Pov Faris
Mataku mengerjab merasakan silau matahari yang tembus melalui jendela. Mataku melotot sempurna saat waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Aku melirik kesebelah menatap kearah perempuan yang baru kunikahi beberapa hari itu. Tidak lebih cantik dari Maura. Karena bagiku satu-satunya wanita tercantik hanya Maura.
Biasanya Maura membangunkanku saat subuh. Menyiapkan air hangat untukku mandi. Setelah mandi dia menyiapkan baju ganti. Menjadi makmum sholatku kemudian kami akan membaca kitab suci bersama. Berbeda dengan Nala. Jangankan membaca kitab suci. Sholat yang kegiatan wajib saja tidak dijalankan. Mengatas namakan kekurangannya untuk meloloskan diri dari kewajiban. Padahal dulu dia begitu rajin beribadah tapi sekarang dia berubah.
Aku memijit pelipisku pelan. Perbedaan dalam hidupku sungguh terasa sekarang. Tidak ada yang menyiapkan baju ganti, tidak ada yang memasakanku, memijitiku saat aku pulang kerja, bermanja padaku bahkan kadang menggodaku. Sungguh aku begitu merindukan Maura.
Aku begitu mencintai Maura dan bertekat tidak menduakannya namun semuanya goyah. Karena baktiku kepada Mama dan juga rasa sayangku pada Nala sebagai adik membuatku dilanda dilema. Disatu sisi aku tak ingin menyakiti Maura, namun dilain sisi aku tidak mau menjadi anak durhaka dan menyakiti perasaan adik angkatku itu.
Semua berawal dari kecelakaan yang menimpa Nala. Aku mulai melakukan kebohongan-kebohongan kepada Maura. Tanpa sadar aku mengabaikan istriku sendiri dan menomor satukan Nala. Aku sempat mencoba menjauh dari Nala saat Maura mulai curiga dengan kebohonganku.
Namun hanya berlangsung beberapa hari. Karena Nala nekat mencoba bunuh diri. Dia merasa tidak ada yang perduli dengannya. Sungguh aku tidak rela melihat adikku melakukan itu. Aku mulai menjaga perasaan Nala, menjaga psikisnya agar tidak melakukan hal yang tidak-tidak lagi. Sampai puncaknya dia memintaku untuk menikahinya. Awalnya aku menolak namun melihat Mama yang begitu terluka dan Nala yang mencoba bunuh diri lagi. Akhirnya aku menjanjikan pernikahan. Sesuatu yang sangat didambakan oleh Nala.
Dulu aku berpikir jika dengan aku menikahi Nala maka aku masih bisa bersama Maura. Nyatanya aku salah. Maura tetap dengan keinginannya pergi. Padahal Nala sudah mau berbaik hati dengan menawarkan untuk menyerahkan bayinya nanti untuk diasuh oleh Maura. Tapi hal itu juga tidak mengubah keputusan perempuan berhijab itu.
Sungguh aku tak mengenal Maura lagi. Dia yang begitu penurut sekarang berubah menjadi tak terkendali. Padahal fisiknya begitu sempurna tapi dia tidak mau mengalah sedikit saja dengan Nala. Bahkan dia pergi begitu saja dari rumah. Sungguh aku begitu kehilangan Maura.
Semua media sosialku diblokir, bahkan saat aku menggunakan nomor baru. Dia sama sekali tidak meresponku. Namun aku masih lega karena bisa melihatnya di rumah Faras. Aku diam-diam suka mengamatinya dari jauh. Bahkan bibirku dengan kurang ajarnya ikut tersenyum saat dia tersenyum. Sungguh Mauraku, aku merindukanmu.
~Gadis Lumpuh Perebut Sumiku~
Aku keluar kamar mendudukan diri di depan Tv. Hanya duduk berdiam diri tidak tahu melakukan apa. Kemarin tiba-tiba Nala mengajakku bulan madu. Mau tak mau aku menurutinya kalau tidak aku bisa mati berdiri mendengar ocehan dua wanita yang berarti dalam hidupku itu. Akhirnya kami pergi ke puncak, tentu saja Mama ikut. Mama juga yang membiayai kami selama disini. Demi membahagiakan mereka aku sampai mengirim surat dokter palsu ke kantor agar aku dapat izin cuti."Nala mana Ris?" pertanyaan itu membuatku menoleh menatap Mama.
"Masih tidur Ma." jawabanku membuat Mama melebarkan senyumnya.
"Jangan diajakin begadang terus dong Ris. Kasih istirahat." jelas aku mengerti arah pembicaraan Mama namun aku hanya tersenyum kecut. Bahkan sampai sekarang aku belum pernah melakukan hubungan suami istri dengan Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lumpuh Perebut Suamiku
General FictionDia menjadikan kekurangan dalam dirinya untuk menarik simpati bersikap seolah dia yang paling merana nyatanya dia begitu tega menawarkan diri sebagai yang kedua Rank #1 Flashback 29 agustus 2021