Aku keluar dari bank B** setelah memastikan bahwa depositoku tidak bisa dicairkan. Selain karena belum jatuh tempo. Aku berhasil meyakinkan kalau surat kuasa yang diajukan mas Faris tidak mendapat kekuatan hukum karena disitu tertera tanda tangan palsu. Didalam surat kuasa itu juga tertera kalau aku sakit keras. Sungguh benar-benar suami tidak punya ahlak memang.
Untung saja bilyet deposito ada ditanganku. Aku tak bisa membayangkan kalau bilyet ini berada ditangan mas Faris. Sudah pasti uang sebesar dua ratus juta itu lenyap tak bersisa. Sungguh aku tidak rela dunia akhirat kalau uang itu digunakan untuk kepentingan Mas Faris bersama perempuan ular itu. Baik aku dan Mas Faris tidak berhak dengan uang itu. Karena itu merupakan hak dari anak kami sesuai dengan kesepakatan awal kami menabungkan uang dalam bentuk deposito dulu.
"Gak nyangka aku Ra. Faris senekat itu." Aku menganggukan kepala tanda menyetujui ucapan perempuan bergamis biru yang berada dibalik kemudi itu.
"Gregetan banget aku. Pake alesan aku sakit keras lagi. Padahal aku sehat bugar begini. Kayak gitu sama aja kayak ngedoain aku biar sakit. Sebel banget aku mbak. Pengen getok kepalanya." ucapku menggebu.
"Udah getok kepalanya siapa tahu bisa sadar. Lagian orang macem begitu gak bisa disabarin. Ntar makin semena-mena, padahal dulu aku ngeliatnya Faris keliatan beda dari ibu sama adik tirinya. Eh ternyata mereka sama aja." aku begidik ngeri. Bisa-bisanya aku dulu masuk ke dalam keluarga toxic seperti mereka. Benar apa kata orang-orang cinta memang miskin logika.
"Sifat mas Faris berubah baru dua bulanan kebelakang ini mbak. Udah beda seratus delapan puluh derajat." kataku tersenyum kecut. Kilasan perlakuan mas Faris selama dua bulanan ini mulai bersliweran dalam benakku. Sungguh rasanya aku sulit memahami laki-laki berhidung mancung itu sekarang.
"Kalau sifatnya berubah secepat itu cuma ada dua kemungkinan sih Ra. Yang pertama karena dia selama ini pinter buat nutupin sifat aslinya atau karena ada orang yang membuat Faris jadi berubah."
Kalai dipikir-pikir benar apa kata Mbak Mita. Aku rasa teori kedua lebih masuk akal untuk menjadi alasan perubahan Mas Faris. Jelas Ibu mertua dan perempuan ular itu berperan dibalik semuanya.
"Trus abis ini mau kemana Ra?"
"Ke kantor mas Faris" jawabku membuat mbak Mita membelalakan matanya.
"Kantor?" ulangnya membuatku menganggukkan kepala.
"Kamu mau ngelaporin karena dia poligami?" aku menggeleng. Memang kebijakan di kantor Mas Faris juga melarang pegawainya untuk melakukan poligami. Tapi bukan itu tujuanku kesana.
"Enggak Mbak. Toh kalau dilaporin paling banter kena SP doang. Secara diakan pemilik beberapa persen saham disana."
"Oh iya lupa aku tu kalau suamimu tersayang itu jadi salah satu orang penting disana."
"Calon mantan suami Mbak." koreksiku membuat Mbak Mita terkekeh.
"Trus mau ngapain kesana?" aku tak menjawab hanya tersenyum misterius membuat Mbak Mita menggelengkan kepala.
Jadi kemarin setelah mendapatkan informasi dari Zidan tentang Mas Faris yang akan mencairkan deposito. Aku langsung membuka blokiranku pada perempuan lumpuh itu. Dan sesuai perkiraanku dia langsung mengirimiku foto-foto pernikahan mereka yang dilangsungkan secara tertutup itu. Dan juga beberapa chat tentang kemesraannya dengan suami barunya itu. Mungkin dia berpikir itu akan membuatku sakit hati atau iri tapi nyatanya tidak. Bahkan secuil rasa sakit hatiku melihat mereka saja tidak ada. Entahalah mungkin hatiku sudah itu merengek meminta bulan madu pada mas Faris. Dan jangan lupakan ibu mertuaku yang akan membela menantu kesayangannya. Hal itu jelas membuat mas Faris pusing sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lumpuh Perebut Suamiku
General FictionDia menjadikan kekurangan dalam dirinya untuk menarik simpati bersikap seolah dia yang paling merana nyatanya dia begitu tega menawarkan diri sebagai yang kedua Rank #1 Flashback 29 agustus 2021