SATU

134 101 73
                                    


  Setelah pulang sekolah tadi, Naura tidak henti-hentinya memikirkan Elvano, laki-laki itu benar-benar bisa membuat nya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sarah menatap putrinya bingung, sedari tadi Naura tidak berhenti tersenyum, Sarah segera mengambil ponselnya lalu memutar beberapa surah,ia mendekat kan ponselnya ke telinga Naura, berharap jin yang ada di tubuh putrinya segera keluar.

"Wahai jin yang baik, tolong jangan ganggu putriku, keluarlah cepat!! Sebelum kau ku musnahkan"ucap bunda Sarah

  Naura menatap kesal bundanya, bisa-bisa nya bunda tercintanya mengira ia kerasukan, Naura segera mematikan surah yang ada ponsel Sarah.

"Bundaku sayang, putrimu ini tidak kerasukan."ucap Naura kesal.

  "kamu.. Naura?"tanya bunda Sarah. Naura menatap Sarah kesal. "Bukan, aku Zubaidah." kesalnya. Sarah terkekeh memeluk Naura erat.

  "Kenapa senyum-senyum?? Pasti lagi bahagia nih, cerita dong!!" ucap Sarah.

  "Palingan lagi jatuh cinta, dia Bun,"

"Sotoy, lo, Bang!!" kesal Naura.

  "Faris, ganti seragam kamu sana! Gak usah ganggu adekmu." tegur Sarah. Faris menatap Sarah kesal selalu saja Naura yang di bela.

"Aku tuh, sebenarnya anak kandung Bunda gak sih?? Kalo iya, kenapa di perlakuin kaya anak pungut?" drama Faris.

Sarah memutar bola matanya malas. Sedangkan Naura di tangannya sudah ada bantal sofa yang siap ia lempar ke Faris. "Drama lo bang," ucap Naura sembari melempar bantal sofa itu. Bantal itu mendarat sempurna ke wajah tampan Faris.

"Adek durhaka kamu!! Sakit hati Zubaidah bang," lagi dan lagi mereka tertawa melihat drama seorang Faris.

"Faris, tau apa ini??" Sarah menghampiri Faris lalu memperlihatkan Spatula yang ada di tangannya.

  Faris dengan polos mengangguk. "Spatula bun," Naura terkekeh melihat abangnya yang masih belum paham maksud Sarah. "Udah bun, pukul aja!!" ucap Naura memanasi suasana

Faris membulatkan matanya. Di genggamnya tangan Sarah. Lalu, ia mengambil Spatula yang ada di tangan Sarah. "Bun, kasian lo, Spatulanya nanti sakit." ucap Faris. Tatapan Faris menatap tajam Naura yang terkekeh mentertawakannya.

  "Lo, urusan kita belum selesai!" ucap Faris dengan nada permusuhan.

   Setelah kepergian Faris, Naura segera ke dapur karna dirinya sangat lapar.

  Ternyata kosong, tidak ada makanan sedikit pun. "BUNDAA!! MAKANANNYA MANA??!!" teriak gadis itu.

  Sarah yang sedang asik menonton film Indosiar itu, segera berlari ke arah dapur mendengar teriakan sang putri. "Naura!! Bisa gak sih?? Gak usah teriak. Sakit ini telinga Bunda,"

  Naura hanya cengengesan tidak jelas mendengar omelan sang bunda.

   Faris menuruni tangga menghampiri Sarah dan Naura. Hari ini, cowok itu ada latihan basket karna sebentar lagi ada Turnamen basket di kampusnya.

"Dasar toa masjid lo! jangan-jangan Bunda dulu waktu hamil lo, nelen toa masjid. Makanya, anaknya modelan kaya lo," ucap Faris.

   Plakkk...

  Naura lah pelakunya. Ia memukul kencang bahu Faris tanpa rasa kasihan.

   Faris mengelus bahunya yang terasa perih. "Bun, atit..." ucap Faris cadel. Bukannya khawatir, Sarah malah ikut memukul bahu Faris walau tak sekencang Naura.

  "Aduh! Bunda, ish.. pilih kasih." raju Faris.

   Sarah memutar bola matanya malas. "Udah Bang! Nanti telat latihannya." Faris mengangguk.

Between Friends Or Love(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang