"Tante ...,"
"Kaira sama sekali masih enggak mau kita jenguk?" Intan menatap Melona memalas.
Melona menghela napas setelah membuka pintu. Wanita paruh baya yang tampak mulai keriput itu menatap satu persatu teman anak semata wayangnya. Kepalanya menggeleng pelan dengan sikap remaja-remaja ini yang tidak mau menuruti perintahnya agar segera pulang satu jam yang lalu, justru mereka memilih berdiri di depan pintu satu jam lamanya.
"Ya sudah Tante izinkan kalian masuk," ucap Melona final. Ia memijit pelipisnya merasakan kepalanya sedikit berdenyut. "Tante antar kalian ke kamar Kaira," kata Melona seraya menuntun lima teman anaknya yang salah satu dari mereka adalah keponakannya, Maya.
Sebuah ingatan mengingatkan Melona bahwa Kaira juga tidak mau bertemu Maya. Untuk ukuran seorang sepupu Maya seharusnya lebih sering bertemu Kaira, bahkan Maya sangat ingin tapi Kaira juga membatasi diri darinya. Bahkan Melona tidak tahu harus melakukan apa, dia kebingungan.
Tapi semua ini tidak bisa berlangsung terus-terusan. Melona tidak mau anak semata wayangnya terus menyendiri menyesali semua yang terjadi, itu tidak baik untuk mental Kaira.
Ceklek
Ketika membuka pintu yang pertama terlihat adalah punggung seorang gadis yang sedang duduk di bibir kasur.
"Tente tinggal dulu ya." Melona menepuk bahu Maya seraya menatap wajah lima orang itu satu persatu lalu melangkah pergi.
"Kai ...?"
Maya melangkah perlahan di ikuti oleh teman-temannya di belakang.
Tidak ada sahutan dari Kaira.
Di depan Kaira Maya melihat sepupunya itu menatap kosong ke depan dengan pipi yang basah. Maya terkejut. "Kaira Lo ...,"
"Siapa yang suruh kalian masuk?" Kaira bersuara dengan nada datar. Ia menatap dingin pada Maya.
"Gue sama ...,"
"Gue enggak perduli alasan kalian apa, gue minta kalian keluar. Keluar!" titah Kaira menatap tajam.
"Kai kita cuma mau tau keadaan ...,"
"Lo tuli?!" tanya Kaira memotong pengakuan Intan. "Gue minta kalian keluar! Keluar!!!"
"Kaira, gue dengar dari Tante Melona keadaan Lo masih sama," ucap Maya tidak memperdulikan Kaira yang tampak kesal. "Gue tau Kai keadaan lo enggak baik-baik aja, tapi gue mohon jangan usir kita. Gue sama yang lain perduli sama Lo," tambah Maya dengan mata berkaca.
Hening.
Kaira tertawa sumbang. "Buat apa?" tanyanya. "Seberapa pun keperdulian kalian sama gue, keadaan gue enggak akan berubah. Semua yang ada di diri gue ... semuanya enggak berguna, enggak ada yang bisa dibenerin baik fisik ataupun mental. Jadi, gue minta kalian angkat kaki sekarang juga dari sini," kata Kaira tegas berusaha menahan mati-matian air matanya.
"Gue, Tio, Intan dan Tyas enggak akan pergi tinggalin Lo, Kai."
"Bullshit!!!" potong Kaira cepat. "Seseorang juga pernah ngomong gitu sama gue dan apa yang terjadi? Gue ditinggalin dengan keadaan yang hancur parah. Gue sakit hati!" Kaira menepuk dadanya berulang kali dengan keras. Air mata yang di bendung sendari tadi pecah begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayonestiffa (END)
De TodoKaira adalah seorang bad girl dengan rupa seorang gadis yang berwajah polos. Tapi, sifatnya tidak sepolos wajahnya. Kaira adalah seorang bucinlovers ketika sudah menemukan cinta yang sebenarnya. Langit Andromeda Wijaya. Cowok yang telah menyelamatka...