🍁HHMM🍁

192K 14.9K 960
                                    

HAPPY READING ✨

•••

Gadis berambut di cepol asal itu dengan semangat membantu salah satu pelayan memasak di dapur. Ia akan membuat makanan kesukaan Skala hari ini untuk di bawa ke kantornya. Para pelayan di mansion sangat ramah, membuat Sayna tidak terlalu canggung untuk sekedar bercakapan.

"Bi, ka Skala suka yang pedes apa enggak?"

"Tidak nyonya, tuan tidak bisa makan yang pedas"

Sayna mengangguk paham. "Apa bibi betah bekerja disini?"

"Tentu nyonya, karna tuan sangat baik. Apa lagi setelah menikah dengan nyonya, sifatnya sangat lucu" bi Anah kembali terkekeh mengingat kejadian pagi.

"Bi, Sayna mau nanya, tapi jangan bilang ke ka Skala yah"

"Nyonya mau nanya apa?"

"Ka Skala itu, suka bawa perempuan gk sih kesini?"

"Nyonya perempuan pertama yang di bawa ke mansion"

"Masa sih bi"

Bi Anah mengangguk ramah "Tuan tidak pernah membawa sembarangan orang ke mansion nyonya, hanya keluarga dan orang tertentu saja yang boleh masuk" jelasnya.

"Eh nyonya lagi apa di dapur? Sok atuh buruan siap-siap ganti bajunya" itu suara bi Marni yang berada di belakangnya. "Nanti si tuan nungguin keburu laper. Biar bibi aja yang bantuin bi Anah masak"

"Gk papa bi? Gk ngerepotin?"

"Atuh si nyonya mah kaya ke siapa aja. Udah tugas bibi ini mah masak-masak kaya gini"

"Yaudah kalo gitu, Sayna siap-siap dulu yah bi" ujarnya meletakan alat dapur yang baru ia cuci. "Makasih yah bi Anah udah mau bantuin buat bekel makan ka skala"

"Sama-sama nyonya"

"Makasih bi Marni"

"Iyah atuh. Sok gera dandan yang cantik biar tuanya melongo" Sayna hanya tersenyum malu, kemudian menaiki tangga menuju kamar.

•••••

Sayna berdiri di depan sebuah gedung tinggi diantar oleh supir dan kedua bodyguard suruhan Skala. Gadis itu meminta bodyguard nya menunggu di mobil saja, dengan alasan ia bisa ke sana sendiri. Lagi pula, jaraknya hanya beberapa langkah, tidak mungkin kan ada yang menculiknya.

Dengan langkah kecilnya, ia mulai berjalan menuju bagian resepsionis. Sebenarnya ia bisa langsung masuk saja ke ruangan suaminya, namun tentunya orang kantor tidak tahu tentang pernikahan nya dengan Skala.

"Permisi ada yang bisa saya bantu dek?" Tanya resepsionis itu ramah.

Apa katanya, dek?

"Saya mau ketemu ka, eh maksudnya Pak Skala, apa beliau ada?"

"Maaf sebelumnya, adik ini siapanya yah? Seingat saya pak Skala anak tunggal, dan dia juga tidak memiliki sepupu yang masih remaja"

Sayna terdiam, ia harus menjawab apa. "Saya istrinya" ujarnya pelan, namun masih bisa terdengar oleh resepsionis yang bernama Erica itu.

Lantas Erica tertawa mengejek "Jangan ngada-ngada ya dek. Setahu saya pak Skala belum menikah"

"Tapi saya bener istrinya mbak"

"Aduhh adik ini masih kecil, yakali sukanya sama om-om. Saya tau pak Skala itu awet muda, namun umurnya pasti beda jauh dengan adik"

"Ya tapi saya istrinya mbakk" Sayna kesal sendiri.

Not Perfect Husband || END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang