1.9 | PEMBELAAN LANGIT

758 33 22
                                    

"KAIRA, BELI BAHAN DAPUR BUAT BUNDA!!" Terdengar teriakan dari dapur membuat Kaira yang masih melaksanakan panggilan alam terlonjak kaget.

Kaira berdecak kesal. "Bentar!! Masih nanggung!" teriaknya.

"CEPET, KAI! NANTI MASAKAN BUNDA NGGAK ENAK, NIH!" Teriakan Melona kembali terdengar untuk menyuruh Kaira agar cepat menghampirinya. "BURUAN!!"

"Itu mak-mak nggak tau apa gue lagi melaksanakan panggilan alam, ngerti dikit napa!" gerutunya sambil grasak-grusuk di dalam toilet karena buru-buru.

"MAYONES-"

"BENTARRR!!" teriak Kaira kesal.

Setelah memastikan diri sudah rapi, Kaira langsung berlari keluar toilet dan menghampiri Melona yang berkacak pinggang menatapnya kesal. "Lama banget, sih!"

"Habis panggilan alam, Bun, mangkanya lama...," ucap menatap Melona cemberut dengan bibirnya yang sedikit ia majukan. "Mau beli apa? Bahan makanan? Bukannya baru kemaren lusa Bunda belinya?"

"Beli bumbu, kelupaan. Nih!" Melona memberikan uang dua lembar berwarna pink yang sedikit kemerah-merahan.

Kaira berdecak menerima uang itu. Setelah pamit pada Melona, Kaira melangkah keluar menuju mini market terdekat. Kaira tersenyum ketika tanpa sengaja berpapasan dengan tetangga-tetangganya.

"Mau kemana, Dek?" tanya salah satu ibu-ibu yang masih terlihat muda tampak mendorong kereta bayi.

"Oh, ini mau ke mini market, Mbak," jawab Kaira sambil tersenyum ramah. Tanpa sengaja mata Kaira mengarah pada seorang bayi yang tampak lucu. Ia berjongkok sambil tersenyum lebar, "hei, kamu lucu banget. Gantengnya...," ucap Kaira sambil menoel pipi tembem bayi laki-laki itu.

"Makasih kakak cantik," ucap mamahnya.

Kaira berdiri tegak, "Yaudah, Mbak. Aku duluannya," pamitnya. Setelah mendapat anggukan dari wanita itu, Kaira beranjak pergi.

Kaira berjalan di trotoar ketika keluar komplek. Bibirnya tersenyum membayangkan sesuatu, "Ah, mudah-mudahan gue dapat anak laki-laki sama Langit nanti. Pasti ganteng banget anak gue, secara Langit-kan ganteng," ucap Kaira dengan pe-denya. Detik berikutnya ia terkekeh karena membayangkan hal seperti itu.

BYURRR

Kaira melongo ketika sebuah mobil berwarna merah melewatinya begitu saja setelah mobil itu melintasi genangan air hingga mengenai kedua kakinya. "Kampret tuh, orang!" umpat Kaira kesal. "Minta maaf, kek! Ini malah nyelonong pergi aja!"

Kaira menunduk. Ia berdecak kesal melihat celana dari ujung kaki hingga lutut, basah. "Duh, jadi basah, kan! Nggak ada akhlak emang tuh orang!" umpatnya menatap mobil itu yang tampak berhenti di depan sebuah cafe.

Drrttt

Ponsel yang ada di tangan kiri Kaira bergetar. Terlihat pesan dari Melona.

Bunda Melon

Kai, kamu pulang aja deh. Nggak perlu beli bumbu, Bunda mau ke rumah tante Susi, katanya dia mau lahiran

Kaira berdecak, "Kenapa nggak dari tadi, sih?"

Iyaaa

Kaira membelokan kaki, berniat untuk pergi. Namun, matanya tanpa sengaja mengarah pada dua orang yang temgah duduk tepat di balik kaca cafe yang ada di seberang jalan. Keningnya berkerut menatap intens dua orang itu. "Sama siapa dia?" tanya Kaira bingung.

Saat hendak menyeberang, getaran ponselnya membuat Kaira mengurungkan niatnya.

Bunda Melon

Mayonestiffa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang