RISA mengeluarkan ponselnya yang kehabisan daya sejak kemarin untuk mulai mengisi dayanya. Dia memang sengaja melakukannya, membiarkan ponselnya kehabisan baterai dan membuat Alan bertanya-tanya akan keberadaannya. Dia ingin Alan memperhatikannya, dia ingin Alan mengkhawatirkannya, syukur-syukur kalau pria itu mau datang mengunjunginya.
Namun, semua harapannya pupus begitu ponsel menyala dan tak menemukan satu pun pesan atau panggilan dari Alan. Pria itu seperti mengabaikannya dan menganggapnya benar-benar tak lagi ada di dunia.
Lalu, untuk apa dia tetap bertahan dengan hubungan aneh ini?
Risa mencari kontak Alan, lalu menghubunginya tanpa pikir panjang. Namun, Alan sama sekali tak menjawab panggilannya. Nomornya aktif, tapi panggilannya tak diangkat. Padahal sebagai seorang direktur utama di perusahaan yang dipimpin olehnya, Alan tidak pernah bisa lepas begitu saja dari ponsel apalagi telepon dari siapa pun.
Namun, kali ini Alan melakukannya.
Risa mengulangi panggilannya lagi dan lagi, hingga panggilan kelima dan masih tak ada jawaban apa pun dari kekasihnya.
Perempuan itu memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu mengembuskan napasnya secara perlahan. Matanya kembali terbuka. Jemarinya menuliskan sebuah pesan, lalu ia meletakkan ponselnya setelah kembali dia matikan.
Risa tak peduli lagi. Menurutnya, semuanya sudah berakhir. Cukup sampai di sini.
Perempuan itu berjalan menuju lemari. Mengambil pakaian ganti dan handuk, lalu berjalan menuju kamar mandi umum yang berada di lantai satu. Kos-kosannya hanya memiliki tiga kamar mandi yang digunakan secara bergilir dengan penghuni kos lain. Walaupun begitu, dia merasa cukup dengan tinggal di sini.
Risa membuka pintu kamar mandi dan mulai masuk ke dalam. Tak ada siapa pun di dalamnya. Di kos-kosannya pun masih sepi, karena beberapa dari mereka masih bekerja dan ada yang juga kuliah.
Risa melepas semua pakaiannya setelah menggantung rapi pakaian baru yang ia bawa dari kamar kosnya. Setelahnya, dia berjalan menuju shower, berdiri diam dengan air dingin yang menyembur deras membasahi seluruh tubuhnya.
Air matanya mengalir dengan perlahan menuruni pipi. Bercampur dengan air shower yang jatuh membasahi tubuh dan lantai. Menangis dalam diam setelah dia memilih untuk mengakhiri.
Risa tak tahu kenapa dia bisa menangis seperti ini. Mengakhiri hubungan itu seharusnya memang pantas ia lakukan, setelah ia tahu semua pengkhianatan yang dilakukan oleh Alan.
Namun, entah kenapa ... dia merasa sakit sekaligus kecewa dengan semua yang telah terjadi padanya.
Padahal kejadian itu sudah berlalu beberapa hari. Namun kenapa ... saat mengakhiri hubungan ini dadanya terasa sesak dan teramat sakit sekali?
Kenapa?
Padahal, Risa tidak pernah mencintai Alan sebelumnya. Dia hanya menerima pernyataan cintanya, karena hatinya tersentuh melihat perjuangan Alan yang tak kunjung lelah dalam mendekatinya.
Ataukah ... diam-diam dan tanpa disadari olehnya, dia telah jatuh cinta pada pria yang beberapa bulan ini menjadi kekasihnya?
"Tidak mungkin ...," Risa menggeleng pelan sembari mengeluarkan suara isakan, "sejak kapan ... aku mulai mencintainya?"
***
"Makasih karena udah nganterin gue balik," kata Risa yang kini turun dari motor milik Alan.
Pria itu tersenyum lebar, tangannya dengan cepat langsung menangkap tangan Risa demi mencegah perempuan itu pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Love (REPOST)
Romance[Follow me first] Pengkhianatan tunangannya, membuat Risa mengiyakan ajakan kencan semalam yang diajukan teman sekantornya, Alva. Playboy yang keberadaannya ia manfaatkan untuk membalas perselingkuhan Alan. Akankah semuanya berjalan baik-baik saja s...