🍁Maaf🍁

203K 13.9K 321
                                    

Chapter malam, club, sama ini tuh masih gabungan ya guys:'
_________________________________________

Isak tangis menggema didalam kamar bernuansa gelap. Seolah tidak diijinkan masuk, sinar matahari tak ada yang menerobos masuk dari celah jendela kamar. Gorden di tutup rapat-rapat dengan lampu yang masih padam, membuat kamar itu seperti tak berpenghuni.

Sayna terus menangis sepanjang malam. Ia bahkan tidak menyangka bahwa Skala dengan teganya memaksa dirinya melakukan sesuatu yang bahkan ia belum siap.

Badannya terasa remuk, bagian bawahnya bahkan terasa sangat perih. Skala benar-benar menyalurkan nafsunya pada Sayna malam tadi, tanpa memperdulikan teriakan kesakitan dari gadisnya.

Tangan kekar milik Skala masih bertengger di pinggangnya, pria itu masih tertidur dengan lelapnya. Sanya menyingkirkan tangan itu perlahan, mencoba bangkit dari tidurnya.

Ia tak mau bertemu Skala hari ini, ia tak mau menatap wajah tampan suaminya yang membuatnya harus kesakitan seperti ini. Ia membenci Skala, ia benci dengan pria itu.

Dengan ringisan yang keluar dari bibir kecilnya, Sayna mencoba melangkah ke kamar mandi, takut-takut Skala terbangun dan melihatnya masih disini. Baru saja kakinya itu melangkah, bagian sensitif nya terasa sangat sakit, membuat Sayna refleks berteriak.

"Akh!" Cepat-cepat Sayna menutup bibirnya, air matanya kembali mengalir. Ia harus bagaimana sekarang, berjalan pun terasa sulit. Apa ia tidak bisa berjalan lagi selamanya? Sial! Dia benar-benar membenci pria itu.

Sayna menjambak rambutnya frustasi, memukul-mukul kepalanya beberapa kali. Seolah otaknya dipaksa berpikir, harus apa ia sekarang. Tak henti-hentinya, air mata keluar membasahi pipinya. Matanya bahkan sedikit memerah karna terlalu banyak menangis.

Skala terbangun dari tidurnya saat mendengar Isakan tangis seorang perempuan. Pria itu menggeliat, meraba-raba samping kasurnya yang kosong. Lantas pria itu duduk, merasakan kepalanya terasa begitu sakit. Kepalanya melirik kenan dan ke kiri, mencari seseorang.

Seketika matanya menyentak terbuka lebar-lebar saat melihat pemandangan di depannya. Seolah nyawanya langsung terkumpul, Skala beranjak menghampiri Sayna yang tengah memukul kepalanya dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

"Hey, hey, tenang lah, kau sedang apa sayang" panik Skala, menahan pergelangan tangan Sayna agar gadis itu berhenti memukuli kepalanya.

Sayna memberontak, berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Skala. "Lepasin ka!" Ucapnya lirih, gadis itu masih saja terisak.

"Sayang??" Panggil Skala lembut, mencoba mendekap tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

"Lepasin ka! Sayna gk mau ngeliat kaka! hiks,,,"

Betapa hancur hati Skala mendengar ucapan istrinya. "Sssstttt,,," pria itu mengelus lembut rambut Sayna, mencoba menenangkan gadis yang masih menangis histeris.

"PERGI! SAYNA GK MAU NGELIAT KAKA! KAKA jahat! Kaka jahat!" Ucapnya melemah diakhir kalimat.

Rasa bersalah mulai muncul di hati Skala. Mengingat ia yang tak bisa mengontrol nafsunya tadi malam, sampai melampiaskan nya kepada Sayna.

"Kaka gk nepatin janji kaka hiks,,, Sayna benci sama kaka!"

Skala menatap gadisnya tak percaya. "Hey sayang, maafkan aku. Kau tak boleh membenci aku Sayna" Skala mempererat pelukannya. Seolah tak mau kehilangan Sayna dalam hidupnya.

Sayna memukul-mukul dada bidang Skala dengan sisa tenaganya. "Pukul lah aku Sayna, jika itu memang bisa meluapkan emosi mu kepada ku. Tapi aku mohon, tolong jangan membenci ku, jangan tinggalkan aku sayang,,," lirihnya, membiarkan Sayna memukuli tubuhnya. Bahkan air bening sudah jatuh di pelupuk mata pria itu.

Not Perfect Husband || END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang