🍁Cembυrυ🍁

266K 21.3K 1.5K
                                    


Selepas memasak sarapan pagi, Sayna langsung bergegas mandi dan bersiap memakai seragam sekolah. Namun sepertinya ia lupa jika seragam sekolahnya berada di kamar Skala. Gadis itu sekarang hanya mengenakan handuk kimono untuk membalut tubuhnya.

Dengan ragu ia keluar kamar melangkahkan kakinya dimana kamar Skala berada. Saat sampai di depan pintu sejujurnya ia ragu untuk mengetuk, mengingat kejadian semalam. Mungkin Skala saat ini masih tertidur dengan wanita itu, pikirnya.

Tapi jika terus diam, ia akan telat berangkat ke sekolah. Sayna menarik nafas dalam, dengan mengumpulkan keberanian ia mulai mengetuk pintu. Namun saat pintu akan diketuk, Skala sudah membuka pintu terlebih dahulu, membuat Sayna mengurungkan niatnya.

Dengan wajah bantalnya Skala berdiri menatap Sayna bingung. Sedang apa gadis ini diluar kamar hanya menggunakan kimono? Bagaimana jika ada yang lihat.

"Sedang apa?!" tanya Skala galak

"Eum iーitu Sayna mau ambil baju sekolah"

"Masuk!"

Dengan cepat Sayna masuk ke dalam kamar yang sedikit berantakan. Ia tak melihat adanya seorang wanita, namun ia dapat mencium bau parfum wanita tadi malam. Setelah mendapatkan keperluan sekolahnya, gadis itu kembali berjalan keluar kamar, tapi Skala lebih cepat mencengkeram erat pergelangan tangannya.

"Akh,,,, saーsakit Tuan" ringisnya karna Skala mencengkeramnya benar-benar kuat sehingga membuat tangannya terasa sakit.

"Kau akan keluar kamar hanya menggunakan itu!" Bentak Skala keras yang di balas anggukan ragu dari Sayna "Gadis bodoh! Cepat ganti baju di sini"

"Diーdisini? Taーtapi tuan"

"Kau pikir apa bodoh? Cepat ganti baju di dalam kamar mandi!" Perintahnya tak terbantahkan. Karna takut, dengan cepat Sayna berlari ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Jantungnya berdetak kencang, jujur saja dia sangat takut jika Skala membentaknya seperti itu, apalagi raut wajah galaknya yang sangat menyeramkan, membuat tubuhnya bergetar hebat.

Sedangkan di dalam kamar Skala terus memperhatikan Sayna sampai gadis itu masuk ke kamar mandi. Pria itu mengusap wajahnya kasar, emosinya jadi tidak stabil, apa karna semalam ia tidak mendapat kepuasan.

Soal semalam, sehabis melakukannya tanpa adanya rasa gairah, Skala memutuskan untuk mengakhiri kegiatannya dan menyuruh Roy untuk membawa wanita itu keluar dari apartemen nya, yang sebelumnya ia sudah membayar wanita itu dengan beberapa lembar ratus uang. Entahlah apa yang terjadi padanya malam tadi, tak biasanya ia begin

Asistennya saja kebingungan, biasanya Tuannya itu akan melakukannya sampai pagi. Namun semalam, satu jam saja tidak. Apa wanita itu yang kurang menarik dimata Skala sampai Tuannya itu menyudahi kegiatannya.

Tak lama Sayna keluar kamar mandi. Ia menatap ke sepenjuru kamar, ternyata Skala sudah tidak ada di sana. Perasaannya lega ketika mengetahui pria itu tidak ada, dengan cepat ia memoles wajahnya dan bergegas keluar dari dalam kamar.

Saat berjalan menuju dapur, di meja makan ia melihat Skala tengah bermain ponselnya. Pria itu bahkan belum mandi, mungkin Skala tidak akan ke kantor hari ini. Dengan ragu ia menghampiri Skala.

"Lama" ketus Skala. Apakah pria ini menunggunya?

"Maーmaaf" jawab Sayna gugup, lantas gadis itu duduk di hadapan Skala

Skala menyodorkan piringnya berharap gadis itu peka. Namun nihil, Sayna malah menatapnya bingung. Pria itu berdecak kesal, konsekuensi menikah dengan gadis polos.

"Ambilkan" pintanya.

"Baik Tuan" dengan cepat Sayna menyendokkan nasi goreng pada piring Skala.

"Kenapa kau memanggilku Tuan?"

"Sayna bingung harus memanggil tuan dengan sebutan apa, maaf"

Menatap Sayna malas Skala berujar "Mas" reflek gadis itu menatap Skala cengo.

"hah?"

"Panggil saya Mas" decak Skala.

"Eum baik Mas?" Ucapnya ragu.

"Cih bahkan mengucapkannya saja tidak pantas" gerutu Skala pelan "Panggil saya Kaka saja" ketusnya.

Selesai sarapan Sayna berniat meminta ijin untuk berangkat sekolah. Namun pria itu malah berdiri dan berjalan ke luar. Merasa gadis itu tak mengikuti langkahnya, lantas Skala berbalik badan. Dan benar saja ternyata Sayna masih terdiam di tempatnya "cepat lah! Saya akan mengantar" katanya yang membuat Sayna meneguk ludahnya.

Mengantar?

"Tiーtidka usah Ka?"

"Kenapa? Jika kau tidak mau saya antar, maka kau tidak usah sekolah hari ini!" Cepat-cepat Sayna, berjalan menghampiri Skala. Gila saja dirinya tidak sekolah hari ini, mana ada ulangan harian lagi.

Skala tersenyum miring saat melihat gadis itu percaya dengan ancamannya "masih tidak mau saya antar hm?"

"Tidak" pria itu lantas membulatkan matanya "Eh- eum maksud Sayna, Sayna diantar Ka Skala aja"

"Good"

•••••

Mobil hitam itu berhenti tepat di depan pagar sekolah yang cukup elite di daerah sana. Dengan ragu, Sayna menjulurkan tangannya membuat Skala kebingungan.

"Bukannya saya sudah memberimu uang tadi pagi. Apa masih kurang?" Tanyanya, hendak membuka dompet tebalnya kembali.

"Tidak tuan eh ka, Sayna mau salim" ujarnya dengan suara kecil namun Skala masih bisa mendengarnya.

"Siapa salim? Pria mana itu!" Tanya Skala ngegas, membuat Sayna cengo di tempatーeh? Suaminya ini mikir apa?

"Jawab kenapa kau diam saja?! Apa dia pria lain atau kekasih mu hah!"

"Bukan itu Ka, maksud Sayna,," lantas gadis itu mengambil lengan kekar Skala dan menyalami punggung tangannya "ini" lanjutnya.

Perlu Sayna akui wajah suaminya itu sangat tampan. Walau umurnya yang berbeda tujuh tahun, namun pria itu masih kelihatan seperti remaja kuliahan. Rahang tegas dengan wajah datar dan bekunya menambah karisma ketampanan pria itu sendiri.

Andai tidak suka main dengan wanita, mungkin Sayna sudah jatuh hati padanyaーehh

Skala hanya terdiam, hatinya berdebar saat mendapat perlakuan tiba-tiba dari Sayna. Tanpa sadar lengan satunya lagi terangkat, mengusap pucuk kepala Sayna dengan lembut

Hening, keduanya masih dengan pikiran masing-masing. Skala yang masih tersenyum di tempat, dan Sayna yang gugup karna Skala masih mengusap rambutnya. "Ehm, Ka Skala apa boleh Sayna keluar sekarang?" Tanyanya, membuat Skala tersadar.

"Keluar lah!" Ucapnya membuang muka. Memang gadis itu pikir apa? Mengapa juga ia tidak memperbolehkan nya keluar, cih! Batinya kesal.

Gadis cantik itu keluar dari mobil setelah mendapat ijin, ia berjalan masuk ke gerbang sekolah. Namun seperti biasa, ada Arthur yang sudah menunggunya.

"Pagi" sapa lelaki itu.

Jujur saja Sayna merasa kurang enak untuk menyapanya karna mobil Skala masih belum pergi dari sana "eh,, pagi Ar" ucapnya ragu.

"Dianter siapa?"

Lantas Sayna melirik kearah mobil, samar-samar ia melihat seorang pria di dalam mobil tersebut menatap ke arahnya "eh iーitu sama om aku Ar, tadi pagi dateng ke rumah" jawabnya berbohong.

Lelaki itu mengangguk paham "Pulang sekolah ada acara gk na? Jalan-jalan yu sama gua?" Ajaknya.

"Kayanya gk bisa deh Ar, aku sibuk akhir-akhir ini. Maaf yah"

"Santai na" balas Arthur mengelus puncak kepala Sayna.

Mereka mengobrol sambil berjalan menuju kelas, sesekali tertawa karna lawakan yang keluar dari mulut Arthur. Dan itu semua tak luput dari penglihatan Pria berwajah tampan nan tegas yang sudah mengeraskan rahangnya.

"Cari tau tentang anak laki-laki itu" ucapnya pada sambungan telepon.

🍁🍁🍁

Not Perfect Husband || END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang