13

300 70 9
                                    

"Hah?"

Yeri terkejut. Ia tak bisa bersuara atau menjerit karena rasa terkejutnya jauh lebih besar. Sebuah timah panas yang bersarang di perutnya membuatnya terkejut. Sekian detik berlalu otak Yeri baru saja mengirimkan sinyal rasa sakit. Tubuhny ambruk dengan pandangan yang mulai kabur.

"Chacha!"

Samar. Suara yang selalu ingin ia dengar, suara dari seseorang yang beberapa waktu terakhir menemaninya, kini terdengar samar di telinga Yeri.

Gemuruh dari hentakan sepatu boot yang berlari mendekat, tak membuat Yeri bereaksi lebih. Menggerakkan badan hanya akan menambah rasa sakit, tetapi berdiam di sana... apakah yakin hanya satu peluru yang mengarah padanya?

Tubuh Yeri melayang, berpindah dari daratan yang awalnya ia pijak menjadi berada dalam dekapan seseorang. Yeri masih bisa merasakannya, namun tubuhnya mati rasa.

"Cha, sadar... bertahanlah!"

"Nathan!" Seru Yoga. Ia sudah datang dengan sebuah mobil jeep.

"Nathan, segera bawa Yeri ke rumah sakit. Kami akan mencari pelakunya," titah Kapten Keanu.

"Siap, Kapten!" Seru Yoga dan Nathan bersamaan.

Nathan mengangkat tubuh lemah Yeri dan membawanya untuk duduk di bangku belakang. Nathan masih tetap mendekap Yeri. Pikirannya sudah kacau hanya dengan melihat perempuan yang begitu ia damba tergeletak lemah di hadapannya. Terluka dengan sangat parah.

"Miko,sisir area sekitar dan temukan kejanggalan yang ada. Jae, kita ke lantai atas gedung itu," Keanu menunjuk sebuah gedung perkantoran yang berada tak jauh dari sana. "Aku sudah berkoordinasi dengan kepolisian setempat. Kita harus menangkap pelakunya dan menghukumnya sesuai hukum kita karena mereka sudah mencelakai warga kita, di wilayah kita."

"Siap Kapten!"

*OUR LOVE MAZE*

Lampu di atas ruang operasi berwarna hijau, tanda bahwa operasi masih berlangsung. Penanganan di rumah sakit tersebut begitu cepat. Yeri sesegera mungkin dioperasi untuk mengambil peluru yang berada dalam perutnya. Sebagai perwakilan, tanpa berpikir panjang Nathan menyetujui tindakan operasi. Ia hanya ingin Yeri selamat.

"Nathan!"

"Kak Wendy?" Sesaat Nathan baru saja teringat jika Wendy ada di tanah yang sama dengannya. Ada di Moskow.

"Kak,maaf. Aku lupa kalau kakak di sini. Ketika dokter mengatakan untuk di operasi, aku segera menyetujui."

Tangan Wendy gemetar. Airina juga datang dan menepuk-nepuk bahu Wendy. Meminta agar kakak dari Yeriana tersebut lebih tenang.

"Tak apa. Keputusanmu sudah sangat bagus. Terimakasih Nathan dan... Yoga."

Keduanya mengangguk.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Pertanyaan itu memenuhi pikiranku sepanjang perjalanan kemari."

"Kami juga belum bisa memastikan kak," ucap Nathan. "Kejadiannya begitu cepat."

"Tapi, baru saja ada laporan. Kapten dan Jae yang mencari di gedung tinggi dekat dengan kedutaan, menemukan sebuah foto dan selembar kertas."

"Foto? Kertas?"

"Kertasnya dalam bahasa Rusia. Tulisan Rusia. Tim yang ada di sana bekerja sama dengan kepolisian setempat dan mengatakan arti dari tulisan itu adalah, Yeri tidak terdaftar sebagai mahasiswa HSE, Moskow. Di sana juga tertulis ya seperti jadwal mungkin? Kira-kira itu. Jadwal Yeri datang ke kedutaan beberapa tahun lalu. Oh iya, foto yang ada adalah foto Yeri saat berdialog dengan pembajak di pesawat."

Our Love Maze √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang