh kaki laki-laki yang telah menjadi imamnya itu dipangkuannya lalu memberi pijatan-pijatan lembut disana.

"Loh Dino mana Dek?" tanya Faras sembari celingukan mencari anak laki-lakinya itu.

"Nemenin Maura Mas. Gak mau tadi aku ajakin pulang." akunya sambil menyengir membuat Faras menatapnya curiga.

"Sengaja nitipin Dino biar bisa berduaankan? Ngaku." tebak Faras membuat kedua pipi Mita bersemu merah. Ya memang itu salah satu alasan kenapa Mita meninggalkan Dino bersama Bundanya. Selain agar Maura tak kesepian juga agar Mita bisa leluasa pacaran dengan mas Farasnya. Sambil menyelam minum air. Begitu pikirnya.

"Ih Mas gak peka." rajuk Mita membuat Faras menggelengkan kepala.

Tok
Tok
Tok

Suara ketukan di pintu itu membuat Mita dan Faras saling tatap, sebelum akhirnya Faras melirik seakan memberi kode Mita untuk membukakan pintu.

"Buka aja gak dikunci." teriak Mita dari dalam membuat Faras menutup telinganya. Sedangkan Mita yang melihat itu hanya menyengir.

Ceklek

Pintu terbuka dan

Brrruuugh,

Mita dan Faras saling melempar pandangan, kemudian memfokuskan diri menatap ke arah Faris yang berlutut dihadapan mereka. Mereka menatap miris pada laki-laki itu. Pakaiannya lusuh, bahkan wajahnya juga terlihat kuyu dan jangan lupakan kantung mata yang menghiasi matanya itu.

"Tolong kasih tau Maura dimana." lirih Faris sambil menatap penuh permohonan sepasang suami istri dihadapannya itu.

"Gak akan." jawab Mita ketus membuat Faris menghembuskan nafasnya.

"Maura masih istriku, Mit."

"Bentar lagi juga jadi mantan istri." ketus Mita membuat Faris membualatkan matanya.

"Gak. Maura bakalan terus jadi istriku. Sampai kapanpun."

"Egois!" jerit Mita sambil memelototkan matanya pada saudara kembar suaminya. Dia tidak habis pikir pada laki-laki dihadapannya itu. Mengapa dia berusaha mempertahankan sesuatu yang disingkirkannya sendiri?

"Aku cinta sama Maura Mit!" desis Faris dengan nafas memburu. Entah mengapa tidak ada satu orangpun yang mau mengerti posisinya yang begitu rumit.

"Cinta kok mendua. Cinta kok menyakiti. Kalau cinta ya gak bakalan masukin orang ketiga kedalam rumah tangganya! Apalagi dengan alasan kasihan, klise banget." balas Mita tak mau kalah.

"Bukan cuma itu, Mit. Aku juga mau keturunan tapi Maura.."

"Maura mandul? Gak bisa ngasih anak? Apakah rumah tangga hanya sebatas menuntut keturunan pada pasangan? Ikatan suci yang kamu ucapin dihadapan Tuhan tidak ada gunanaya hanya karena anak? Begitu Faris?"

Gadis Lumpuh Perebut SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang