ALVA kembali ke kos-kosan Risa setelah ia pulang untuk mengganti pakaian juga membelikan beberapa buah segar. Dia membeli cukup banyak buah, karena Alva yakin Risa akan kembali memakan mie instan simpanannya saat sedang kelaparan di tengah malam. Sesuatu yang sukses membuat Alva merasa tidak tenang setiap kali membayangkan hal itu akan dilakukan oleh Risa di belakangnya.
Bagaimana mungkin dia bisa tenang, ketika Risa terus mengonsumsi makanan tidak sehat itu saat dia sedang mengandung anaknya?
Walaupun itu belum pasti. Namun, dia sangat mengharapkan Risa benar-benar sedang hamil anaknya saat ini. Lalu dia akan meninggalkan Alan dengan paksa dan menikah dengannya. Ide yang sangat buruk. Namun, itu adalah salah satu opsi yang bisa dia harapkan selain menyentuh hati Risa secara perlahan-lahan.
Alva sudah mengetuk pintu kamar kos Risa berulang kali, tapi tak ada tanggapan sama sekali. Dia masih menunggu di depan pintu kamar dengan sebuah harapan besar, bahwa Risa tidak sedang pergi.
"Risa!" panggilnya. Lagi dan lagi. Alva mengetuk pintu kamar Risa dan memanggil namanya. Namun, tak ada jawaban apa pun.
Seorang wanita seusia ibunya berjalan mendekati Alva dengan senyuman ramahnya. "Kamu cari Risa, ya?" tanya wanita itu.
Alva mengangguk. Dia pikir, ibu-ibu itu salah satu penghuni kos di sini. Namun dugaannya salah, saat ia melihat ibu itu menunjuk ruang depan di mana sofa dan meja tertata rapi untuk semua tamu kos di sini.
"Kamu bisa menunggu dia di sana. Risa-nya sedang mandi. Aku melihatnya masuk ke kamar mandi setengah jam yang lalu. Biasalah perempuan kayak gitu. Kamu tunggu aja dulu di sana, sebentar lagi pasti dia selesai."
"Setengah jam yang lalu?" Alva mengernyitkan dahinya heran. Sedang apa saja Risa di dalam sana sampai setengah jam mandi tidak keluar-keluar?
Ibu-ibu itu menganggukkan kepala. "Aku melihatnya masuk kamar mandi setelah selesai belanja. Kamu tunggu saja, pasti sebentar lagi dia keluar dari sana."
Namun, Alva merasa dirinya tidak tenang. Perasaannya tidak nyaman. Terlebih, dia tahu jika Risa tidak pernah mandi selama itu sebelumnya. Risa tipe orang yang sangat menghargai waktu, dia tidak akan berlama-lama di kamar mandi demi membunuh waktu, kecuali dia memiliki alasan tertentu.
"Bu, kamar mandi yang dipakai Risa ada di mana?" tanya Alva, nadanya tersirat akan kekhawatiran yang kentara.
"Kenapa?" Ibu itu mengernyitkan dahi dengan tatapan tidak suka. "Aku bisa mengerti kalau kamu menyukai Risa. Dia wanita muda yang cantik dan mempesona. Namun, itu bukan berarti aku akan diam saja kalau kamu berusaha untuk mengintipnya saat dia sedang mandi."
Mulut Alva sontak terbuka lebar. Meng-in-tip?
Buru-buru Alva menggelengkan kepala dengan cepat. "Bu-bukan begitu maksudnya, Bu! Aku hanya ingin memastikan keadaannya baik-baik saja, bukannya mau mengintip dia sedang mandi."
Lagipula, kalau Alva memang ingin melihat Risa tanpa busana, dia bisa langsung mengatakannya saja. Untuk apa dia curi-curi pandang seperti itu yang hanya akan membuatnya berakhir sengsara sendirian? Lebih baik dia mengatakannya langsung pada Risa, lebih untung lagi jika perempuan itu membantunya mencapai kepuasan.
"Bener?" Mata ibu-ibu itu menyipit dan memandangi Alva dengan penuh keraguan.
"Bener, Bu. Aku tidak akan mengintipnya. Ibu bisa menemaniku, kalau Ibu tidak bisa percaya padaku," katanya mantap.
"Baiklah, aku akan pergi bersamamu. Mari ikuti aku!" ajak ibu itu yang sukses membuat Alva mendelik. Namun, melihatnya yang telah berjalan lebih dulu mau tak mau membuat Alva mengikutinya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Love (REPOST)
Romance[Follow me first] Pengkhianatan tunangannya, membuat Risa mengiyakan ajakan kencan semalam yang diajukan teman sekantornya, Alva. Playboy yang keberadaannya ia manfaatkan untuk membalas perselingkuhan Alan. Akankah semuanya berjalan baik-baik saja s...