Atas kegigihan Sayna membujuk dan mengancam Skala. Akhirnya gadis itu terbebas dari ruangan berkasur yang selama lima hari ia tempati.
Udara segar menerpa wajahnya, burung-burung berkicau seolah menyambut kebebasannya. Sementara Skala, pria itu berjalan di sampingnya dengan wajah yang di tekuk.
"Masa gitu ih mukanya, ka Skala gk seneng yah jalan berdua sama Sayna"
"Aku lebih senang berduaan di kasur" gerutu Skala pelan, sangat pelan.
"Ka mau itu" tunjuk Sayna pada penjual es krim, membuat Skala mengikuti arah yang di tunjuknya.
"Hmm,, beli lah" ucap Skala malas, memberikan sebuah kartu padanya.
Sayna menatap kartu yang di sodorkan Skala tanpa niat akan mengambilnya. Melihat wajah Skala dan mendengar nada bicara pria itu saja sudah membuat Sayna tidak selera untuk jalan-jalan.
"Gk jadi, pulang aja deh" ucap Sayna dingin. Gadis itu berlalu meninggalkan Skala yang mematung di tempat.
Pria itu memang sangat menyebalkan. Sayna bahkan sudah melayani beberapa hari ini, tapi Skala malah bersikap seperti itu padanya. Entahlah, ia ingin menangis saja rasanya. Terserah akan dianggap cengeng atau apa, nyatanya hatinya terasa sakit dengan perlakuan pria itu.
"Hey Sayna tunggu" Skala mengejar gadis itu setelah terdiam beberapa detik. Oke, katakanlah ia salah, tapi ia hanya ingin menikmati miliknya. Entah perasaan apa ini, tapi Skala slalu ingin lagi dan lagi jika dengan Sayna.
"Hey" Skala membalikan tubuh Sayna saat berhasil mengejar wanita itu. Pria itu memiringkan kepalanya, mencoba menatap wajah istrinya.
"Kau menangis?" Tanya Skala terkejut melihat pipi Sayna yang sudah basah. Pria itu memeluk tubuh Sayna, menenggelamkan wajah gadis itu di dada bidang nya.
"Sayna mau pulang aja hikss,,,"
"Ssssttt,,, maafkan aku sayang" Skala mengecup pucuk kepala Sayna lembut, membiarkan wanita itu merancau di dalam pelukannya. Kegiatan keduanya tak lepas dari pandangan orang-orang yang berlalu lalang memperhatikan mereka.
"Hey! Apa yang kau lakukan pada gadis itu" tegur seorang laki-laki yang lewat di sana menggunakan bahasa negara nya.
Skala refleks menoleh kepada laki-laki itu. "Dia istriku, maaf" jawab Skala dengan bahasa yang sama.
"Kau pria pedofil penculik anak-anak yah?!" Tuduh laki-laki itu membuat Skala geram bukan main.
"Dia istriku! She is mine!"
Sayna yang mendengar Skala memakai bahasa asing hanya mendongak memperhatikan pria itu. Ia tak mengerti suaminya berbicara apa dan dengan siapa.
Mungkin itu teman Skala yang ada disini, pikirnya
Tak lama, Skala merangkul pinggang Sayna dan membawa pergi dari sana. Moodnya kurang baik hari ini.
"Awas!" Sayna melepaskan rangkulan Skala dan berjalan lebih cepat dari pria itu. Namun sepertinya Sayna salah, mau secepat apapun ia berjalan, Skala memiliki kaki panjang dan langkah lebar yang setara dengan jalan cepatnya.
"Kau marah hm?" Goda Skala mengusap lembut pucuk kepala Sayna, tapi gadis itu lagi-lagi menepis tangannya kasar.
"Gk usah pegang-pegang!"
Skala tak kehabisan akal. Pria itu mendudukkan Sayna di kursi taman di dekat sana, menggenggam kedua tangan wanita itu erat.
Cup
Cup
Pria itu mengecup berulang kali tangan yang ia genggam, seolah menyalurkan permintaan maafnya. "Kau mau eskrim itu sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect Husband || END
RomanceSeorang gadis SMA yang dijual oleh kedua orang tuanya kepada pengusaha besar yang berusia sekitar tujuh tahun lebih tua darinya. Sayna, gadis berusia 18 tahun ini harus rela menjadi istri dari seorang Pria arogan yang terkenal kejam dan casanova. Se...