HAL pertama yang Risa lakukan adalah mengecek kamar mandi dan memastikan kalau di dalamnya benar-benar ada mesin cuci yang bisa dipakai. Setelahnya, dia pergi mengecek lemari untuk mencari pakaian yang bisa dia pakai malam ini.
Namun, tiba-tiba saja ia berhenti. Tubuhnya membatu, tatapannya terpaku pada dua pasang lingerie yang digantung di dalam lemari berjejer rapi dengan jas dan beberapa kemeja yang telah disetrika rapi.
"Playboy itu pasti udah gila!" geramnya dan langsung membanting pintu lemari dengan kuat, tapi tak lama, karena kemudian dia kembali membuka lemari dua pintu di depannya.
Dua pasang lingerie berbahan satin yang begitu halus begitu menyentuh tangannya. Dalaman yang akan sangat nyaman digunakan. Apakah lingerie itu memang sengaja dibeli untuknya? Ataukah teman kencan Alva yang sengaja meninggalkan pakaian dalamnya untuk bisa digunakan lagi keesokan harinya?
Risa menggeleng pelan, terutama saat dia masih menemukan hang tag di sekitar lingerie yang ia lihat. Dua pasang lingerie baru ... yang sepertinya memang untuknya.
"Dia sengaja beli ini buat gue?" tanya Risa, mengambil salah satu lingerie dari lemari dan menelan ludah susah payah saat menyadari bahwa itu memang untuk ukuran tubuhnya. "Pantas aja dia bisa bilang gue yang bakal godain dia duluan. Ck, ternyata ini alasannya!"
Risa menarik napas panjang. Di sana, tidak ada dalaman perempuan selain dua pasang lingerie yang ia lihat tadi. Kalau dia hanya melapisi tubuhnya dengan kaus ataupun kemeja tipis, otak playboy mesum itu pasti bekerja tiga kali lipat lebih liar dari yang seharusnya.
"Apa gue pakai aja, ya? Gue juga perlu nyuci dalaman yang gue pakai hari ini."
Risa mengembuskan napas panjang. Lalu, menarik salah satu kemeja panjang agak tebal berwarna navy yang cukup panjang hingga ia yakin sanggup menutupi pahanya. Dia juga membawa sepasang lingerie itu untuk dia bawa ke kamar mandi.
Lebih baik dia memakainya sebagai pakaian dalamnya malam ini. Walaupun disebut lingerie, tapi pakaian itu tidak begitu terbuka, seperti celana dalam dan bra biasa, hanya saja terbuat dari bahan berenda dan membuatnya jadi begitu transparan.
"Jangan salahin gue kalau otak dia sampai mikir macam-macam. Dia sendiri yang beli, dia sendiri yang cari mati, gue cuma mau makai, doang!"
Sedangkan di dapur Alva sedang tersenyum simpul. Dia sedang membayangkan Risa memakai lingerie yang dibelikannya kemarin saat kembali dari kos-kosan perempuan itu.
Dia bahkan sengaja membeli mesin cuci, walau akhirnya tidak ia pakai, karena dia lebih suka laundry. Dia membelinya, karena dia ingin memilikinya, terutama saat Risa bilang dia belum sempat mengantar pakaiannya ke laundry.
Alva hanya berpikir ... mungkin, suatu saat Risa akan datang dan menginap lagi di sini. Lalu, dia bisa memanfaatkan apa yang telah ia beli. Seperti apa yang terjadi hari ini.
Alva menyeringai sembari mengupas kentang di tangan kirinya. "Gue harap lo suka sama pakaian dalamnya, Risa."
Dia memejamkan matanya sebentar, lalu kembali melanjutkan mengupas kentang dan wortel. Sebenarnya, Alva tidak begitu suka makan sayur. Dia lebih suka memesan makanan cepat saji setiap malam, karena dia akan malas sekali memasak.
Namun, kadang-kadang dia ingin memakan sayur, untuk itulah dia membelinya dari mini market yang ada di lantai satu gedung apartemen ini.
Setelah mengupas semuanya dan mencucinya sampai bersih. Dia menyiapkan bumbu, menumisnya sebentar, lalu memasukkan semua sayur itu ke dalam wajan. Dia menambahkan garam dan sedikit penyedap rasa, lalu menunggu semuanya sampai matang.
"Belum jadi juga?"
Alva menutup wajan sebelum menoleh ke arah Risa. "Sebentar lagi," balasnya sebelum mulutnya terkatup rapat, dan dia menelan ludahnya susah payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Love (REPOST)
Romance[Follow me first] Pengkhianatan tunangannya, membuat Risa mengiyakan ajakan kencan semalam yang diajukan teman sekantornya, Alva. Playboy yang keberadaannya ia manfaatkan untuk membalas perselingkuhan Alan. Akankah semuanya berjalan baik-baik saja s...