🍁 Keseriusan Arthur🍁

140K 11.7K 781
                                    

Sayna berjalan tanpa tau arah, ia tidak tau harus kemana lagi sekarang. Wanita itu sesekali berhenti untuk mengistirahatkan kakinya yang terasa sangat pegal. Ia menonaktifkan ponselnya, karna Skala sedari tadi menghubungi terus.

Rasanya ia terlalu lelah memikirkan pria itu. Ia harus apa? Tak semudah itu ia bisa memaafkan Skala yang bermain di belakangnya. Ia tidak marah, Ia hanya kecewa pada pria itu. Mengapa semudah itu Skala berselingkuh dengan wanita lain.

Hatinya terasa sesak jika mengingatnya kembali. Ia duduk di halte bus dengan beberapa orang yang tengah menunggu angkutan umum. Ia harus kemana sekarang?

Intan, sahabatnya sedang di luar kota melanjutkan kuliah. Harapan Sayna hanya satu, rumah orangtuanya. Tapi ia tak yakin kedua orangtuanya akan menerima kehadirannya disana, mengingat orangtuanya yang tega menjualnya pada pria Casanova tersebut.

"Sayna?" Panggil seseorang ragu. Membuat gadis itu mendongakkan kepalanya, untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Arthur" Sayna mengerutkan kening heran, bukankah seharusnya laki-laki ini berada di luar negri?

"Lo ngapain disini?" Lelaki itu duduk di samping wanita yang masih menatapnya heran. Hatinya merasa senang dapat bertemu lagi dengan Sayna.

"Mmm, nunggu bus" jawab Sayna ragu. "Kamu ngapain disini Ar? Bukannya harus keluar negeri yah?"

"Gua ngebatalin kuliah di sana. Gua mau ngurusin perusahaan keluarga sambil kuliah disini, lumayan bisa ketemu sama lo"  ujarnya bercanda di akhir kata.

"Itu, mata lo kenapa merah. Ini pipi lo juga" panik Arthur saat tak sengaja menatap pipi bekas tamparan Skala. "Lo di tampar siapa na?!" Sialan! Nafasnya menggebu menahan amarah, ia tak terima Sayna ada yang menyakiti.

Pria itu menangkup kedua pipi Sayna, mengelus lembut bekas tamparan disana. "Sakit gak?" Tanya Arthur khawatir.

"Ga Ar, ini udah gapapa ko. Tadi jatuh kena meja bukan di tampar" bohong Sayna, tidak mungkinkan ia memberi tahu jika suaminya yang telah menamparnya.

"Suami lo mana? Ko lo sendirian disini" Arthur melirik kanan kirinya namun tak menemukan Skala disana.

"Oh—itu, aku mau ke rumah orangtua aku Ar. Ka Skala ga bisa nganter karna lagi sibuk di kantor" alibinya.

Arthur berdecak tak suka. "Suami macam apaan yang ngebiarin istrinya pulang sendirian gini" gumam Arthur pelan. Lelaki itu melirik koper hitam yang ada di samping kiri Sayna.

"Itu lo ngapain pake bawa koper segala? Lo ga niat mau kabur kan Na?"

Sayna terkekeh pelan, menyembunyikan kegugupan nya. "Ya enggak lah Ar, ngapain juga aku kabur. Aku disana mau nginep beberapa hari"

Arthur menatap lekat mata hitam milik Sayna, gadis itu tengah berbohong. "Lo lagi ada masalah sama suami lo Na?"

"Eng—"

"Lo ga bisa bohongin gua Na" potong Arthur cepat. Sayna menunduk lesuh, hatinya kembali sakit jika mengingat kejadian itu. "Ga mungkin lo mau balik setelah orangtua lo ngejual lo gitu aja"

"Maaf, aku gk bisa cerita Ar"

Arthur mengehela nafas panjang. "It's okay, gua ngerti ko. Tapi bener lo mau balik ke sana?"

Sayna mengangguk ragu. Ia tak yakin orangtuanya akan menerima kehadirannya disana. "Iya Ar"

"Yaudah, ayo gua anterin. Sekalian jalan-jalan" ucap lelaki itu tanpa beban.

"Gk usah Ar, daerah rumah aku jauh"

"Justru itu, gua ga mungkin biarin lo ke sana sendirian. Lo cewek, kita ga tau ada hal buruk apa diluar sana kalo gua biarin lo sendirian" tutur Arthur lembut.

Not Perfect Husband || END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang