Pt. 20

2.7K 280 12
                                    

Cast :

Jung Jeno
Seo Haechan
Dong Renjun

Rated : T

Genre : Romance, Drama, Family

Note : Cerita ini terinspirasi dari film india Mujhese Dosti Karoge. Tapi sedikit aku ubah jalan ceritanya.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

FLASHBACK ON

——————

"Jaemin-ssi!!"

Renjun melambaikan tangannya saat melihat seorang pemuda yang baru saja masuk kedalam restoran.

Jaemin, nama pemuda itu. Langsung mendekati Renjun yang sudah duduk disebuah meja bundar.

"Maaf, apa kau menunggu lama?" Jaemin duduk didepan Renjun.

"Tidak juga." Jawab Renjun.

"Tadi ada urusan sebentar di kantor." -Jaemin-

"Iya tidak apa-apa. Aku yang minta maaf karna sudah mengganggu waktu kerjamu." Ujar Renjun.

"Tidak tidak bukan masalah kok.. Maaf, kalau boleh tahu ada keperluan apa yah bertemu disini?" Tanya Jaemin.

Renjun tersenyum, "Apa kau mau pesan sesuatu? Minum? Atau cake?" Tawar Renjun.

"Tidak apa.. Kebetulan tadi juga habis makan siang di kantor."

"Baiklah.. Aku akan langsung bicara keintinya saja."

Renjun merogoh tas jinjingnya dan mengeluarkan ponselnya dari sana.
Tangan kecil itu sibuk mengotak-atik ponselnya.

Selanjutnya dia meletakan ponselnya tepat didepan Jaemin.

"Lihat lah."

Jaemin melongok kearah layar ponsel yang diperlihatkan oleh Renjun.

"I-ini." Jaemin terkejut saat melihat gambar yang terpampang jelas dilayar ponsel itu.

"Aku tahu, rahasia dibalik foto kalian itu."

Jaemin menatap Renjun terkejut. "Ba-gaimana kau tahu?"

Renjun tersenyum, "Sekarang aku tahu semuanya. Rahasia yang selama ini disimpan oleh Haechan dan Jeno. Aku sudah tahu."

Jaemin makin membulatkan matanya.

Renjun mengambil kembali ponsel miliknya dan memasukan kedalam tasnya lagi.

"Jaemin-ssi, aku tidak tahu permainan apa yang Tuhan berikan pada kita. Aku merasa sangat dipermainkan disini."

"..." Jaemin terdiam.

"Haechan dan Jeno, mereka mempermainkanku."

Jaemin menggelengkan kepalanya, merasa apa yang diucapkan Renjun itu tidak benar.

"Tidak.. Tidak ada yang mempermainkanmu.. Baik Haechan ataupun Jeno. Ini semua terjadi karna tidak jujuran kalian dari awal."

Renjun menatap Jaemin. Bibirnya kelu, seakan-akan apa yang diucapkan Jaemin adalah kebenarannya.

Iya benar!

Seharusnya dari awal mereka sudah jujur. Kejujuran kecil yang harusnya mereka ungkapkan sejak dulu.

Andai kejujuran kecil itu terungkap dulu, pasti tidak akan ada kebohongan sebesar ini sekarang.

"Renjun-ssi, meskipun aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan kalian. Tapi dari apa yang Haechan ceritakan padaku, aku tahu kalau ini hanya kesalah pahaman kalian."

Renjun terdiam.
"Ka-kau benar."

"Kau, Haechan, dan Jeno. Silahkan tanya pada diri kalian masing-masing. Apa ini yang memang kalian inginkan? Atau apakah ada ego yang lainnya?"

Kini keduanya terdiam.
Renjun dengan pikiran melayangnya dan Jaemin yang menunggu respon dari Renjun.

"Renjun-ssi, aku tidak tahu alasan kau menemuiku apa, tapi aku yakin kau sudah menemukan jawaban yang seharusnya."

Pupil mata Renjun menatap Jaemin yang sedang tersenyum.

"A-aku—"

"Apa kau mencintai Jeno?" Tanya Jaemin perlahan.

Renjun merasa nafasnya memberat, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.

"Ta-tapi Haechan mencintai Jeno lebih lama. Dan sepertinya Jeno juga mencintai Haechan."

"Artinya kau sudah menemukan jawabannya kan?"

Renjun memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya kembali.

"Haechan adalah sahabatku, dia adalah saudaraku. Tapi kenapa aku tidak pernah memahami perasaannya? Sedangkan dia selalu tahu segalanya tentang perasaanku?"

"Karna Haechan begitu menyayangimu. Dia merelakan cintanya untuk kebahagianmu."

Renjun terenyuh, merasa jantungnya terjun bebas saat mendengar kenyataan yang keluar dari bibir seseorang yang tidak terlalu ia kenal itu.

"Ka-u benar. Dia selalu memikirkanku, mendahulukanku, dan mengabaikan dirinya sendiri. Kenapa aku begitu buta?!"

Renjun ingat!

Semua yang Haechan lakukan sejak dulu adalah mendahulukannya. Haechan akan menempatkan dirinya sendiri di nomor dua. Dan menjadikannya -Renjun- sebagai prioritas.

Renjun merasa buta akan segalanya.

Haechan kecil bahkan merelakan mainan yang baru saja dibelikan oleh ayahnya kepada Renjun kecil.

Membiarkan mama cantiknya menggandeng tangannya setiap mereka berbelanja di mall untuk membeli baju baru. Sedangkan Haechan berjalan sambil mendorong stroller adiknya. Tanpa mengeluh..

Haechan melakukan itu tanpa rasa iri dan marah.

"Kenapa aku begitu jahat?" Gumamnya.

Jaemin mendengar gumaman itu.

"Tidak Renjun, kalian adalah sahabat yang saling melengkapi. Tidak ada yang jahat. Karna kau juga selalu ada disisi Haechan, kapanpun dia membutuhkanmu." Jaemin tersenyum.

Renjun menatap Jaemin, "Aku ingin berkorban juga untuk nya." Ucapnya pelan.

Jaemin paham, ia sangat mengerti maksud ucapan Renjun.
"Kau yakin ingin berkorban untuknya? Mengorbankan perasaanmu?"

"Sudah terlalu jauh Haechan berkorban untukku, sekarang giliranku."

Jaemin tersenyum. "Kalau begitu lakukanlah."

"A-apa?"

"Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Kau ingin berkorban kan? Maka berkorbanlah.."

"Ta-tapi—"

"Jangan pikirkan aku."

Renjun menggeleng pelan. "Tidak Jaemin.. Maafkan aku, aku lupa denganmu."

Jaemin tersenyum manis, "Renjun-ssi, aku bukanlah orang yang Haechan cintai. Dihati Haechan sudah ada satu nama yang tidak bisa aku singkirkan sama sekali."

"Jae-min—"

"Aku tidak bisa menjamin Haechan akan bahagia denganku. Tapi aku yakin Haechan akan bahagia jika bersama dengan seseorang dan saling mencintai."

"Maafkan aku.." Renjun menyesal.

"Tidak.. Jangan bilang begitu. Aku juga sadar, mungkin cintaku tidak sebesar Jeno yang mencintai Haechan."

"Apa kau akan baik-baik saja?" -Renjun-

"Iya, akan ku pastikan jika aku akan baik-baik saja."

Renjun tersenyum bahagia, "Terima kasih Jaemin.. Terimakasih banyak."

"Apapun akan aku lakukan untuk kebahagiaan Haechan."

FLASHBACK OFF

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

FRIENDSHIT [00Line] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang