HARGAI DENGAN MEMBERI V O T E !!!
HAPPY READING!
.
.
.
"Harusnya aku belajar dari masa lalu, membuat perjanjian denganmu selalu berujung pada kekecewaan. Luka terus kamu beri hingga aku berniat untuk mati."Ambulance melaju cepat membelah jalanan kota Jakarta. Suara sirene itu berhasil membuat kendaraan lainnya cepat menyingkir memberi jalan. Hanya memakan waktu enam menit mobil kesehatan itu berhenti di depan lobby Rumah Sakit terdekat. Beberapa suster berlari sambil mendorong dua brankar beroda dan dibantu petugas rumah sakit lainnya membawa korban untuk berbaring di atas brankar itu mengiringi masuk ke dalam.
"Dia kenapa Sus?!" Seorang dokter pria muda datang menyambut pasiennya ketika tiba di UGD.
"Korban kecelakaan Dok. Sepertinya dia mengalami pendarahan!" kata Suster itu sembari membantu memasang alat-alat yang dibutuhkan oleh dokter tampan itu.
Suara langkah sendal mendekat terdengar, terlihat Melona datang dengan baju yang sama saat acara pertunangan kecil-kecilan yang mereka buat untuk Langit dan Kaira. Ia menutup mulut dengan satu tangannya menatap tidak percaya seorang gadis yang terbaring lemah di ambang kematian di atas brankar dengan tangan kanannya menempel pada etalase.
"Ka-Kaira ...!" panggil Melona pelan dengan nada bergetar bercampur tangis. "Kairaaaa ... bangun Nak!" Ia sedikit mengeraskan suara sembari memukul etalase tidak sabaran.
"Kaira bangun, Bunda udah datang sayang. Kaira! Kaira bangunnn!!!" teriak Melona frustasi. Lututnya begitu lemas, namun ia tetap memaksakan diri berdiri menatap Kaira dengan nanar.Baru beberapa jam Melona melihat wajah anaknya itu merah berseri karena bahagia. Dan anak semata wayangnya yang teramat cantik dengan gaun semata kaki merah muda yang di pakainya. Tapi sekarang? Gaun cantik itu bahkan berlumuran darah segar dengan wajah Kaira yanh tidak secerah sebelumnya.
Melona menggelengkan kepala, memukul etalase dengan gemas. Suara napasnya yang memburu terdengar begitu jelas dengan isak tangis yang memilukan.
Tidak lama setelah itu Maya dan Intan datang menghampiri Melona dan langsung memeluknya. Bersamaan dengan itu tubuh Melona perlahan merosot ke bawah, bersandar pada dinding.
"Kenapa Kaira, kenapa?! Bunda, Bunda udah senang liat kamu bahagia dan enggak murung lagi. Tapi kenapa kamu jadi begini?! Bunda lebih sakit liat kamu kayak gini daripada kamu diputusin Langit dulu. Bunda udah kasihr restu sama Langit dan kasih dia maaf, tapi kenapa nasib kalian jadi begini ...," racau Melona terdengar frustasi di telinga Maya dan Intan. "Jangan tinggalin Bunda, Kai. Jangan ... Semua beban sudah terlalu berat tanpa ayah Kamu, Kamu jangan ikut pergi tinggalin Bunda sendiri," lirih Melona dengan kalimat putus-putus.
"Tante---"
Melona memeluk tubuhnya,"Bunda mau peluk Kamu Kaira. Bunda belum peluk kamu ...,"
"Tante, Kaira pasti baik-baik aja, Tan ...,"
Melona menggeleng cepat, "Enggak!" Ia tiba-tiba beranjak berdiri. "Kaira, anakku. Dia pasti kedinginan." Tanpa pikir panjang Melona menghampiri pintu dan mendorongnya kuat karena pintu itu di kunci dari dalam.
"Buka! Buka pintunya! Dokter! Anak saya kedinginan di dalam!" teriak Melona namun diabaikan oleh mereka yang ada di dalam dan tetap fokus menyelamatkan gadis itu.
"Ta-tante ...," panggil Maya dengan lirih. Air mata Maya menetes menatap iba tantenya. Wanita paruh baya itu terlihat sangat terpukul sekarang. Kalau saja Maya tahu hal ini menimpa sahabatnya, maka Maya tidak akan mengijinkannya pulang bersama Langit. Jangankan mencegah, bahkan firasat buruk dengan Kaira pun tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayonestiffa (END)
RandomKaira adalah seorang bad girl dengan rupa seorang gadis yang berwajah polos. Tapi, sifatnya tidak sepolos wajahnya. Kaira adalah seorang bucinlovers ketika sudah menemukan cinta yang sebenarnya. Langit Andromeda Wijaya. Cowok yang telah menyelamatka...