2

869 134 17
                                    

Dibawah ada visualisasi tim atau rekan kerja Jonathan dan Yeri ^ ^
.
.
.

Seragam seorang anak SMP sudah basah ketika ia keluar dari gerbang sekolah. Sepatunya sudah ia tenteng berniat menghindari genangan air yang membuatnya basah, meski ternyata sia-sia karena hujan lebat membuatnya basah pula, hanya saja sepatu itu tidak begitu kotor. Anak itu berlari menuju halte terdekat.

Sret

Ia terjatuh karena jalan yang terbuat dari paving berbentuk segi enam itu menjadi sangat licin. Lengkap sudah semua sudah basah kuyub. Seragam putih sudah menempel pada kulit dikarenakan, ia tak memakai pakaian lagi dibalik seragam itu. Ia tak suka memakai pakaian bertumpuk-tumpuk seperti kebanyakan temannya.

Ketika berusaha terbangun, ia melihat pantofel putih dengan kaus kaki putih bertuliskan nama sekolah mereka, terhenti tepat dihadapannya. Derasnya air hujan tak lagi mengenai kulitnya. Ia seperti terlindungi. Perlahan, ia mendongakkan kepala melihat siapa yang datang.

"Kamu selalu saja keras kepala. Aku bilang tunggu, ya tunggu."

Gadis imut berambut pendek memasang ekspresi kesal melihatnya basah kuyub.

"Chacha marah?" anak laki-laki itu bangkit. Ia meraih payung yang dipegang si gadis.

"Tentu saja. Kamu itu bandel. Kita sebentar lagi ujian. Jangan sampai kamu sakit dan tidak bisa belajar. Apalagi, kamu juga membantu menjaga toko di depan. Jaga kesehatan jangan bandel!"

Tangan basahnya mengacak surai hitam gadis tersebut. Hal itu tentu saja membuatnya semakin kesal. Tangannya basah dan rambutnya yang rapi menjadi berantakan.

"Jojo!" kesal gadis yang dipanggil Chacha.

"Ya sudah. Ayo ke halte. Aku harus pulang dulu untuk berganti pakaian sebelum ke toko."

"Jangan lupa belajar."

Anak lelaki itu mengangguk. "Aku belajar. Pasti. Aku punya mimpi yang sangaaatttt tinggi. Jadi, harus belajar."

"Apa mimpimu?"

"Melamarmu."

"Jojo!!!! Aku serius!"

Anak lelaki itu tergelak melihat kekesalan di wajah gadis yang ia sayangi. Ia bercanda, tentu saja. Ia memiliki mimpi yang hanya dirinya sendiri yang tau. ia tak ingin mengumbar apa mimpinya karena takut ia tak akan bisa menggapainya. Namun, meski ia bercanda, dalam hatinya ia juga berdoa agar kelak jika dewasa akan tetap bersama dengan Chacha, gadis cerewet kesayangannya. Mungkin inilah yang dinamakan cinta monyet, tapi apa pedulinya. Toh, yang menjalani adalah dirinya sendiri dan yang ia tau, rasa sayang miliknya itu tulus.

*OUR LOVE MAZE*

"Yer, greentea," ujar Rosi yang baru datang dari makan siang. Ia membawakan sebuah minuman rasa greentea untuk Yeri.

"Thank you," Yeri tetap fokus pada layar computer.

"Kamu sedang melihat apa?"

Yeri mengambil minuman yang dibawa Rosi, lalu menyandarkan punggung di kursi kerjanya yang nyaman. Ia memberikan celah pada Rosi untuk melihat apa yang dikerjakan.

"Oh, sedang mempelajari bahasa baru. Aku terkadang tak habis pikir, kenapa kamu mau-maunya mempelajari satu persatu bahasa tiap akan bertugas. Apa manfaatnya?"

"Berbaur dengan penduduk lokal. Itu penyamaran terbaik yang pernah aku lakukan. Kak Ros, di kantin ada menu apa?"

Yang dipanggil menggelengkan kepala. "Tak enak. Aku tak selera."

Our Love Maze √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang