17

317 67 11
                                    

Sudah seminggu berlalu. Yeri sudah kembali beraktivitas. Kembali bekerja meski sebenarnya Yeri masih diberikan ijin untuk beristirahat. Hari itu adalah hari kedua Yeri bekerja. Meski sudah berada di kantor, tetap saja ia kesal karena rasa bosan datang.

Brak

Yeri meletakan ponselnya sedikit lebih keras. "Bosan..."

Yeri berdiri dan hal itu kompak membuat ketiga rekannya berdiri.

"Mau kemana?!"

Haikal yang sudah kembali dari bertugas juga Yeri yang ditanyai menatap orang di sana satu per satu dengan tatapan heran.

"Ma...u ambil minum."

Yovie berdiri dari duduknya. Mengambil cangkir kosong yang ada di meja Yeri lalu berjalan ke dispenser. "Hangat atau dingin?"

"Ummm hangat. Tapi pak... aku masih bisa sendiri!"

"Kamu tidak boleh lelah, Yer," ucap Rosi.

Desy menghampiri Yeri dan membantunya duduk.

"Astaga. Aku bukan pasien yang lemah tak berdaya. Please..."

"Salah sendiri sudah masuk," sahut Yovie sembari meletakkan air putih hangat ke atas meja Yeri.

"Aku tidak paham, aku diam," ucap Haikal.

"Huft..."

"Yer, nanti kita main ke rumah ya?" Tanya Rosi dengan mata berkedip pada Yovie.

"Kalian? Berempat?"

"Iyaps."

"Boleh. Aku kabari mama biar dipesankan makanan. Karena kalian semua kalau makan seperti vacum cleaner."

*

Nathan terlihat gugup. Dengan mengenakan batik yang disiapkan oleh sang Ibu, perlahan ia mengarahkan mobil yang dikendarainya itu memasuki sebuah perumahan.

"Wah, aku gugup."

Jae tersenyum mendengar ucapan Jesika. "Sabar ya Jes..."

"Eh? Maksudnya kak?"

"Jangan ambil kesempatan, Jae," tegur Nathan sebagai kakak dari Jesika.

Jesika hanya tersenyum-senyum malu.

"Apaaa aku harus ikut?" Tanya seorang perempuan dengan rambut sebahu itu ragu-ragu.

Jesika yang duduk di sebelah perempuan itu segera memberikan pelukan yang hangat. "Kakak jangan bertanya seperti itu. Kakak itu anggota keluarga kami. Kakak kami semua. Jelas kakak harus ikut."

"Kak, kakak juga punya hutang pada Chacha," ucap Nathan sembari melirik kaca yang ada di atasnya demi melihat wajah sang kakak.

"Yiha sampai!" seru Jae.

"Huh...," Nathan terdengar sangat gugup. Hanya menatap gerbang berwarna hitam yang salah satunya sudah terbuka, mampu membuat jantung Nathan berdebar cepat.

"Ayo Nak turun."

Pintu di samping Nathan terbuka. Ada Miko dan Yoga di sana lengkap dengan baju batiknya.

"Kalian?" Nathan terlihat bingung.

"Kapten memberi ijin. Jadi kami datang. Ayo masuk," ajak Yoga.

Our Love Maze √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang