🌛 Moonstruck🌜
•••Lima tahun setelahnya.
"Den, ada kiriman bunga lagi."
Pakde Malih memasuki kamar Wonwoo yang terbuka, kala lelaki rubah itu tengah membaca novel telenovelanya dengan tenang di sofa sudut ruangan. Bunga krisan ke—entah berapa—datang dalam genggaman tangan tua Pakde Malih. Wonwoo tersenyum sambil bangkit dari duduknya, mendatangi pria lansia itu dan mengambil alih bucket bunga itu.
"Dari siapa?"
"Gak ada namanya seperti biasa."
Wonwoo menghela napas. Sudah berkali-kali juga dirinya menanyakan siapa gerangan yang mengirimkan bunga itu lebih banyak dari sebelumnya. Tapi selalu nihil, tidak ada yang mau mengaku. Ketika diibaratkan ujung kematian, dirinya belum bisa mati dengan tenang karena penasaran akan hal ini.
"Terimakasih pakde, biar aku yang bereskan nanti."
"Baik Den"
Pakde Malih sudah pergi sejak 30 menit yang lalu. Dirinya belum beranjak dari aktivitas berdiam dirinya di depan bunga biru itu. Matanya menatap tiap inchi mahkota yang meneluarkan harum khas bebungaan. Seketika matanya mengerenyit bingung. Bukan bunga krisan biru seperti biasa, tapi bunga cornflower yang ada dalam genggamannya. Melihat bagaimana segarnya bunga biru itu, tapi perasaannya entah tidak sesegar kenyataannya.
Tangan rampingnya hendak meletakkan buket itu di atas meja. Tapi tiba-tiba matanya menangkap hal aneh lain dan mengurungkannya menaruh buket itu sejenak. "Eh... apa ini?"
Tangannya pun, memutar ke kanan ke kiri dengan mata rubahnya mengamati dengan detail. Kali ini matanya melebar, kala melihat secarik kertas dan sebuah amplop coklat yang menggantung disana. Ia meraih kertas pesan itu dengan sebelah tangannya dan membacanya. Alisnya bertaut dan terkekeh kecil saat membacanya.
[INVITATION CARD.]
Ps. Kayaknya aku bakal kelihatan ganteng kalau pakai bunga ini.
Siapa yang mengirimi bunga dengan undangan seperti ini? Aneh sekali orang ini atau kan bunga ini salah kirim? Ia kembali melihat sebuah amplop dengan nama belakangnya tertera disana, membukanya dengan hati-hati dan entah mengapa jantungnya berdegub kencang. Setelah terbuka, jemari lentiknya menarik secarik kertas tebal dengan warna biru gelap dan tulisan timbul berwarna emas. Ia membaca kalimat itu dengan alis bertaut.
Tanpa menggubrisnya, Wonwoo merapikan bunga-bunga itu. Memotong ujung pengkalnya dan mengganti bunga krisan biru yang sudah layu di vas bunga kamarnya. Bibirnya tersenyum puas setelah kegiatannya selesai dan akhirnya ia beranjak untuk menikmati makan siang karena perutnya sudah meronta minta diisi sejak tadi.
"Selamat siang Wonwoo."
"Selamat siang ayah."
Sapaan ayahnya membuat dirinya tersenyum belakangan ini. Juga ketidakhadiran wanita itu sejak semuanya terungkap oleh Arda dan ayahnya. Dirinya bisa bernapas lega, bahwa kini ayahnya lebih memilih untuk mengurus dirinya dibanding bermain dengan wanita itu lagi. Wanita yang hampir membuat dirinya kehilangan harapan, walau memang sudah tidak harapan sejak kepergian sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Moonstruck [Meanie Local AU]
FanfictionDenevan Mingyu, hidup ditengah hiruk pikuk kota Jakarta. Hidup yang tidak terlalu berkecukupan untuk memberi makan dirinya sendiri. Sampai ia bertemu dengan seorang tuna netra bernama Airis Wonwoo. Original Fanfict by © Sweet Puppet, 2021