Part 22

15.1K 1.5K 205
                                    

HALLO APA KABAR 😘😘
TERIMAKASIH MASIH SETIA DENGAN CERITA INI
SELAMAT MEMBACA

~Gadis Lumpuh Perebut Suamiku~

Bukannya Tuhan tak adil, kamu hanya kurang bersyukur

~Gadis Lumpuh Perebut Suamiku~

"Kamu kempesin ban mobilnya Ra?" Dengan polosnya perempuan dengan perut sedikit membuncit itu menganggukan kepala.

"Ngidam ngerjain mantan ibu mertua Mbak. Bawaan bayi ini." Alibinya membuat Mita menatapnya kesal.

Memang dasarnya saja Maura itu usil, tapi malah mengambing hitamkan janin dalam rahimnya. Kasihan sekali masih dalam kandungan sudah terfitnah. Dasar Maura!

"Ngidam itu biasanya makanan atau apa gitu. Ngidam kok ngempesin ban aneh-aneh aja kamu Ra. Jangan dendam lagi deh inget lagi hamil mikirinnya yang positif aja."

Maura hanya mengangguk. Terlalu malas berdebat dengan Mita yang dalam mode ceramah. Walau perkataannya ada benarnya namun Maura hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Toh sebebarnya dia tidak dendam hanya sedikit memberi pelajaran saja.

Salah sendiri Ibunda dari Faris itu menyebalkan! Jadi memberi sedikit kejutan kecil, tak masalahkan?

Kini mobil berwarna hitam itu terus melaju memecah lalu lintas yang begitu padat. Berbaur dengan asap kendaraan yang begitu menyesakkan. Dan suara klakson yang memekakan telinga.

"Nginep di rumah Mbak aja, Ra. Daripada di hotel. Kebetulan Mas Faras mau ikut penelitian gitu" saran Mita membuat Maura mengangguk. Dari pada di hotel sendirian, lebih baik Maura ikut Mita saja.

Rencana sembari menunggu rukonya selesai masa perombakan Maura memilih untuk tinggal sementara di hotel. Daripada ngekos ataupun menyewa apartemen karena menurutnya lebih murah dan mudah untuk tinggal di hotel. Mendapat jatah makan dua kali sehari, londry gratis, kamar yang selalu dibersihkan setiap pagi dan yang paling penting keamanannya jelas terjaga. Kalau soal biaya tentu Maura tak perlu memikirkan karena yang digunakan merupakan uang tabungan milik Faris. Sekali-kali menikmati uang suami untuknya sendiri tidak masalahkan?

Dan untuk rumah hadiah dari sang Ibu, Maura lebih memilih menyewakannya saja. Selain karena rumah itu terlalu besar jika hanya tinggalinya berdua bersama Bi Surti, juga karena jarak antara rumah dan rukonya terlalu jauh. Terlalu beresiko jika Maura nekat pulang pergi. Sebenarnya alasan lainnya juga karena penyewa yang berani memberikan harga tinggi. Tentu hal itu membuat Maura dengan senang hati menyewakannya.

"Rukomu itu mau kamu apain sih, Ra?" tanya Mita memecah keheningan membuat Maura menepuk pelan keningnya.

Mengapa Maura lupa membicarakan tentang ini pada Mita? Padahal Mitalah yang selalu membantunya, ah dasar Maura pikun!

"Ya ampun Mbak aku lupa mau ngasih tau, maaf ya." cengirnya mambuat Mita mencebik.

"Jadi rencananya rukonya mau aku bagi jadi dua space gitu. Yang kecil aku jadiin tempat jualan mainan anak dan bagian agak gede mau jadiin cafe gitu. Tempatnyakan deket sama kantor dan sekolah bisa jadi rekomendasi buat nongkrong gitu. Tapi rencananya sih gak cuma makanan ringan aja, aku juga mau kasih makanan berat buat pendamping minumannya. Menurut Mbak gimana?"

"Nah tinggal pinter-pinternya kamu mainin harga sama promosi aja sih, Ra. Tapi kalau saran Mbak matok harganya jangan terlalu tinggi,"

Maura mengangguk. "Iya Mbak. Aku rencananya ngasih harga yang terjangkau gitu. Untung sedikit-sedikit asal ramekan lama-lama juga bakalan jadi banyak."

"Jualan itu presentasenya gak statis gitu aja, Ra. Kadang untung kadang rugi gitu. Intinya sih kalau jualan makanan begitu cuma satu yaitu kualitas. Soalnya biasanya itu kalau jualan biasanyakan kalau udah rame dan udah punya nama besar. Yang di jual tu jadi asal-asalan gitu istilahnya kualitasnya menurun gitulah. Padahalkan saingan kita banyak jadi ya pinter-pinter aja mempertahankan."

Gadis Lumpuh Perebut SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang