3.9 | JATUH PINGSAN

893 24 1
                                    

"LO GIMANA, SIH?! DISINI LO ITU DITUNJUK JADI KETUA SAMA PAK SOSTRO, DAN SIALNYA LO NGGAK BECUS! KAIRA HILANG DI HUTAN!"

Dada Maya naik-turun dengan suara napas yang memburu. Ia menatap tajam Alif dengan mata berkilat marah. Di samping ada Intan yang menahan kedua bahu gadis itu, mengusapnya pelan agar lebih tenang. Namun, tak ayal Intan sama kesalnya kepada Alif yang tidak bisa menjaga  anggotanya sendiri. Tapi ia sadar, semua ini terjadi bukan karena salah Alif sepenuhnya. Intan tahu itu karena ia bisa melihat sorot rasa bersalah dari mata Alif yang sesekali menatap rumput.

Intan paham betul apa yang Maya rasakan. Wajar jika Maya yang jarang terpancing emosi jadi marah-marah seperti ini, pasalnya Kaira adalah sepupu gadis itu. Sebagai sahabat, Intan juga merasa khawatir terhadap Kaira.

"KALAU SAMPAI KAIRA KENAPA-KENAPA. AWAS AJA LO, LIF!!" Maya menyentak kedua tangan Intan, beranjak dengan kaki yang dihentakkan.

Alif menghela napas dalam, "Maaf, Tan. Gara-gara gue Kaira jadi hilang di hutan. Dan yang harusnya nyusul Kaira itu gue, bukannya Langit. Gue benar-benar nggak tau kejadiannya sampai selarut ini, mereka berdua jadi hilang gara-gara kelalaian gue."

Intan menatap lekat Alif yang menunduk. Saat Alif berbicara, ia dapat mendengar getaran kuat pada setiap kalimat yang laki-laki itu lontarkan, menandakan adanya rasa gugup dan ketakutan yang begitu kentara.

"Tan ... gu-gue benar-benar minta maaf." Alif mendongak menatap lekat Intan. "Gu-gue bener-bener nggak tau dia bakal ketinggalan," timpalnya lirih.

Intan menghela napas. Ia menatap datar ke arah Alif, "Saran gue, daripada lo minta maaf mulu, mending lo cari cara supaya bisa ketemu sama Kaira dan Langit."

"Tan!"

Intan menoleh.

"Gue akan cari mereka sekali lagi."

Cukup lama Intan menatap Alif. Perlahan kedua sudut bibirnya tertarik sedikit ke atas, membentuk senyum tipis. Ia mendekat, menepuk bahu Alif sebanyak tiga kali, "Gue harap lo bisa ketemu sama mereka, Lif."

Setelah mengucapkan itu Intan berlalu pergi mencari keberadaan Maya. Takut-takut sahabatnya itu nekat masuk hutan untuk mencari Kaira. Iya jika mereka bertemu, jika tidak, maka masalah akan semakin rumit.

"May ...?"

"Maya?"

"Maya, lo dimana? May ...!"

Kepala Intan celingukkan melihat sisi pohon dan dedaunan, mencari keberadaan Maya. Dan benar, tidak lama berjalan ia mendapati Maya tengah duduk bersandar pada pohon yang tidak terlalu besar, namun berdaun lebat.

"Lo ngapain disini, May?"

Intan berjongkok menghadap Maya.

"Tan ... Gue nggak bisa bayangin kalau Kaira nggak balik-balik. Gue harus gimana sama tante Melona, Tan? Dia pasti sedih banget denger kabar ini."

"May! Lo tenang aja. Yang harus kita lakuin sekarang itu berdo'a, supaya mereka berdua cepat balik. Lo nggak boleh ngomong gitu," ucap Intan menenangkan. "Selagi tante Melona nggak tau, semuanya akan baik-baik aja. Intinya kita harus berdo'a."

Intan berdiri, mengulurkan tangan ke arah Maya. "Ayo, kita ambil wudhu. Kita sholat demi keselamatan teman kita."

...

"Intan!"

Intan dan Maya menoleh mendapati Cantika yang datang menghampirinya sembari menumpang  lutut dengan suara napas memburu.

Tatapan cewek itu berubah dingin. "Apa?!" tanyanya tidak santai.

Membuat Cantika menghela napas pendek. Ia menarik napas dalam, menatap kedua sahabat Kaira itu dengan teduh, "Gue--"

Mayonestiffa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang