🍁αωαl ρernikαhaη🍁

298K 23.2K 951
                                    

Biasakan vote dan komen:)

Happy Reading ✨
•••

Skala yang masih tidur merasa terusik karena adanya suara perempuan yang sedari tadi tak henti-hentinya menangis. Dengan kesal ia membuka mata, menemuka sosok Sayna yang tertidur memunggunginya dengan isakan tangis yang sangat mengganggu baginya.

"Berisik!" Bentaknya kesal. Dari pagi saat acara pernikahan tengah berlangsung, gadis itu masih saja menangis tanpa henti "Diam lah! Atau kau tau akibatnya" ancamnya, membuat Sayna mengecilkan suara tangisan.

Saat kepergiannya meninggalkan rumah tiga hari yang lalu, tepat di hari ke empat Skala menikahinya. Pernikahan itu hanya mengundang keluarga besar Skala tanpa adanya keluarga dari pihak Sayna. Jangan tanya kenapa, jelas saja kedua orang tua Sayna tidak akan mau menghadiri acara putrinya, apa lagi Skala yang tidak memberikan mereka izin.

Skala kembali memejamkan mata, pria itu sudah memasuki alam mimpinya. Dengan gerakan perlahan Sayna turun dari kasur, berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.

Menatap wajahnya di cermin, air matanya kembali terjatuh. Hatinya benar-benar sakit, mengingat begitu tega kedua orangtuanya yang lebih mementingkan uang dibandingkan anaknya sendiri.

Apa dia tak seberharga itu hingga kedua orang tuanya rela menukarnya hanya demi beberapa lembar kertas? Orangtua macam apa itu? Sayna tak habis pikir. Sekarang ia resmi menjadi seorang istri dalam ikatan yang sah. Bagaimana nasib sekolah nya? Apa sampai disini saja ia melanjutkan pendidikannya itu?

Tidak! Ia tidak boleh berhenti sekolah! Apapun yang terjadi ia harus melanjutkan sekolahnya.

Tapi, bagaimana caranya?

•••••

Pagi harinya Skala tak menemukan Sayna di sampingnya. Tak memperdulikan hal itu, dengan wajah bantalnya Skala turun dari kasur dan berjalan ke dalam kamar mandi. Pria dengan jabatan direktur itu menjalankan aktivitas paginya seperti biasa, hanya perlu 15 menit ia sudah rapih dengan jas kerjanya.

Saat berjalan kearah dapur, ia mencium aroma masakan yang menggugah selera, membuat perutnya tiba-tiba terasa sangat lapar. Dengan santai ia berjalan ke meja makan, yang ternyata sudah ada Roy disanaー asisten pribadinya.

Skala menautkan alis heran, tidak mungkin asistennya yang memasak, lantas ia melirik ke arah dapur. Terdapat seorang gadis bertubuh kecil yang tengah menyiapkan tiga gelas susu, gadis itu membawakan kearahnya dengan langkah yang sangat pelan dan kecil.

Skala memutuskan tinggal di apartemen, ia ingin mengenal lebih jauh dulu Sayna sebelum membawanya tinggal ke mansion miliknya yang sangat mewah.

Disisi lain, Sayna mati-matian menahan gugupnya saat tau jika pria yang sekarang menjadi suaminya itu sudah duduk di meja makan, dan menatap kearahnya dengan tatapan datar. Jujur saja, ia merasa sedikit takut untuk balik menatap wajah Skala.

Huhh,,, tenang Sayna, lo pasti bisa. ucapnya menyemangati diri sendiri.

"Iーini minumannya" Sayna menaruh segelas susu di atas meja Skala, sedangkan yang satunya ia taruh di meja Roy. Saat hendak berbalik, sebuah tangan besar mencekal pergelangan nya.

"Kemana?" Tanya Skala, Sayna hanya bisa tertunduk ditempatnya. "Makan" ujar Skala membuat Sayna menautkan alisnya bingung karna ucapannya yang sangat pendek. Mengerti akan hal itu, Skala kembali berujar.

"Makan dengan saya disini" ucapnya yang seperti perintah. Tanpa membantah, Sayna langsung duduk tepat di samping Skala.

Di tengah acara sarapan paginya, Sayna gelisah sendiri. Apa ia harus bicara tentang ia yang ingin melanjutkan sekolahnya kepada Skala, tapi bagaimana jika pria itu marah dan tak mengijinkan nya? Huhhh Sayna jadi takut sendiri.

Not Perfect Husband || END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang