🌛 Moonstruck🌜
•••Jakarta sudah menunjukkan jam lelahnya. Namun malam dingin yang menyelimuti daerah itu, membuat jalanan malah menjadi ramai karena orang-orang yang berlalu-lalang pulang kerja. Manusia-manusia itu sibuk tidak terkecuali Mingyu yang sedang menyeret tubuh lunglainya ke arah halte. Ia baru saja selesai bekerja dan 'hari esok yang cerah' tidak ia dapatkan hari ini. Ia malah mendapat teguran karena pelanggan yang mengadukan dirinya pada manajer.
Bukan masalah itu adalah hak pelanggan. Tapi dia diadukan dan dimarahi karena tidak ingin berfoto dengan pelanggan itu. Ia yang digoda, tapi dirinya juga yang dicaci maki. Banyak gadis maupun wanita yang tertarik padanya. Ibunya pun sering memuji ketampanan dirinya. Tapi apa gunanya tampan jika tidak bisa hidup lebih layak? Bahkan dulu sahabatnya—Seokmin Alfiandi mengusulkan hal yang tidak masuk akal dengan memanfaatkan ketampanannya.
"Kenapa gak jadi penari striptis saja? Muka ganteng, badan keker, berotot, sayang kalau gak dimanfaatin."
Menyebalkan memang mempunyai teman otak mesum seperti itu.
Sejak kelulusannya dari kejuruan fotografi, dirinya tak henti-hentinya melamar pekerjaan. Enam bulan sudah dia melamar ke berbagai perusahaan besar, tapi mereka hanya menawarkan keuntungan dengan wajah tampannya. Diiming-imingi uang dengan menjadi sugar baby atau simpanan bos-bos yang mesum. Hingga akhirnya, ia melamar pekerjaan di salah satu perusahaan percetakan kecil. Hanya melayani pelanggan yang ingin mencetak foto dan mengganti spear part kamera. Digaji tidak lebih dari satu juta setiap bulan.
Apa cukup untuk biaya hidupnya? Tidak.
Biaya minimal hidup di kota besar adalah tiga juta. Gajinya tidak ada setengah dari kebutuhan hidupnya. Baju-baju lusuh yang setiap hari ia pakai, sudah melambangkan betapa sulitnya hidup di ibu kota. Wajah tampannya sudah tidak terbentuk karena lelah, walau mata elangnya selalu membuat siapa saja yang melihatnya terpana.
Mingyu mendudukan dirinya di bangku halte. Ia memikirkan bagaimana dirinya pulang sedangkan uang sakunya sudah tidak cukup untuk menambah saldo kartu busway. Seketika ia teringat pesan adiknya semalam. Kenapa juga dirinya harus pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib jika saja dia bisa hidup enak di Jogja dan merawat ibu beserta adiknya?
Mengundi keberuntungan di ibu kota tidak semudah yang dikira. Dulu saat pertama kali dia menginjakkan kaki di hiruk pikuk Jakarta, dirinya bahkan sudah berjanji untuk menjadi orang sukses. Tapi memang keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Seperti pesan-pesan orang-orang sana yang selalu bilang 'hidup di ibu kota tidak ada senangnya'. Tapi apakah dia bisa kembali dan menyerah?
Tapi tinggal di Jogja pun tidak memungkinkan dirinya bisa hidup lebih baik dari ini.
Mingyu menghela napas. Dadanya berat dan kepalanya pening. Hidupnya penuh cobaan disini dan teman dekatpun tidak banyak. Hanya Seokmin dan beberapa tetangga kosan ramah yang selalu ada untuknya. Tapi disamping itu pun mereka juga sibuk dengan kehidupan masing-masing. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Apa bisa dia mendapatkan hal yang lebih baik di masa depan?
Ia menundukkan kepalanya dalam. Terlalu lelah memikirkan semua itu. Dirinya hanya harus menjalani hidup layaknya manusia dan tetap bernapas.
"Udah dapat orang baru?"
Mingyu menoleh, melihat seseorang pria yang berdiri di sampingnya sedang berbicara dengan earbuds di telinganya. Bahkan dirinya sekarang iri melihat aksesoris kecil pria itu. Ia tersenyum miris lalu menatap nanar ke depan.
"Cari yang sesuai dengan keinginan tuan muda."
Alis Mingyu mengerenyit, mencebik ketika dirinya harus mendengar istilah 'tuan muda' yang entah mengapa mengganggu pendengarannya. Seperti disinggung bahwa dirinya tidak pantas disandingkan bahkan dengan orang asing yang berpas-pasan dengannya. Pria itu bahkan berdiri dengan gagah, pakaian kemeja dan celana bahan rapi juga rambut yang terlihat mengkilap. Mata bulat pria itu seakan memancarkan rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri yang tinggi. Mingyu iri akan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Moonstruck [Meanie Local AU]
FanficDenevan Mingyu, hidup ditengah hiruk pikuk kota Jakarta. Hidup yang tidak terlalu berkecukupan untuk memberi makan dirinya sendiri. Sampai ia bertemu dengan seorang tuna netra bernama Airis Wonwoo. Original Fanfict by © Sweet Puppet, 2021