RISA menarik napas panjang, lalu mengembuskan napasnya secara perlahan saat melihat apa yang Alva buat untuknya sejak tadi. Pria itu memang salah, karena tak mengatakan apa pun dan bertanya sesuatu padanya tentang apa yang mau ia makan. Namun, dirinya juga salah, karena diam saja dan tak berkata apa-apa tentang apa yang ingin dia makan malam ini.
Risa mematikan kompor, menghidangkan masakan Alva yang aromanya begitu menggugah selera, kemudian dia duduk di atas pantri. Hanya ada nasi putih, tanpa lauk, memang bukan sesuatu yang buruk. Namun, setidaknya jika ada mie instan dia tidak akan merasakan rasa hambar dari nasi ketika berada di dalam mulut.
Risa menunduk, mengembuskan napas sekali, lalu makan dalam diam. Hanya nasi putih yang akan menemaninya malam ini. Tidak buruk, karena ini bukan kali pertama Risa makan tanpa lauk.
Hidup miskin bertahun-tahun tanpa bantuan siapa pun. Tentu saja, siapa yang mau membantunya? Bahkan ketika dia masih bisa bertahan hidup dan mendapat pekerjaan layak, Risa masih menghadapi sosok teman di balik selimut, sosok atasan yang merasa posisinya terancam dan berakhir membuangnya ke perusahaan cabang.
Walaupun dia telah memiliki Alan dan kekasihnya itu siap maju untuk melindunginya, tapi dia tidak menginginkan semua bantuan itu. Sama seperti saat Alan menduakannya, Risa tidak ingin menjadi wanita lemah yang akan menangis keras. Malah sebaliknya, dia ingin membalasnya.
Balasan yang kini menjadi sebuah penyesalan lain untuknya, karena dia malah terjebak dengan pria bajingan lain yang mau memanfaatkan tubuhnya untuk memuaskan nafsu saja.
Tiba-tiba saja sendoknya berhenti bergerak. Risa terdiam, kepalanya menoleh dan memandangi Alva yang kini menatapnya dengan tatapan tidak senang.
"Kenapa lo cuma makan nasi doang?" tuntut pria itu dengan wajah kecewa.
"Gue nggak makan kentang." Risa memejamkan matanya. "Gue males banget makan kentang."
"Tapi bukan alergi kentang juga, kan?" Alva mengulurkan tangannya, membelai pipi Risa dengan perlahan. "Gue udah masak dari tadi buat lo. Masa lo nggak mau makan masakan gue?"
Raut wajahnya menunjukkan bahwa Alva sedang sakit hati, karena masakannya sama sekali tak dihargai. Namun, Risa tidak mau luluh begitu saja, kepalanya menggeleng dengan perlahan-lahan.
"Gue makan nasi aja cukup," jawab Risa mantap.
"Mau pesen aja kalau gitu? Gue pesenin, deh!" tawar pria itu dengan nada serius. Dia tampak tidak rela melihat Risa hanya makan menggunakan nasi putih tanpa lauk.
"Enggak, makasih. Gue nggak mau makin ngerepotin. Kalau lo punya mie-"
Sudut bibir Alva berkedut-kedut mendengar kata mie instan yang lagi-lagi akan menjadi topik pembicaraan di antara mereka. "Atau lo mau gue suapin aja, biar lo mau makan masakan gue, hm?"
Risa mendelik. Memang apa bedanya disuap atau makan dari tangannya sendiri? Sama saja, dia memang tidak suka makan kentang, dia tidak akan memakannya.
Alva langsung mengambil alih sendok Risa, lalu mengambil sayur yang tadi dimasak olehnya. Diambilnya sesuap nasi dengan sebuah wortel di atasnya.
"Gue tahu lo nggak suka kentang, tapi lo nggak keberatan makan wortel, kan?" tanya Alva yang kini menyodorkan sendok penuh berisi nasi plus wortel itu ke hadapan Risa. "Lo ambil wortelnya, gue yang makan kentangnya. Oke?"
"Emang nggak apa-apa?" Risa terdengar ragu saat melihat Alva kembali menyodorkan sesuap nasi itu ke arahnya.
"Enggak, lo harus makan soalnya. Makan makanan yang bergizi, bukan cuma makan nasi. Ayo makan, buka mulut!" perintah Alva.
"Gue bisa makan sendiri." Risa menerima sesuap nasi itu dengan cepat, lalu merampas kembali sendok di tangan Alva dan makan sendiri setelah memisahkan wortel dan kentang di atas piring berisi lauk di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Love (REPOST)
Romance[Follow me first] Pengkhianatan tunangannya, membuat Risa mengiyakan ajakan kencan semalam yang diajukan teman sekantornya, Alva. Playboy yang keberadaannya ia manfaatkan untuk membalas perselingkuhan Alan. Akankah semuanya berjalan baik-baik saja s...