01 | Penyesalan Risa

175K 3.4K 19
                                    

RISA sudah tidak bisa menghitung berapa kali Alva menyemburkan benih itu ke dalam tubuhnya. Dia merasa sangat lemas, tenaganya hilang tak berbekas, bahkan bibir yang semula bisa mengerang nikmat kini hanya bisa bungkam dan menerima cumbuan panas tanpa bisa membalas.

Jika ditanya, apakah Risa menyesali apa yang telah dilakukannya?

Jawabannya, iya, dia menyesali semua kebodohannya.

Termakan amarah dan terbuai rayuan setan, dia rela menyerahkan dirinya pada pria playboy bernama Reagan Alvaro. Salah satu teman kerjanya yang diam-diam mengincar tubuhnya sejak pertama kali mereka berjumpa.

Risa mengetahui hal itu sejak lama, tapi dia hanya diam saja, dia pura-pura tidak mengetahuinya, karena Alva tidak pernah memperlakukannya secara kurang ajar.

Tatapan matanya memang cenderung melecehkan, bahkan kata-katanya kadang sangat keterlaluan, tapi hanya sekadar itu saja. Tangannya tidak pernah untuk berbuat nakal, bibirnya tidak pernah berusaha merayu dengan cara lebih intim, kecuali sore tadi.

Saat Risa mendatangi apartemennya dengan amarah dan kekesalan yang tiada batas. Risa ingin menangis, tapi entah kenapa air matanya terasa kering. Dia tidak bisa menangis dan malah meminta Alva untuk melakukan apa pun yang pria itu inginkan darinya sejak lama.

Yakni ... tidur dengannya.

Risa kembali merasakan ciuman Alva mendarat di sekujur rahangnya, menjalar pelan dari rahang, naik ke pipi, kemudian mampir ke bibirnya.

"Lo udah nggak kuat lagi, Sa?" tanyanya dengan nada yang lembut dan tampak penuh pengertian. "Lo mau mandi dulu?"

Tawaran itu hanya bisa Risa tanggapi dengan anggukkan pelan. Tubuhnya benar-benar lelah. Hancur lebur dari batin sampai fisiknya. Hatinya yang hancur karena pengkhianatan dan fisiknya yang hancur karena sejak tadi Alva terus menguras semua tenaganya secara perlahan.

"Bisa mandi sendiri atau mau gue mandiin?" tanya Alva sekali lagi.

Pria itu sudah bangkit dari ranjang, tampak gagah dengan tubuh kekar juga miliknya yang masih berdiri tegak dengan sempurna. Padahal dia sudah melakukannya sejak tiga jam yang lalu dan dia terus menyemburkan benihnya ke dalam tubuh Risa berkali-kali, hingga perempuan itu tak bisa mengingatnya lagi.

Namun, Alva masih bisa berdiri, tegap, gagah, dan sangat perkasa.

Pipi Risa sontak bersemu merah karena dengan terang-terangan telah menatap tubuh polos seorang pria yang tak tertutupi sehelai kain apa pun. Dia menarik selimut guna menutup tubuh sampai hidung saat membalas ucapannya.

"Gue bisa mandi sendiri."

Tubuhnya lengket. Keringat keduanya bercampur menjadi satu di tubuhnya dan membuat badannya beraroma tidak sedap. Belum lagi di bagian bawah tubuhnya terasa seperti aliran sungai akibat benih Alva yang bercampur dengan pelepasannya sendiri hingga membuatnya menjadi sangat basah sampai mengalir memenuhi paha dan ranjang.

"Hm ...." Alva hanya menggumam samar. Dia memandangi Risa dengan tatapan yang sulit diartikan, kemudian kepalanya mengangguk perlahan. "Kalau gitu, gue mandi dulu, baru lo yang mandi. Setelah itu, kita bisa makan malam dulu. Oh, ya, kalau lo nggak bisa mandi sendiri, panggil aja gue buat bantuin lo sampai kamar mandi atau mandiin lo sekalian mungkin?"

Risa tidak menjawab. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Satu-satunya yang ia benci adalah terlihat lemah di hadapan orang lain.

Risa sudah terbiasa hidup sendiri sejak SMA. Hidup sebatang kara tanpa orang tua membuat hidupnya sangat keras dan penuh perjuangan. Walaupun jatuh sakit dan harus berdarah-darah, menurut Risa semua itu lebih baik daripada dia harus mengemis untuk meminta bantuan dari orang lain.

One Night Love (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang