Sayna dengan dress selutut berwarna merah muda, memasuki gerbang sekolah tanpa memperdulikan tatapan memuja yang di berikan kaum adam kepadanya.Matanya menelisik mencari sahabatnya yang ternyata tidak ada. Wajah bersih dengan polesan sedikit makeup, membuatnya bertambah lebih cantik saat ini.
Hari ini adalah perayaan kelulusan sekolah, hari yang ditunggu-tunggu oleh pria yang berstatus menjadi suaminya, siapa lagi jika bukan Skala. Pagi-pagi sekali Sayna sudah di dandani oleh perias yang di sewa suaminya itu.
Saat akan pergi ke sekolah, Skala menahannya sambil mengeluarkan jurus andalannya, yaitu merengek. Pria itu menangis, tak mengijinkan Sayna ke sekolah, Ia tak rela jika nantinya wajah cantik Sayna dipandang orang lain. Apa lagi gadis itu bertambah cantik setelah dipoles makeup, membuat Skala menyesal menyewa tukang rias itu.
Namun dengan segala ancaman yang Sayna keluar kan, akhirnya pria itu mengijinkan nya walaupun ada drama kecil-kecilan sebelum ia berangkat.
"Saynaaa" seru Intan yang baru saja datang. Gadis itu berlari kecil melambaikan tangannya kepada Sayna.
"Lama lo" dengus Sayna malas yang sudah menunggu 15 menit.
Intan menyengir tanpa dosa. "Dandan dulu kan gua. Gimana, cakep gak?"
"Iya-in deh. Buru ah ke aula" Sayna menarik lengan Intan agar lebih cepat sampai. Di pertengahan perjalan, dirinya berpas-pasan dengan Arthur dan temannya.
Seolah di hadang, Arthur mengikuti pergerakan kaki Sayna, membuat gadis itu menghela nafas panjang. "Misi" ucap Sayna dengan tertunduk.
"Lo ikut gua" Tian menarik pergelangan tangan Intan, dan membawanya ke aula, diikuti oleh Tamtam dan James. Sayna yang ingin mengikuti keempatnya, dihadang kembali oleh Arthur.
"Gua mau ngomong sebentar na"
"Apa lagi? Kamu mau ngatain aku murahan lagi?" Tanya Sayna malas, ia masih ingat perkataan Arthur yang sangat menyakitkan beberapa minggu yang lalu.
"Gk, dengerin gua dulu"
"Apa"
"Gk disini na, ikut gua sebentar aja"
Arthur membawa Sayna ke gazebo yang berada di sekolah. Disana terlihat sepi karna siswa-siswi sedang berada di aula, tepatnya ikut merayakan kelulusan tahun ini.
Mereka duduk dengan Sayna yang memilih berjarak dari Arthur. Arthur yang mengerti pun hanya diam dan pasrah. Ia tau ucapannya waktu itu sudah keterlaluan kepada Sayna.
Lelaki itu berdehem untuk menghilangkan gugupnya. "Gua mau minta maaf na" ucapnya dengan raut wajah menyesal. "Gua tau gua udah kelewatan, maafin gua" Sayna diam, tak menjawab ataupun melihat lelaki itu.
"Gua tau, ga akan semudah itu buat lo maafin gua. Tapi untuk terakhir kalinya, gua benar-benar minta maaf sama lo na" Arthur tersenyum miris saat lagi-lagi tak ada respon dari gadis itu.
"Abis pengumuman kelulusan, gua bakal nerusin kuliah di luar negri. Dan mungkin ini terakhir kalinya gua ketemu sama lo"
Sayna menoleh cepat. Walaupun ia sakit hati dengan ucapan Arthur waktu itu, namun tak bisa dipungkiri jika laki-laki yanga ada disampingnya ini pernah mengisi hatinya sebelum ia mengenal Skala.
"Kamu serius Ar?"
Arthur tersenyum paksa. "Iya, terlalu sulit lupain lo kalo gua tetep ada disini, makannya gua mutusin buat ke luar negeri. Gua bakal ngefokusin diri disana, mencoba dunia baru dan,,,,, ngebuka hati buat orang lain"
"Gua udah coba ikhlas na. Gua udah ikhlas dengan kenyataan yang gk menakdirkan kita untuk bersama" Arthur menarik nafas panjang, menahan sesak yang ada dihatinya. "Gua, gua udah relain lo sama dia" Arthur tersenyum. Senyuman yang mampu membuat Sayna merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect Husband || END
RomanceSeorang gadis SMA yang dijual oleh kedua orang tuanya kepada pengusaha besar yang berusia sekitar tujuh tahun lebih tua darinya. Sayna, gadis berusia 18 tahun ini harus rela menjadi istri dari seorang Pria arogan yang terkenal kejam dan casanova. Se...