5

314 69 21
                                    

Yeri tersentak kaget begitu mendengar suara gaduh di luar toilet. Ia berdiam, menahan nafas untuk mendengar secara seksama, apa yang sebenarnya terjadi di luar sana. Harap-harap cemas, Yeri melirik gambar yang dikirim melalui email. Yeri tau tidak boleh menggunakan internet di dalam pesawat. Namun, kali ini darurat. Ia mengunduh seluruh gambar yang terkirim lalu mengetikkan sesuatu.

'They are here. Help.'

Yeri menekan tombol send untuk mengirimkan pesan tersebut pada Rosi. Benar. Wajah-wajah yang tertera dalam gambar sangat persis dengan wajah para buronan. Satu pesawat ini berada dalam bahaya.

Yeri mematikan sambungan internet pada ponselnya, lalu ia menyimpan ponsel model lamanya itu di dalam tempat sampah. Ia berharap bisa mencuri-curi waktu untuk berkontak dengan timnya nanti. Ia Berharap ponselnya itu bisa menyelamatkan mereka semua.

Dugh dugh dugh!

Yeri kembali terkejut ada yang menggedor pintu toilet. Semua kacau. Yeri juga sedikit merasa kacau. Sialnya, pistol yang ia miliki sudah dimasukkan berada di koper. Di bagasi. Manata diri, menenangkan diri dan menarik nafas, Yeri segera membuka pintu toilet.

"Ya?"

"Get out!" seru salah seorang pria asing itu.

Tak bisa mengelak. Ia memilih menurut untuk mengenali situasi yang ada.

"Don't push me, jerk. I can walk by myself," kesal Yeri yang didorong oleh pria itu.

Ia menjatuhkan diri, duduk di tempatnya semula. Para pramugari duduk di bangku paling depan dengan wajah ketakutan. Yeri masih mengamati itu.

Seorang pria yang lain keluar dari ruang kendali. "Vse bezopasno. Odin iz nashikh uchastnikov uzhe zhdot pilota." [semua aman. Anggota kita sudah di sana satu untuk menunggu pilot]

" Ochen' khorosho. Poprosite etot samolet otvezti nas domoy." [Bagus. Minta pesawat ini membawa kita pergi pulang].

Yeri membelalakkan mata. Pulang? Apakah ke Rusia? Dia yang akan ke Sumatera apa harus berakhir di Rusia? Tidak! Ini tidak bisa.

"Guys," Yeri berdiri. Semua orang di pesawat yang ketakutan turut melihat ke arah Yeri. "Sobirayetes' vezti nas v Rossiyu?" [Apa kalian akan membawa kami ke Rusia?]

Terkejut. Mereka semua terkejut mendengar penuturan Yeri yang sangat fasih dalam bahasa Rusia. Tak ada yang menyangka jika salah satu dari penumpang bisa memahami bahasa ibu mereka. Menatap curiga ke arah Yeri.

Seseorang yang paling besar tubuhnya menodongkan senjata pada Yeri. " Kto ty?" [Kau siapa?]

Yeri tersenyum. Ia melambaikan tangan seolah sedang menyapa temannya. "Allo, menya zovut Marsha. Ya uchus' na poslednem kurse v HSE, Moskve. Ya v otpuske pered vozvrashcheniyem v kolledzh. No na samom dele vy sobirayetes' letet' na etom samolete v Rossiyu." [Hay, namaku Marsha. Aku mahasiswi tingkat akhir yang kuliah di HSE, Moskow. Aku sedang berlibur sebelum kembali masuk kuliah. Tapi kalian malah berniat membawa pesawat ini untuk ke Rusia.]

Si pria bertubuh besar dengan kacamata hitam yang Yeri ketahui bernama Axe menggerakkan kepala memberi kode untuk mendekati Yeri. Yeri hanya terdiam. Ia tidak membantah atau berbuat hal yang mencurigakan. Axe terlihat seperti pemimpin komplotan itu.

Pria yang disuruh oleh Axe mengambil tas YEri tanpa ijin.

"Chto ty delayesh'?! Kak ty smeyesh'!" [Apa yang kau lakukan?! Lancang sekali kau!]

Tas Yeri dibuka dan isinya ditumpahkan begitu saja. Dompet, dua ponsel, lipstick, bedak, tissue, earphone, handsanitizer, semuanya tumpah membuat Yeri merasa kesal. Pria itu mengambil dompet YEri dan melihat identitas Yeri. Terdapat sebuah kartu mahasiswa dari universitas yang Yeri maksud. Benar. Yeri terdaftar sebagai mahasiswa yang menempuh pendidikan di Rusia.

Our Love Maze √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang