08 | Kuluman Panas

92.1K 2K 17
                                    

LANGIT di luar sana sudah mulai menggelap. Beberapa orang telah memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Bahkan Ralf tadi sudah menawarinya sebuah tumpangan untuk pulang. Namun, Risa tidak berniat untuk kembali sebelum pekerjaannya selesai.

Alva masih menunggu perempuan itu bergerak dari posisinya. Namun, Risa masih terus melanjutkan pekerjaannya walaupun dia sadar dirinya sedang diperhatikan juga hari yang tak lagi terang.

Alva mendesah kasar. Dia bangkit dari kursinya setelah menenteng tas kerja dan mendekati Risa. "Belum mau pulang juga?" tanyanya sembari menarik kursi lain dan duduk di atasnya. Ditatapnya Risa yang kini berhenti sejenak untuk menatap matanya.

"Kenapa emangnya? Lo mau nganterin gue pulang?"

Alva mendekatkan wajahnya. "Tentu. Dari tadi juga gue emang sengaja nungguin lo selesai sama kerjaan lo itu."

Risa membuang muka dan kembali menekuri pekerjaannya. "Pulang aja dulu kalau gitu, gue masih lama."

"Mau sampai jam berapa lo di sini?" Alva menangkap pergelangan tangan Risa yang kembali berniat menyentuh pekerjaannya.

"Sampai semuanya selesai."

Alva berdecak kesal. "Tinggalin aja!" Alva menarik tangan Risa lebih kuat sampai Risa tertarik ke arahnya. "Masih bisa dilanjut besok, kan? Sekarang kita pulang."

"Lo apaan, sih!"

Risa langsung terdiam begitu melihat tatapan tajam yang Alva lemparkan padanya.

"Pulang."

Risa menghela napas kasar. Dia malas pulang, karena pekerjaannya belum kelar. Dia sudah berniat akan bermalam di kantor, karena dia tahu pasti kos-kosannya sudah dikunci oleh ibu kosnya sekarang.

"Oke."

Walaupun begitu, Alva sepertinya tidak akan mengizinkannya bermalam di kantor. Pria itu ... entah apa yang sebenarnya dia mau darinya, tapi sepertinya Alva tidak bisa melepaskan Risa begitu saja dari sisinya.

Risa merapikan sisa pekerjaannya, sebelum merapikan barang bawaannya. Begitu selesai, dia menatap Alva yang tak mau menunggu lama, karena kini pria itu langsung menarik tangannya untuk keluar dari sana.

Dalam hatinya, Alva sedang memikirkan banyak hal tentang perempuan yang tangannya berada dalam genggaman. Apakah selama ini Risa sering lembur demi pekerjaannya yang belum selesai? Kenapa dia tidak pernah menyadari kebiasaannya satu ini?

Alva menggeleng pelan. Dia berhenti di samping mobil, satu-satunya mobil yang tersisa di pelataran parkir.

"Masuk!"

Tanpa diperintah dua kali, Risa masuk ke dalam. Dia duduk dalam diam, dengan isi kepala melayang memikirkan malam ini dia akan tidur di mana.

Dia bisa saja kembali ke kos dan menjelaskan pada ibu kosnya. Namun, dia merasa tidak enak membangunkan ibu kosnya yang kadang sudah nyenyak walau masih jam sembilan malam.

Tanpa ia sadari, Risa mengembuskan napas kasar.

Alva melirik ke samping, ke arah perempuan yang lebih memilih membuang pandangannya ke luar jendela daripada memilih untuk menatapnya.

"Kenapa?"

Risa hanya melirik sekilas, lalu menggeleng pelan. Dia tidak mungkin bercerita tentang apa yang sedang ia pikirkan, karena Alva pasti akan menawarkan ranjangnya jika Risa tidak bisa pulang sekarang.

Sekali lagi, Risa mengembuskan napas kasar.

Alva hanya melirik, lalu mengikuti jejaknya, mengembuskan napas dan kembali berkata, "Gue baru tahu, kalau lo ternyata sering lembur kayak gitu?"

One Night Love (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang