14

294 71 4
                                    

Wendy mengecek keadaan adiknya yang sudah melewati masa kritis. Airina juga turut membantu merapikan peralatan yang ada. Airina sesekali menenangkan Wendy.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Kapten Keanu sembari membuka tirai yang ada di sana.

"Cukup stabil," sahut Wendy yang wajahnya memerah karena terlalu banyak menangis.

Ai mengangguk pada Keanu lalu pria itu segera pamit.

"Baiklah. Kalian bersiaplah. Kita akan segera take off."

Ai memeluk Wendy. "Kau dokter hebat. Yang tegar ya agar bisa memantau perkembangan Yeri. Aku akan membantumu."

"Maaf ya Ai..."

"Untuk?"

"Karena aku, kau harus ikut pulang. Kontrakmu..."

"Kontrakku di sini habis dalam waktu dua bulan. Jangan khawatir. Aku bisa mengatasi konsekuensinya karena ijin beberapa hari. Sekarang, kita duduk."

Wendy mengangguk. Ia mengusap air matanya dan keluar dari sebuah bilik yang terbuat dari tirai berwarna putih.

Wendy dan Ai memang diminta secara khusus untuk memantau keadaan Yeri selama perjalanan pulang ke Indonesia. Untuk Wendy, ia harus mengakhiri masa tugasnya di sana demi keamanan. Yeri menjadi incaran karena dianggap membocorkan rencana para pembajak. Hubungan kakak-adik antara Wendy dan Yeri bisa menjadi ancaman bagi Wendy.

"Bagaimana keadaan Chacha, kak?"tanya Nathan ketika Wendy duduk di bangkunya.

Wendy tersenyum. "Kondisinya stabil."

"Nathan? Miko? Di sini?" Tanya Ai yang baru saja menutup tirai.

"Iya dokter. Kapten mengirim kami di sini untuk mengawal di pesawat. Khawatir jika terjadi sesuatu di dalam pesawat ini," Nathan menjelaskan.

"Kapten di pesawat satunya, Dokter. Bersama anggota yang lain," Miko menambahkan.

Ai tersenyum. "Aku tidak tanya, Tuan muda Miko...," Ai duduk di sebelah Wendy. Menggenggam tangan sahabatnya agar kekuatan positif tersalurkan.

"Than," panggil Miko ketika pesawat sudah mulai terbang dengan stabil. "Bisa kamu cerita bagaimana kalian bertemu?"

"Kenapa penasaran?" Tanya Nathan.

"Ya... hanya ingin tau saja. Kita sudah sahabat lumayan lama. Tapi kamu sangat tertutup. Aku merasa tidak dipercaya," curhatan Miko dengan ekspresi sedihnya.

Nathan menggelengkan kepala. Ia menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis. "Kami bertemu saat SMP. Cerewet, manja, tak takut apapun, gigih," Nathan menjeda kalimatnya. "Keras kepala juga."

"Tipemu seperti itu?"

"Aku tidak punya kriteria khusus. Tapi sejak itu aku sadar, tipeku adalah Chacha."

"Kalian pisah sejak lulus SMA?"

Nathan menggelengkan kepala. "Aku pindah di tahun terakhir SMA. Tak ada kata putus diantara kami karena aku hanya pergi begitu saja. Terlalu berat untuk mengatakan kalimat perpisahan."

"Ya... cinta pertama. Cinta monyet. Tapi kalian tipe yang setia. Wah~~~ hebat sekali kalian. Aku iri."

"Kenapa harus iri?"

"Karena aku sering menjaga jodoh orang."

Nathan terkekeh. Ia melepas safety belt dan berdiri.

"Kemana?"

Nathan tak menjawab. Ia masuk ke dalam bilik yang terbuat dari tirai putih itu. Nathan ingin melihat keadaan Yeri secara langsung.

"Pagi, Chacha..."

Nathan menggenggam tangan Yeri. Matanya berkaca-kaca.

"Jangan lama-lama tidurnya. Aku ingin dengar suaramu."

"Jo..."

Nathan mengeratkan genggamannya. Ketika bibirnya tersenyum, matanya juga tersenyum.

*OUR LOVE MAZE*

Soni Atmaja beserta istri tengah harap-harap cemas di ruang tunggu. Berita menngenai Yeri membuat mereka tak bisa berhenti khawatir. Rasa ingin melihat keadaan putrinya semakin bertambah detik semakin besar. Mereka tak hanya menunggu berdua. Ada tim medis yang sudah siaga di ambulans, bersiap mendekat jika pesawat sudah mendarat, juga ada Yovie beserta Rosi dan Desy. Mereka menunggu kedatangan Yeri.

Tim medis berlari menuju ambulan, mereka akan menaiki ambulans dan mendekat pesawat yang baru saja mendarat. Tepat tengah malam pesawat yang pernah dibajak itu beserta prajurit penyelamat tiba di tanah air.

"Pak, Yeri datang," ujar Rosi.

Yovie mengangguk. Matanya melirik pada suami-istri Atmaja yang semakin gelisah. Berdiri dengan tidak tenang.

Beberapa menit berlalu, mobil ambulans yang membawa Yeri segera meninggalkan bandara begitu Yeri dipindahkan. Wendy maupun Ai juga turut berada dalam mobil tersebut. Sementara barang yang dibawa Yeri, kali ini dibawa oleh Nathan untuk diserahkan pada orang tua Yeri.

"Selamat malam," sapa Nathan yang datang bersama Miko.

"Kamu... Jo... Nathan, kan?" Arsinta Atmaja ragu-ragu menyebutkan nama sosok yang membuat putrinya patah hati.

Nathan mengangguk. "Cha-- maksud saya Saudari Marsha Yeriana sudah dibawa mobil ambulans menuju rumah sakit. Pasien didampingi oleh Dokter Wendy dan dokter Ai."

"Pa, kita ke rumah sakit sekarang. Ayo pa..."

"Iya mama. Sebentar," ucap  Soni. Ia menatap Nathan. "Terimakasih sudah menyelamatkan putri kami dari pembajakan."

Nathan mengangguk. Sikap yang sangat formal diantara mereka.

"Ini barang yang dibawa oleh pasien."

Soni menerima koper dan tas milik putri bungsunya tanpa lupa mengucapkan terimakasih.

"Umm Yovie," panggil Soni.

"Iya om?"

"Terimakasih sudah menunggu di sini. Sekarang lebih baik kalian pulang. Sudah terlalu larut. Besok saja jika ingin ke rumah sakit."

Yovie mengangguk. "Kalau begitu kami pamit, om."

"Bapak seakrab ini dengan orang tua Yeri?" Bisik Desy.

"Psstt..."

"Kita berangkat sekarang ma," ajak Soni. Ia melihat Nathan. "Kami permisi."

Nathan tersenyum dan mengangguk.

"Kita ke rumah sakit? Tidak kan?"

"Antar aku ke sana. Minta Jae untuk menjemputku nanti."

.

Perawat menuntun Nyonya dan Tuan Atmaja menuju ruang ICU untuk memantau keadaan Yeri lebih jauh. Tanpa mereka sadari, Nathan mengikuti keduanya. Nathan benar-benar ingin memastikan Yerinya baik-baik saja.

"Kak," panggil Arsinta.

Wendy yang awalnya duduk di sebelah Ai, akhirnya berdiri.

"Ma... Pa,"  Wendy menghambur ke pelukan orang tuanya.

"Bagaimana keadaan adek kamu?" Tanya Arsinta.

"Sejauh ini, aman. Tadi di pesawat sempat sadar. Tapi kondisinya masih sangat lemah. Jadi, tersadar hanya sebentar."

"Tante dan om silahkan duduk," Ai mempersilahkan. "Eum? Nathan? Di sini juga?"

Kompak keluarga Atmaja menoleh pada Nathan.

Nathan tersenyum kikuk karena Ai menegurnya. Seharusnya ia jaga jarak. Seharusnya meliht dari jauh, tapi rasa khawatir membuatnya ingin mendekat.

"Jonathan...," panggil Soni Atmaja.

"Iya?"

"Bisa kita bicara?"

**

Nathan mau diapain itu?😕😕😕

08 agustus 2021

Our Love Maze √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang