16

312 62 8
                                        

Nathan menyuapi Yeri yang terlihat begitu lahap. Sesaat Nathan ragu, apa gadis di hadapannya dan gadis yang tergeletak tak berdaya di depan kantor kedutaan adalah gadis yang sama? Yeri saat ini terlihat seperti seseorang yang hanya sakit flu. Bukan terlihat seperti seseorang yang baru saja dioperasi.

"Pintar," puji Nathan ketika Yeri menerima suapan terakhir.

"Tentu. Aku harus makan yang banyak agar cepat keluar dari rumah sakit."

Nathan meletakkan mangkuk yang ia bawa dan mengambilkan Yeri minum. Setelah itu Nathan juga membantu Yeri untuk meminum obatnya.

"Sudah."

Nathan mengangguk. Mengusap kepala Yeri. "Cepat sehat ya Chacha ku..."

Yeri dibantu oleh Nathan untuk kembali berbaring. Tak lupa, Nathan juga mengatur sudut brankar yang tepat agar Yeri bisa berbaring dengan nyaman.

"Enough."

Nathan berhenti mengatur tempat tidur itu ketika Yeri mengatakan cukup. Tangannya bergerak merapikan selimut Yeri.

"Masih nyeri?"

Yeri memberikan cengirannya. "Sedikit. Tapi tak senyeri tadi. Kamu tidak ke markas?"

Nathan melirik jam yang melingkar di tangannya. "Sebentar lagi. Aku juga harus mengantar Ibu pulang."

"Jangan. Nanti biar ibu sama mama dan papa pulangnya."

"Kamu di sini sendiri?"

Yeri menggelengkan kepala. "Tentu saja tidak. Ada kakakku di rumah sakit ini."

"Tapi kan kak Wen kerja, Cha."

"Tapi mama dan papa sudah sejak semalam di sini. Akan aku paksa mereka untuk pulang. Mereka juga butuh istirahat."

"Bagaimana kalau kau butuh sesuatu?"

Yeri mengeluarkan sebuah ponsel. "Unguuu... ponsel baruku. Kak Wen memberikannya padaku. Katanya ia minta tolong pada kak Ai untuk membelikannya."

"Lalu?"

"Save kontakmu dan aku akan memanggilmu sewaktu-waktu aku butuh."

Nathan memberikan senyuman miring. "Kamu pikir aku superman yang kapanpun kamu butuh bisa langsunh datang?" Meski demikian, Natha. Mengambil ponsel tersebut dan mengetikkan nomornya. "Done."

"Nomor yang cantik," gumam Yerim.

"Lebih cantik kamu."

Yeri tertawa mendengar ucapan Nathan. "Aduh..."

"Cha, jangan banyak gerak. Tertawanya sedikit ditahan."

Yeri memanyunkan bibirnya. Tertawapun saat ini butuh perjuangan.

"Jo... kenapa kamu bisa bicara seperti itu? Belajar darimana?" Maksud Yeri adalah kalimat yang membuatnya tertawa.

"Teman-temanku racun,Cha," Nathan berbicara jujur. Yoga punya sejuta trik rayuan sementara Miko meski tak memiliki trik sebanyak Yoga, tetapi jika trik Yoga memiliki kekurangan, Miko akan melengkapinya.

"Jae juga? Eh... Jae sekarang sama siapa?"

"Jae suka sama Jesika. Ya, tinggal tunggu waktu mereka jadian saja, Cha."

Yeri menggenggam tangan Nathan. "Jangan kalah dari Jae."

"Kita menang. Makanya cepat sembuh. Aku sungguh-sungguh akan datang bersama Ibu dan adik-adikku."

"Jo..."

"Ya?"

"Jangan pergi-pergi lagi ya? Kalau kamu begitu lagi, aku tidak yakin bisa bertahan lagi."

Our Love Maze √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang