10

325 85 12
                                    

Maaf untuk typo nya. Selamat membaca

.

.

.

Yeri tertegun. Ia seketika bingung harus bagaimana. Jujur? Ya, dia juga sangat merindukan Nathan. Tapi ia juga masih sangat kesal. Nathan meninggalkannya tanpa sepatah katapun. Sekarang memeluknya? Rindu? Sh*t...

"Cha..."

Yeri melepaskan pelukan Nathan. "Eum... istirahatlah. Aku lelah."

"Please... maafkan aku dan biarkan aku menjelaskan semuanya."

"Apalagi, Nathan?!"

Nathan. Yeri menyebut Nathan. Padahal dulu gadis itu memanggilnya dengan sebutan Jojo. Gadis itu pula yang membiarkannya menyebutkan nama Chacha.

"Jojo!"

"Hah?" Jonathan kecil kebingungan dengan panggilan yang dilontarkan gadis kecil yang baru memasuki jenjang SMP itu.

"Jojo. Aku panggil kamu Jojo. Kamu panggil aku Chacha!" Senyum gadis itu tak memudar sama sekali.

"Bagaimana bisa? Namamu Marsha Yeriana."

"Karena yang memanggilku Chacha itu keluarga besarku. Kamu kan mau jadi menantu di keluargaku. Jadi panggil aku Chacha!"

Ingatan masa kecil terbesit begitu saja di pikiran Nathan. Ingin menangisi kebodohannya yang menjauh begitu saja. Tapi ia juga tak bisa melawan keadaan saat itu.

"Maaf jika kamu sudah tak mengijinkan aku memanggilmu Chacha. Ya,waktu itu hanyalah ucapan anak kecil yang sedang dilands cinta monyet. Aku minta maaf. Tapi Yer ..."

Kalimat terakhir membuat Yeri menatap nanar pada lelaki di hadapannya.

"Aku tak mau ada kesalahpahaman diantara kita. Aku mau menjelaskan semuanya."

"Apalagi? Semua sudah selesai saat aku," Yeri menunjuk dirinya sendiri. "Saat aku tau kamu dan keluargamu menghilang! Kamu tinggalin aku begitu saja. Aku tau impianmu menjadi prajurit. Tapi bisa kan bilang sama aku kalau kamu mau masuk akademi?"

"Aku punya alasan untuk itu, Yer."

"Alasan basi!"

"Lalu aku harus bagaimana?!" Kali ini Nathan menaikkan nada bicaranya.

Tersadar akan hal itu, Nathan melihat sekeliling. Sepi. Ia memaksa masuk ke kamar Yeri sekaligus membawakan koper tentu tanpa persetujuan Yeri.

"Aku tak mengijinkanmu masuk, Nathan!"

"Aku tak butuh ijinmu untuk masuk karena ini privasi. Kamu tidak mau ada orang yang mendengar ini kan?" Nada bicara Nathan mulai terkontrol.

Yeri bersedekap. Ia melirik kesal ke arah Nathan. Kekesalannya hanya di luar. Nyatanya, Yeri mati-matian menahan rasa agar tidak terlihat sangat merindukan Nathan.

"Yeri, aku tanya. Apa yang harus aku lakukan jika kamu jadi aku?"

"Jika waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan melakukan hal bodoh sepertimu. Meninggalkan orang yang benar-benar menyayangimu, membuatnya menunggu... tidak. Aku tidak akan melakukannya," ketus Yeri.

"Lalu, bisakah kamu sedikit mengerti dan memahami keadaanku?"

"Apa kamu bisa mengerti aku juga?!" Yeri tak mau kalah. Ya, inilah sifat Yeri yang menyebalkan bagi Nathan. Keras kepala dan tidak mau mengalah.

Our Love Maze √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang